Gone and Struggles

28 11 1
                                    

Niall POV

Setelah kejadian pertengkaran antara Nata dan Elle beberapa hari lalu, Nata dan Shane benar benar hilang. Aku tidak tahu kemana mereka pergi. Yang –mungkin tahu hanyalah Ellena. Tapi ia tidak mau kejadian beberapa hari lalu itu terulang lagi. Maka dari itu, setiap aku menanyakan Nata ataupun Shane mulutnya terkunci rapat.

Hari ini aku bekerja seperti biasa. Membosankan. Biasanya jam pagi menjelang siang seperti ini Nata datang ke kantorku untuk membawakan makan siang atau sekedar bermain saja. Aku menatap foto polaroid kami –aku dan Nata. Saat sedang melamunkan momen masa masa bersama Nata, Harry menghampiriku. Harry Styles.

"Hey mate. Masih melamunkan Nata, eh?" ia langsung menduduki kursi yang ada pada hadapanku. Aku menyimpan polaroid itu hati hati di meja kerjaku dan menatap Harry. "apa kau masih mencintai nya?" tanyanya sambil menatapku serius.

"Tentu saja! Jika aku tidak mencintainya lagi, buat apa aku menyimpan foto ku dengannya?" aku merespon kalimat Harry antusias. Mungkin jika di ibaratkan kali ini aku akan terlihat seperti anak kecil yang akan diberikan mobil impian semua anak.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak mencarinya?" ia menyenderkan tubuhnya santai. Ya, disaat Nata akan selalu bercerita pada Ellena aku akan bercerita pada Harry.

"Jika kami ber-"

"....jodoh, Tuhan akan membantu kami." Harry memotong kalimatku. Mengapa ia begitu sangat hafal dengan kalimatku? Sesering itukah aku berbicara seperti itu padanya? "jika kau tidak usaha, apa Tuhan masih membantu?" ada benar juga Harry. Kenapa ia tidak membicarakan ini dari kemarin kemarin.

"Yasudah. Kalau begitu apa kau mau membantuku?" tanyaku pada Harry sambil berdiri menuju jendela besar yang langsung menghadapkan pada pemandangan kota besar yang sesak di penuhi gedung.

"Membantu apa? Mencari Nata?" tanya Harry sambil memainkan bandul yang ada pada meja kerjaku.

"Ya," aku membalikkan badan menghadap Harry. Kami pun tersenyum puas kebanggaan.

---

"Harus kemana lagi?" tanya Harry yang mulai kelelahan. Kelihatan sekali dengan penampilan jas yang ia lepas dan di simpan di pundak kanannya. Aku menggeleng. Sudah hampir 5 jam kami mencari Nata. Dan hari akan berganti dengan malam. Kali ini kami sedang di tengah tengah kota London. Tepatnya di tengah trotoar untuk pejalan kaki. "yasudah, kita lanjut kapan kapan saja." Lanjut Harry yang duduk di salah satu bangku kosong dekat toko.

"Ayolah. Aku tahu satu tempat lagi." aku berdiri di depan Harry dan menarik tangan kanannya yang lemas.

"Yasudah. Istirahatlah sebentar." Ia masih mengatur nafasnya. Aku pun mendudukkan diriku di sebelah kirinya. "memangnya dimana?" mungkin ia menanyakan dimana tempat itu.

"Salah satu apartemen. Dan apartemen itu pernah Nata dan aku pakai. Lagipula kunci apartemen itu masih ada padanya." Aku memandang lurus kedepan. Tak tahu benar apa tidak jika Nata berada pada apartemen itu. tapi aku harus berusaha. Aku benar benar ingin kembali padanya.

"Kalau begitu. Ayo." Harry bangkit dari duduknya dan meninggalkan ku begitu saja sendirian. Ia berjalan ke arah berlawanan dengan arah menuju apartemen. Dasar anak sok tau!

"Harry! Arahnya kesini!" teriakku. Tanpa ada jawaban apapun darinya, ia pun membalikkan badannya pasrah dan berjalan gontai ke arahku. Dasar lemah. Tadi bilangnya mau membantuku.

Sampai di depan pintu aprtemenku, aku dan Harry celingukkan layaknya anak bodoh. Kami saling bertukar pandang untuk siapa yang mengetuk pintu.

"Sudahlah kau saja. Lagian ini apartemen mu." Ia menyenderkan bahu kanannya pada tembok sebelah pintu. Aku mengangkat tangan yang sudah ku kepalkan untuk mengetuk. Tapi aku masih takut jika ia akan marah. Ia selalu marah jika aku datang. Dengan niat yang besar, pun mengetuk pintu.

Knock knock.

"WAIT A MINUTE!" apa?! Ada jawaban? Apa Nata benar tinggal disini? Tuhan, jika ini Nata akan aku peluk ia erat sebelum ia mengomel. Aku tak sabar.

Tak lama pintu pun terbuka "Ni-Niall? Untuk apa kau kesini?" aku kenal orang ini. Ellena. Kenapa ia disini? Ia menutupi sebagian tubuhnya dengan pintu dan memberikan tampang innocent-nya.

"Kau sendiri? Sedang apa kau disini?" tanyaku bingung.

"Hai Cantik." Harry menyambar kalimatku saja dengan gombalannya yang aneh itu. padahal Harry dan Ellena sudah dekat dari beberapa tahun lalu. Harry menyukai Ellena tapi Ellena tidak mengetahuinya (peka). Bahkan jika ia dirayu ia kira Harry memang selalu begitu pada semua wanita. Padahal 100% gombalannya itu untuk Ellena. Harry masih single karena ia masih takut untuk mengungkapkan perasaanya pada Ellena.

"Harry? Kalian sedang apa disini?" ia tambah bingung dengan keadaan Harry di depannya.

"Kami sedang mencari Nata. Apa kau tahu Nata dimana?" tanya Harry langsung to the point dengan wajah bahagia nya.

"Uh-hm maaf, aku punya banyak urusan." Saat Ellena akan menutup pintunya aku menahannya.

"Wait, kenapa? Aku yakin kau tahu Nata dimana." Aku masih menahan pintunya. Ia masih lumayan kuat.

"No, Niall, aku tidak tahu dimana dia." Kamipun masih mendorong pintu dari arah masing masing. Aku mendorong ke arah depan. Dan Nata mendorong ke arah depannya.

"Kalian ini. Ayolah Elle, dimana Nata? Kasihan Niall, ia ingin kembali dengan Nata. Percaya padaku. Kau tahu kita mencarinya ditempat tempat yang sering Nata kunjungi. Kau harus tahu perjuangan Niall dan aku itu, seperti apa." Harry melerai kami dengan kalimatnya yang sok bijak itu. tapi ada benarnya juga. Pun Ellena berhenti mendorong pintunya.

"Apa kau benar Harry?" Elle begitu belum yakin dengan kalimat Harry.

"Tanyakan pada dirinya." Harry menunjuk ku dengan mulutnya yang dibuat kerucut.

"Iya, semuanya benar. Aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kembali dengan Nata dan mungkin Shane juga." Aku benar benar ingin memiliki keluarga kecil seperti klien klien ku di kantor. Mereka begitu terlihat bahagia saat bersama dengan keluarga kecil mereka. Jadi kuputuskan aku akan membuat hidup baru dengan Nata dan Shane.

Torn // n.h [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang