Empat

40 2 2
                                    

Mikay's POV

"Gua baru aja putusin Leo tadi." kalimat itu memberhentikan langkah kakiku. Leo? Jangan-jangan.. "Oh jadi sekarang seorang Gideon mau curhatin tentang cewe? Hahahaha kocak!" gak salah lagi. Ini suara Gideon dan Allen. Leoni? Putus sama Gideon? Diputusin lagi. Gila Gideon Gila. Eh berarti Leoni jomblo? Pamela Jomblo? Hahahaha mampus lu berdua.

"Gua ada ide." baru saja aku ingin keluar dari toilet, namun kalimat itu berhasil menghentikan langkahku. Entah angin apa firasatku menyugesti tanganku untuk mengeluarkan handphone dan merekam pembicaraan mereka. "Lu deketin aja anak mimisan itu. Gue jamin, Leoni pasti sakit hati lu putusin. Dan dengan lu gebet anak mimisan itu. Bisa bikin dia tambah sedih dan sakit hati. Abis itu dia akan mohon-mohon balikan ke lu!" Gila Allen gila, dia tega banget.

"Gua gangerti dah, kenapa gua harus buat dia mohon-mohon gitu?" ah buset Gideon ganteng-ganteng bego juga yah. Kenapa sih rata-rata cowok ganteng masalah cinta cetek.

"Bro, dia berusaha tegar di depan lo dengan act like Pamela. Dia mau nunjukin kalau dia okay without you! Cewek-cewek yang kayak gitu yang biasanya berharap diajak balikan. Mereka kayak gitu mau cari perhatian aja, Bro. Buktinya sekarang lo kena kan dijeratan tipu muslihat Leoni? Kayak gak ngerti cewek aja lo, Bro, percuma ganteng!" nah ini baru ganteng, Allen diliat-liat oke juga. Emang dasar Gideon payah.

"Oke lu bantu gua!" Hah? Gideon? Setuju? Bego. Lu bego Gideon mau nyia-nyiain cewe sebaik Leoni.

"Dasar cowo brengsek, gak bakal berhasil rencana lu berdua!" Beep! aku menekan tombol stop pada handphoneku yang sedari tadi merekam pembicaraan Gideon dan Allen.

"Siapa cowok brengsek?" suara itu mengagetkanku. Duh jangan sampe dia Gideon atau Allen deh... batinku. Handphoneku kini sudah ku genggam erat. Eh tapi, suara ini bukan suara cowok. Dan sumbernya dari dalem toilet juga. Aku membalikan badanku. Kulihat Pamela sudah berdiri dengan gayanya yang songong.

"Mau tau aja lu, cewek psiko!" jawabku lantang dan segera pergi. Namun tanganku ditahan Pamela. Aku panik khawatir dia akan mengambil handphoneku yang berisi rekaman tadi.

"Dengerin gue ya, Kay. Lu gak akan pernah dapetin Dendy. Hati Dendy cuman buat gue. Jadi, lo gausah kegatelan deh. Udah kayak ulet bulu aja lu. Gak capek nyabein cowo gue? Eh mantan maksudnya. Tapi bentar lagi juga balikan elah!" Huh! Untung saja Pamela membahas hal lain. Tapi kata-katanya benar-benar menginjak harga diriku. Aku tahu, Dendy tidak akan pernah melirikku. Tapi setidaknya dia gak boleh sama Pamela.

"Eh, sekarang siapa yang psiko? Lo kan! Diajak ngobrol diem aja!" katanya lagi. Tiba-tiba terlintas pikiranku tentang rekaman tadi. Kayaknya ada gunanya rekaman ini buat jatohin ni cewek brengsek.

"Tuh sekarang malah senyam-senyum. Beneran psiko kali lo ya!" katanya lagi melepaskan genggaman tangannya. Dan berjalan menyenggol bahuku sengaja.

"Kita liat aja seberapa psikonya lu liat sahabat sejati lu sakit hati karna Gideon!" jawabku sedikit teriak karena Pamela sudah agak jauh. Kulihat Pamela menghentikan langkahnya. Hahaha segitu sayangnya ya lo sama Leoni sampe takut banget dia sakit hati? Akupun berjalan mendekati Pamela yang masih terdiam. Wajahnya terlihat panik.

"Semangat ya my Pamela buat lindungin Leoni!" seru ku melambaikan tangan ke Pamela yang masih saja terdiam.

*****

Pamela's POV

"Gua baru aja putusin Leo tadi." Terdengar suara samar-samar dari luar toilet. Leo? Oh mungkin Leo lain. "Oh jadi sekarang seorang Gideon mau curhatin tentang cewe? Hahahaha kocak!" Allen. Ini suara Allen. Gak ada yang bisa tiruin bahkan dubber profesional aja gabisa niru suara Allen. Gideon? Jadi bener Leonya itu Leoni. Kurang ajar gak bisa didiemin.

'Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang