Found

23 8 0
                                    

Ellena POV

"Nata berada di," apa aku harus mengatakan pada dua makhluk ini? Tapi kasihan Niall. Ia sangat ingin kembali dengan Nata. Begitupun dengan Nata. Ia ingin kembali dengan Niall. Tapi apa boleh buat, Nata sedang menguji Niall. Apa Niall benar benar akan kembali dengannya atau tidak.

"Ia ada dimana Elle?" anak blonde ini memang dari dulu tidak pernah sabar.

"Ayolah, kau tahu, kita tidak suka digantung. Apa lagi denganku." Makhluk keriting ini memang sangat bawa perasaan. Tapi aku tidak peduli.

"Okay, akan aku beritahu kalian semua," setelah berpikir panjang, sepertinya aku akan memberitahu mereka. "ia di Paris." Aku mengigit bibir bawahku. Tak tahu kenapa. Aku takut mereka berteriak tidak jelas. Karena London dan Paris lumayan jauh.

"WHAT?!" benarkan. Kedua makhluk itu berteriak bersamaan sambil membelalakan mata mereka.

"Sejak kapan ia ke Paris? Apa ia bersama Shane? Bagaimana ia kesana? Mengapa Nata ke Paris? Ap-" Harry bertanya begitu banyak tapi Niall menutup mulutnya cepat. Terimakasih Niall. Kau yang terbaik.

"Mengapa ia ke Paris?" tanya Niall singkat, padat dan jelas.

"Kau tahu, cita citanya menjadi dsigner? Maka dari itu sebelumnya ia mendaftarkan dirinya untuk bekerja di salah satu perusahaan disana. Dan kemarin ia baru saja dterima. Lalu ia membawa Shane dan lebih kerennya ia mengakui jika ia Ibunya. Itu berita bagus kan?" aku menjelaskan panjang lebar dan tersenyum lebar. Harry pun tersenyum. Tidak dengan Niall. "kau kenapa Ni?" tanyaku bingung. Harry pun menengokkan kepalanya.

"Apa ia bilang jika aku ayah Shane?" oh, jadi itu yang ada dipikarannya.

"Aku tidak tahu." Aku mengedikkan bahuku.

"Ngomong ngomong kaki ku pegal. Sudah berapa lama ya kita berdiri?" ia berlaga seperti sedang menghitung beberapa angka dengan jarinya. ya Tuhan, ia sangat memberikan kode keras untukku.

"Yasudah, masuklah dulu." Aku membuka lebar pintu dan mempersilakan mereka masuk.

"Oke, thankyou." Harry langsung menyambar masuk kerumah. Dasar anak tak tahu sopan santun. Sepertinya aku telah banyak mengutuk makhluk keriting ini dari tadi. Tak apalah, aku tidak peduli. Pun menutup pintu setelah Niall dan Harry masuk.

"Kalian mau meminum apa?" tawarku di depan sofa yang mereka duduki.

"Tidak u-"

"Tea please." Untung aku mempunyai kesabaran yang cukup. Untung anak ini sahabatku. Kalau tidak sudah aku antarkan ke tanah Afghanistan dan memberikannya pada pihak pemboman. Aku membawakan tiga cangkir berisikan teh pada mereka dengan nampan putihku.

"Ngomong ngomong aku akan ke Paris nanti malam." Setelah kami bertiga menyeruput teh kami, Niall menyatakan bahwa ia akan ke Paris nanti malam. Sontak aku dan Harry tersedak karena air teh kami.

"What? Are you sure? Apa tidak besok pagi saja?" usulku karena ini sudah agak malam. Dan ia akan ke Paris nanti malam dan –mungkin akan langsung mencari Nata.

"Ya, jadi boleh aku minta alamatnya?" pintanya baik baik. Menurutku sih boleh saja. Tapi aku juga merindukan Nata, jadi aku akan memintanya membelikan aku tiket ke Paris. Tidak bermodal? Masa Bodoh. Yang penting aku bisa bertemu dengan my BFF. Oke aku tahu aku lebay.

"Boleh jika aku ikut denganmu." Aku kembali menyeruput tehku. Dan tersenyum jahil.

"Elle ikut. Aku pun ikut." Harry menggoyangkan kedua bahunya ke kanan dan kekiri.

"Kalian ini. Okay. Aku akan membawa kalian. Tapi aku mohon bantu aku." Pinta Niall. Aku dan Harry pun tersenyum puas dan mengangguk cepat bersamaan.

---

Niall POV

"PARIIIIISSSS!" teriak Ellena dan Harry bersamaan saat kami sampai di depan Menara Eiffel. Mereka mengangkat kedua tangan mereka bebas di udara.

"Kalian bilang, kalian akan membantuku untuk mencari Nata. Tapi kalian malah seperti ini." Aku menghampiri mereka yang sedang berselfie ria di depan menara Eiffel. Ayolah mereka berdua terlihat sangat idiot disini.

"Sebentar saja kita Refreshing. Kau pernah bilangkan jika kau lelah dengan pekerjaanmu." Harry tidak mengalihkan matanya pada kamera handphone milik Ellena.

