Tiga

48 5 0
                                    

Sandiwarakah selama ini?
Setelah sekian lama kita t'lah bersama
Inikah akhir cerita cinta?
Yang selalu aku banggakan di depan mereka
Entah di mana kusembunyikan rasa malu

Kini harus aku lewati
Sepi hariku tanpa dirimu lagi
Biarkan kini ku berdiri
Melawan waktu
Walau perih hati
Namun aku bertahan

Akhir Cerita Cinta - Glenn Fredly

"Kamu jealous?" tanyanya menatap mukaku dengan jarak yang sangat dekat. Entah apa yang harus aku jawab. "Kenapa sih gitu aja jealous? Kayak anak kecil tau gak? Kalo kamu kayak gini terus kita putus aja deh!" Deg. Kalimat barusan seperti menghentikan detak jantungku. Mukaku memanas, air mata sudah tergenang di mataku. Aku hanya terdiam berharap ini semua hanya mimpi. "Diem doang? Udah deh yah. Aku capek pacaran sama kamu kayak pacaran sama patung." Dia pergi keluar kelas. Air mata yang kutahan sedari tadi berhasil menetes. Putus? Semudah itu? Pikiranku sangat kacau. Gideon sudah benar-benar mengakhiri hubungan mereka.

"Le..." Pamela memeluk sahabatnya yang masih terdiam kaku. "Den... Gausah." Dendy hendak menyusul Gideon untuk menyuruhnya berfikir ulang. Namun Pamela lebih dulu menghentikannya.

"Udah, Le. Masih ada kita kok. Lagian gua gak tega liat lo sakit hati terus selama pacaran sama dia. Gila dia bakal nyesel banget Le ninggalin lu. Lu udah baik, sabar, cantik, pinter, beeuuhh udah dah gada saingannya." Seru Dendy menenangkan Leoni. "Tapi bagi gue sih Pamela masih lebih lebih dari lo, lebih galak contohnya." Canda Dendy yang berhasil membuat Leoni tersadar dari lamunannya. Pamela hanya diam. Dia sangat bersyukur karena Dendy, mantannya, selalu membantu dia untuk menenangkan Leoni. Walaupun dengan mencibir dirinya sendiri.

"Thank you, yah. Gue doain kalian balikan!" seru Leoni sembari tertawa kecil. Muka Pamela memerah mendengar kalimat itu. Dendy pun ikutan salah tingkah. "Dih, dih, apaan dah lo berdua jadi salah tingkah gitu. Jangan-jangan udah balikan yaaa!!!" serunya lagi sambil mengacungkan jari telunjukknya kepada kedua temannya itu.

"Enggaaa ih, apaan sih, Le!" seru Pamela

"Bukan engga, Le. Tapi belum." Seru Dendy sambil menyenggol tangan Pamela dengan sikunya. Pamela hanya bisa menutupi mukanya yang memerah dengan rambut indahnya.

Kringgggg!!! Bel berbunyi pertanda siswa baru harus ke aula sekarang

"Eh, udah bel! Kalian harus ngePJ kan? Sana gih. Gue mau ngurusin daftar nama yang tadi bandel." Ucap Dendy

"Yaudah, beb, eh, Den maksudnya, aku sama Leo cabut dulu yah!" jawab Pamela malu-malu.

"Masih dipanggil beb juga gapapa kok, Pam. Oke deh." Canda Dendy kepada mantanya itu. Mereka semua pun keluar kelas dan menuju tempat masing-masing.

***

Bruk! Tak sengaja kakiku menabrak tong sampah yang ada di depan kelas yang sedari tadi kuintipi. Baru saja aku hendak merapikan tong sampah. Nampak dua pasang kaki sudah berdiri di depanku.

"Kamu, ngapain di sini?" Tanya seorang dari antara pemilik kaki itu. Suara perempuan. Aku tidak berani menengok ke atas. Bahkan aku berharap kini rambutku memanjang dan dapat menutupi seluruh mukaku. "Eh bentar, lo yang tadi mimisan kan?" BOOM! Salah seorang dari mereka ikut jongkok dan membuka tirai mukaku. "Sejak kapan lo di sini?" belum sempat aku menjawabnya, dia sudah bertanya lagi dengan nada yang cukup tinggi. Dengan perubahan kata sapaan dari 'kamu' ke 'lo' dapatku simpulkan wanita ini akan marah. Tenang, Kim. Anggep aja lo gatau apa-apa. Wanita lain yang sedari tadi berdiri sekarang sudah jongkok juga. Nampak dihadapanku wajah kedua bidadari sekolah. Kak Pamela dan Kak Leoni.

'Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang