Begin

83 37 4
                                    

Nata POV

"Kau, kau sedang apa kesini?!" bentak ku kepada Niall. Ya lelaki yang tadi memesan dengan nada dingin. Untung disini belum ada banyak orang. Aku membencinya. Benar benar membencinya. 3 tahun ini aku sudah bisa melupakannya. Dia benar benar kembali sangat tepat. Saat aku sudah melupakannya dia kembali. Bagus sekali.

"Aku ingin menjelaskannya," Ia bediri dan memegang kedua tanganku dengan tatapan memohonnya. Kedua mataku mulai memanas. Aku berusaha tidak menangis didepannya. Aku tidak bisa menatapnya terus seperti ini.

"Apa yang ingin kau jelaskan?! Sudah jelas semuanya! Kau meninggalkan ku dengan-" aku tidak bisa menahan emosiku. Aku membentaknya dengan air mata yang terus mengalir. Dan hampir aku membicarakannya.

"Sepertinya aku sudah memancing mu. Dimana dia?" ia tidak membentak ku. Tapi ia terus memandangku memohon dan menghentakan ucapannya pada kata 'dia' . Ia terus memegang kedua tangan ku keras. Membuat aku tidak bisa terlepas darinya.

"Dia siapa? Aku tidak mengenalnya!" aku melepaskan pergelanganku dari genggamannya yang keras itu kasar.

"Ayolah Nat, aku ingin bertemunya. Dia darah dagingku." Ia makin memperdalam tatapannya denganku. Aku tidak bisa terus menatapnya. Mungkin nanti dinding pertahananku akan hancur.

"Kau ini gila?! Sejak kapan kau mempunyai darah daging dari ku? Sejak kapan aku mengandung darah dagingmu? Hah?" aku terus membentaknya. Aku tahu maksud dari pembicaraan kami. Tak lama Ellena -teman ku- datang dan melepaskan ku dengan Niall.

"Sudah. Nata, kau punya banyak pekerjaan hari ini. Dan kau sir, kau boleh membayar dan pergi dari sini." Sejurus kemudian Ellena membawa ku menjauh dari Niall. Lelaki yang benar benar aku benci selama ini. Akhirnya aku sampai di dalam dapur dan mengeluarkan semua beban ku disana. Terduduk di satu kursi dan menenggelamkan wajahku di kedua telapak tanganku. Ellena mengetahui tentangku semuanya. Ia teman terlama ku. Kami berteman saat kami duduk dikelas 2 sekolah dasar.

"Nat, sepertinya kau harus memberitahunya." Usul Ellena sembari mengelus elus punggung ku lembut. Aku mendongak sambil memberi tatapan –Are you fucking kidding me? Ia pun mengucapkan kata 'maaf' tanpa bersuara. Pun kembali menenggelamkan wajahku.

---

Aku sudah selesai dengan jam kuliahku hari ini. Tapi aku masih memikirkan kejadian tadi pagi. Sudahlah masih banyak yang menyayangiku. Oh ayolah Nata. Yang menyayangi mu sekarang hanya Claslie, Ellena dan dirimu sendiri. Segera aku menghampus pikiranku tadi.

Sekarang aku akan ke panti asuhan. Itu sudah menjadi kewajibanku setiap sepulang dari kampus. Aku berjalan kaki karena kampus dan panti asuhan yang kutuju tidak terlalu jauh.

Aku merasa ada yang mengikuti dari belakang. Aku pun membalikan badan. Hanya ada beberapa orang yang melewatiku dan ada satu mobil terpakir disitu. Sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Pun kembali melanjutkan langkah kakiku.

Sampa di panti aku langusng menghampiri Claslie. Ibu yang mempunyai panti ini. Sudah ku anggap ia sebagai Ibuku sendiri. Ia pun cukup mengenal diriku seperti Ellena dan sebaliknya pun begitu. Aku cukup mengenalnya.

"Hey Claslie. Dimana Shane?" tanyaku setelah kami berbincang agak panjang.

"Shane baru saja ku mandikan. Mungkin ia sedang bermain dengan anak anak lain di depan." Ia menunjuk kan halaman bermain didepan. Kepalaku mengikuti arah yang ditunjuknya dan aku mengangguk cepat.

"Yasudah. Aku kesana sebentar," Aku beranjak dari duduk ku dan keluar. Aku mencari anak berumur 3 tahun dengan rambut blonde lurus. Saat aku melihat ke sisi sebelah kanan aku menemukannya. "Shane!" aku meneriaki namanya dan berlari kecil menujunya. Ia menengok kan kepalanya dan tersenyum. Pun menggendongnya kepangkuanku. "hey sayang, kau sedang apa?" tanyaku lembut sambil memainkan bibir mungilnya.

"Aku sedang bemain lego." Ia masih fokus dengan lego yang ia pegang di kedua tangannya.

Tak terasa hari mulai gelap. Karena besok juga aku masih harus pergi ke kampus aku memutuskan untuk pulang. "Claslie, titip Shane. Aku harus segera pulang." Aku mengambil tas gendongku yang kutaruh di belakangku dan berpamit pada Claslie. "Shane sayangku. Aku harus pulang." Pamitku pada Shane yang sedang bermain barbie dengan mengelus rambutnya pelan. Ia mengangguk. Dan ia pun memelukku erat. Merasa tangisku akan pecah aku pun langusung keluar dari panti. Tapi sebelumnya aku berpelukan dulu dengan Claslie –sopan.

***

cepet banget ya update? soalnya pengen nyelesain aja. biar comleted gitu. gue ga terlalu mikirin reader(s) sih. jadi disini gue cuma pengen mengeluarkan apa yang ada di otak gue. karena itu terlalu sakit untuk dipendam (?) buat yang nanya "Apa sih arti dari Torn?" Torn itu tersakiti artinya. yaudah bhay. mungkin gakan ada yang baca juga. jadi yasudah. xxx

Torn // n.h [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang