Hari esok pun datang dan dengan menggunakan tiket bulanan untuk semua Transportasi (kira kira 58 Euro) secara konvoy atau berjamaah pergi menuju tempat cafe yang dituju. Sedikit kaget dengan riuh pikuk yang dipenuhi para suporter dari berbagai negara yang menggunakan Jersey favorit tim Klub nya. "ohh ini toh suasana final bola" fikirku yang jarang melihat keramaian acara bola secara langsung ( yaa paling kalo di Indo cuma di GBK aja dan ga lebih). Bahkan seluruh transportasi penuh sesak dengan gerombolan yang tiba tiba langsung masuk ke kereta bawah tanah.
Sejenak kukira terjadi demo besar besaran yang akan terjadi kontak fisik hahaha dan kami pun memilih keluar setelah melewati 5 Stasiun lalu berjalan kaki sambil berbincang asik. Kurang lebih stengah jam akhirnya sampai di tempat cafe namun masih ada sisa 90 Menit sebelum pertandingan dimulai. Kami tak kehabisan akal untuk kembali berjalan disekitar yang kebetulan juga dekat dengan Brandenburger Tor, yap bangunan yang memiliki banyak sejarah dan menjadi simbol kota Berlin (ibarat kata tuh belum afdol kesana kalau belum menginjakan kaki dibawah gapura tersebut).
Acara selfie dan saling berfoto pun dimulai dengan rasa inisiatif, apapun dijepret yang ada disekitar dilanjutkan dengan mengunjungi bazar bazar yang telah disediakan di sekitar stadion. Beraneka atribut dari kedua Klub tersebut banyak diperjualkan dengan harga obral namun bagi ku itu tak murah hehehe, What the hell, harga gantungan kunci aja bisa nyampe ratusan ribu jika di ke rupiah kan. Namun sebenernya itu tak terlalu mahal kalo memang kita itu tinggal dan bekerja disini, karena harga pendapatan dan pengeluaran gaji pun sesuai asalkan dapat dikendalikan.
Waktu pluit babak pertama berlangsung dan suasana di dalam cafe semakin panas dan pengap lantaran memang lagi musim panas saat ini dan di setiap tempat umum yang menyediakan layar tancap pasti selalu dikerubungi orang banyak. Sediki makanan ringan dan teh hangat telah ku pesan, tapi ku merasakan salah satu culture shocked yaitu banyak yang minum bir dan berpakaian minim (terkadang disini tuh harga bir memang lebih murah dibanding air mineral biasa). Karena kecanggungan dan rasa penasaran ku yang tinggi aku cuma bisa bertanya teman yang duduk disebelah ku, dia memang teman 1 kosan ku juga, bertanya mengenai sedikit kehidupan di tempat umum. Sedikit demi sedikit mulai ku cerna dan terima dengan budaya yang bertolak belakang dengan negara ku.
Goall!! Tapi sayangnya bukan Klub Juventus yang mencetaknya. Saling ejek sering terdengar dari beberapa kubu, termasuk di kubu meja ku. Kali ini aku membela tim Klub Zebra dan banyak temenku lainya mendukung klub dari Spanyol tersebut. Hingga menit penghabisan ditambah waktu perpanjangan waktu dan akhirnya tim dari klub Spanyol lah yang memenangnkan nya. Cukup sedih sih tapi yaa kita semua harus sportif apapun dengan hasil akhir nya. Dan saling berpelukan layaknya teletubbies sehabis acara bola hehehe.
"Kalau sportifitas tak bisa dijunjung dengan tinggi, untuk apa kita bermain :)"
Tampak sebagian orang murung dari hasil tadi dan sebagianya sambil merayakan kemeriahan atas kemenangan tim favoritnya. Kembang api mulai dinyalakan dikala menjelang senja (pada saat itu senja mulai sekitar stengah 10 pm) . Beberapa dari kami seperti biasa meng update di sosmed nya masing masing sepanjan 1 hari ini, dari postingan fota yang di tag ke teman teman hingga video untuk mengabadikan setiap moment dan juga dibikin novel seperti ini seperti ku hehehe.
Di tengah perjalanan kami mulai memisahkan rombongan menuju tempat kosan masing masing, yaa memang ada juga yang melanjutkan satnight nya dan berkencan dengan pasangan nya, namun yang unik disini adalah tidak hanya pasangan lawan jenis, kerap juga sesama jenis yang membuatku terheran awalnya. Memang di kota kelahiran ku di Jakarta ada yang seperti itu, tapi tak sebanyak yang ada disini, gilaak di setiap tempat umum ada. Dan aku baru tau juga sehabis pulang dari acara nonton bareng, ternyata di sekitar kosan ku itu adalah markas tempat gay dan lesbi di kota Berlin. Semenjak itu aku mulai merasakan sedikit cemas tiap melewati stasiun pemberhentian di dekat kosan ku, karena takut digodain atau sejenis nya wkwkw seperti hal nya waktu aku pernah jalan jalan ke Jalan Malioboro di Jawa Tengah, namun mereka itu adalah kumpulan banci. Sedangkan yang ada disini adalah sekumpulan bule yang berotot layaknya atletis yang tiap harinya melakukan fittness. Logo pelangi menjadi khas nya di stasiun bawah tanah ini.
Yapp ternyata memang di sekitar tempat ku juga ada fitness dan setelan pakaian cowo, keren sih tapi gambar dinding di luar fitness dan toko tersebut adalah sekumpulan cowo cowo gay.
Cukup banyak kejadian hari ini dan langsung menelpon ortu dengan menggunakan tarif internet yang beruntungnya pula sudah ada wifi disini. Jadi tak perlu membayar lebih untuk membayar internet karena semua sudah termasuk harga satu paket tempat tinggal ku. Bila di bandingkan dengan di Indo memang sangat mahal harga kosan perbulan dengan tarif kurang lebih 300 Euro atau sama dengan 4,5 Juta Rupiah. Tapi harga segitu cukup normal lah untuk tinggal disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Menuju Kebahagiaan
AdventureDiambil dari kisah nyata, tepatnya dari pengalaman sendiri. Dan cerita ini akan terus bersambung seiring dengan perjalanan pendidikan si penulis Semoga dapat bermanfaat dan membuat para pembaca termotivasi dan terus semangat menempuh pendidikan kus...