Aku menarik dan menghembuskan nafasku panjang. Menempati bokongku pada tembok belakangku dan menatapi menara Eiffel yang menjulang tinggi ini. Dulu Nata sering bercerita tentang Paris. Bagaimana ia mencintai negara ini. Ia mengetahui seluk beluk kota dan negara ini. Aku menatap kakiku. Menahan tangis.

"Hey, jangan sedih karena kau sendiri di kota romantis ini." Harry menepuk pundakku pelan. Apa maksudnya, bukan kah ia juga sendiri? Dan okay, ia seperti mengejekku sekarang.

"Bukannya kau sendiri juga huh?" aku menatpnya dengan maksud menyndir.

"Mungkin beberapa menit yang lalu aku sendiri. Dan beberapa menit yang lalu pun aku tidak sendiri." Jelas Harry yang belum aku mengerti. Aku memasang wajah innocentku. Apa maksudnya?

"Aku dan Elle sudah resmi." Harry merangkul Elle dekat dan tersenyum bahagia. Aku terbelalak kaget. Jadi mereka resmi di kota romantis dan kota cinta. Sungguh beruntung Harry. Mungkin Elle agak membencinya karena ia terlihat kekanak-kanakan. Tapi ia masih bisa menerima Harry sebegai kekasihnya. Aku? Mungkin kali ini cintaku bertepuk sebelah tangan. Sudahlah Niall. Jangan kau iri. Malah seharusnya kau senang akhirnya sahabatmu yang sudah men jomblo beberapa tahun sudah mendapatkan apa yang ia mau. Dasar bodoh. Pun tersenyum yang tentunya aku paksakan.

"Hey. Ni, aku tahu kau memikirkan Nata. Maaf aku lupa akan itu. jadi, ayo kita ke apartemennya." Ajak Elle. Akhirnya. Memang harusnya begitu.

"Nah, ini apartemennya. Tinggal kita naik ke lantai 5 dan kamar nomor 143." Kami sampai di lobby apartemen Nata. Bangunannya cukup memuaskan. Bangunan Eropa klasik masih lekat pada bangunan ini. Tak lama, kamu naik ke lantai yang akan kami tuju.

"Ayolah. Kau ketuk saja pintunya." Bujuk Elle. Aku tahu jika kau berbicara itu gampang. Tapi jika kau melakukan itu sangat sulit. Benarkan? Karena di paksa pasangan ini jadi ku usahakan mengetuk pintunya.

Knock Knock.

"Wait!" suara itu lucu. Suara anak kecil. Apa mungkin itu Shane. Jantungku kembali berdegup kencang. Tuhan bantu aku. Pintu pun terbuka. Ada anak kecil sedang memegang dot kecilnya yang membukakan pintu.

"Hey Uncles, Hey Aunty." Aku menahan tangisku. Aku yakin jika aku menangis Shane akan mejulukiku 'cengeng'

"Hey sayang ada si-" Nata datang dari belakang Shane. Mataku dengan matanya terkunci. Kami saling menatap satu sama lain. Aku merindukan pelukan, tatapan, rasa khawatirnya, semuanya. Aku merindukan semuanya.

"Hey, Nataaaaaa!" kontak mata kami pecah karena teriakan Elle. Argh. Mengganggu saja jadi orang. Tunggu. Bukannya mereka bertengkar sebelumnya? Mengapa aku sangat tidak update? Mereka berpelukan seperti biasa. Seperti sepasang sahabat pada umumnya.

"Aku merindukan mu Elle." Mata Nata terpejam hangat sambil melengkungkan senyuman hangatnya juga. Aku ingin menjadi Elle sekarang juga.

"Hey hey disini ada aku. Kau tidak merindukan ku?" Harry menjadi ribut seorang diri. Dia memeluk Nata erat.

"Aku pun merindukanmu Keriting..." Nata memeluk Harry erat. Bagaikan seorang kakak adik. Mereka menggoyangkan tubuh mereka ke kiri dan ke kanan. Bisakah aku berpelukan dengan Nata layaknya sepasang suami istri?

"Oh, dan aku membawa Niall disini." Sepertinya kalimatnya itu salah. Aku yang membawanya kesini. Karena aku yang membayar semuanya.

"Hey aku yang membayar pesawatmu." Aku tahu aku begitu lantang.

"Kau mau aku bantu tidak?" Harry berbisik pada ku. Entah kenapa aku malah menganggukan kepalaku. "apa kita hanya diam disini?" typical Harry. Suka memberi kode keras pada setiap orang yang membiarkan ia diam di depan pintu.

"Oh ayo masuk semua." Nata mempersilakan kami masuk. Saat memasuki apartemennya aromanya sangat enak. Wangi bunga mawar merah muda. Angin dari ac nya pun berhembusan di seluruh ruangan. Tempat ini sangat nyaman untuk ditinggali keluarga kecil. Oops! Apa aku tertular Harry? Memberi kode keras.

Torn // n.h [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang