Lima

33 1 0
                                    


Hari ini jelas hari yang berat banget buat Kimi. Sepertinya dia sudah membuat kekacauan besar. Kak Leoni yang di pandangnya lembut selama ini. Bisa marah separah tadi. MOS hari ini udah berhasil dia laluin. MOS hari ini tidak sesuai jadwal yang seharusnya pulang jam 3. Karena rapat guru, sesi bersama guru dipersingkat durasinya. Setelah melewati masa-masa sulitnya di sekolah. Akhirnya Kimi pulang. Dia menunggu di depan pos satpam sekolahnya. Kimi merogoh kantong roknya mencari handphonenya untul menelpon mamanya. Plak! Kimi memukul jidat kecilnya.

"Oiya... Gak boleh bawa hp ish!" bibirnya udah lebih maju 5 cm sekarang.

"Mau pinjem hp?" suara itu mengagetkan Kimi. Dia memutarkan badannya. Dilihatnya badan Kak Gideon... dan seorang anak laki-laki yang masih menggunakan SMP dia menggunakan pita juga. Pita ungu? Anak kelasnya kak Leo. Kimi berfikir dan berimajinasi sendiri. "Helo? hahaha lucu banget sih mukanya." Kimi masih saja terdiam dan memperhatikan laki-laki yang bersama Kak Gideon. "Ohhh.. Gi" Kak Gideon mengayunkan kepalanya ke arah Kimi memberikan kode ke Giordon untuk memperkenalkan diri.

"Ape?" tanya Giordon ke Gideon.

"Kenalin diri lu. Ada cewe cantik gini." seru Kak Gideon membuyarkan lamunan Kimi. Cewe cantik?

"Giordon." seru Gio jutek. "Burulah lama banget sih, Gid!" ocehnya kesal.

"Siapa namanya?" tanya Kak Gideon mengabaikan Gio. Namun Kimi hanya terdiam masih terpukau dengan Gio.

"Jawab oi! Bisu bukan? Kalo ga gua gapulang-pulang" bentak Gio kesal. Kak Gideon segera menyenggol lengan Gio memberi kode untuk jangan marah-marah. Gio hanya memutarkan bola matanya.

"Kimi."

"Ok, Kimi. Kamu mau pinjem hp Kakak?" tanya kak Gideon lembut.

"Gak. Gausah, Kak. Udah aku pulang sendiri aja." seru Kimi segera meninggalkan Kak Gideon dan Gio. Perasaannya kacau. Entah kenapa ketika Gio memperkenalkan dirinya jantungnya berdetak kencang. Dan ketika Gio membentaknya dia merasa seperti ditusuk pisau yang sangat tajam. Mukanya memanas dan air mata mulai mengalir di pipinya.

Kini kimi sudah berada agak jauh dari tempat sebelumnya. Lumayan sepi. Kayaknya jalan ini lagi ditutup.

"Kim!" suara yang tidak asing lagi memanggil namanya. Segera ia menghapus air matanya. "Cengeng." orang itu sudah berada dihadapan Kimi dan menghapus air mata Kimi. Segera ia mendekap Kimi di pelukannya. Isak tangis Kimi semakin meluap. "Pulang sama aku." Kimi hanya menganggukan kepalanya.

***

"Kim, makan!" teriakan Mami emang paling top. Bisa kedengeran sampe lantai 2. Kimi masih badmood. Dia hanya diam di kamar. Tiba- tiba pintu kamar Kimi terbuka. Tidak lama setelah itu Kimi merasakan badannya sudah melayang. Kimi hanya pasrah digendong oleh kakak teranehnya dia. Aneh? Kenapa coba aneh? Soalnya kakaknya ini gak pernah mau akuin Kimi jadi adenya. Tapi dia selalu care kalo Kimi lagi sedih kayak tadi. Dia selalu jaga Kimi dari kejauhan. Gak butuh lama Kimi dan Vino, kakak kedua Kimi sudah berada di meja makan.

"Kimi kenapa mukanya butek minta dikucek?" canda Mami berusaha menghibur Kimi. Mami memalingkan pandangannya ke Kak Vino. Mami mengangkat mukanya memberi isyarat kenapa?

"Mana aku tau mi. Tanya aja sama anaknya sendiri." tuh aneh kan dia? Padahal tadi dia care banget. Bikin tambah badmood aja ga sih? GRR

"Kalian tuh satu sekolah, satu rumah, tapi kayak beda planet." Mami berusaha menghibur dan menetralkan suasana.

"Mi, aku pindah sekolah dong." suasana hening. Mami dan Kak Vino membulatkan matanya ke arah Kimi. Tak lama mereka bertatapan mata memberi isyarat kenapa sih?

'Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang