Gue pun keluar kamar dan menutup pintu kamar. Dan gue langsung lari ke lantai bawah untuk menemui tamu yang ingin bertemu denganku.
"Eloo ???!"
"Hai." sapa Dimas sembari berdiri dari sofa.
"Ngapain lo kesini?!" tanya Fadilla ketus.
"Mau ketemu loe lah."
"Ada perlu apa mau ketemu gue?"
"Kangen lo." Fadilla langsung terkejut setelah mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Dimas.
Dimas pun langsung tertawa ria melihat ekspresi Dilla yang seperti itu. "Biasa aja kali nyet, enggak usah baper!" ujar Dimas sembari mengusap wajah Dilla.
"Hih apaan sih lo! Siapa juga yg baper!" balas Dilla buang muka.
"Hahaha iya deh. Ngomong-ngomong gue enggak disuruh duduk nih?" tanya Dimas.
"Emmm duduk deh silahkan."
"Oke." ucap Dimas dan langsung duduk di sofa dan di ikuti oleh Fadilla.
"Dill." panggil Dimas.
"Hmm." saut Dilla yang sedang asik bermain handphone.
"Ortu lo pada kemana ? Ko sepi amat ni rumah ?" tanya Dimas penasaran.
"Ortu gue lagi di luar kota ngurus pekerjaannya." jawab Dilla santai yang masih asik bermain handphone.
"Oalla. Mending jalan aja yuk dari pada loe di rumah sendirian cuma sama bibi. Mumpung malming." ajak Dimas.
"Malas ah kak, gue dirumah aja." jawab Dilla yang sudah tidak bermain handphonenya lagi.
"Ayolah, biar kaga keliatan jonesnya, hahaha." ucap Dimas nyindir.
"Kampret loe kak, emangnya situ kaga jones?" sindir Fadilla.
"Sorry ya gue mah kaga jones, tapi gue joga." ujar Dimas sok cool.
"Hah? Apaan tu joga?" tanya Dilla bingung.
"Jomblo bahagia hahaha." jawab Dimas sembari tertawa ria.
"Apaan sih garing!" ujar Fadilla sinis.
"Menurut lo sih emang garing, tapi menurut gue itu sangat sangat lucu!" ujar Dimas membela diri.
"Yayaya serah lo deh kak." balas Fadilla tidak bersemangat.
"Yaelah jangan lesu gitu dong, harus semangat! Kayak gue nih!" ujar dimas. "Cepet gih ganti baju!" sambung Dimas.
"Lah ngapain ganti baju ?" tanya Dilla.
"Aelah, kita Malmingan nyet, dari pada di rumah, yagak." ujar Dimas.
"Emangnya mau malmingan kemana sih?" tanya Dilla lagi.
"Ke pasar malam aja kali ya, pasti seru tu buat anak bocah kayak lo, hahaha." ledek Dimas semangat.
"Ihh aku bukan bocah kali !! Malas ah, aku mau tidur aja, sakit hati di bilangin kayak bocah, huh!" ujar Dilla ngambek yang sembari melipat kedua tangannya dia atas dada.
"Hmm iya deh jangan ngambek gitu dong, nanti imutnya hilang tuh." rayu Dimas yang sedang mencubit pipi Dilla gemas.
"Ihh sakit tau kak." gumam Dilla kesakitan.
"Iya deh maaf, buruan gih ganti baju." suruh Dimas sembari mengacak ngacak rambut Dilla pelan.
"Iyadeh, tunggu bentar ya." ucap dilla dan langsung lari ke kamarnya.
Saat dimas menunggu fadilla berganti pakaian, ia melihat lihat album foto dilla yang ia temukan dibawah meja tamu. Dimas senyam senyum saat melihat gaya foto dilla sewaktu kecil itu. Menurutnya itu sangat lucu dan mengemaskan. Ia tidak berhenti tertawa melihat beberapa foto dilla yang ada di album itu.
Beberapa menit kemudian Fadilla sudah berdiri di samping Dimas yang sedang senyam senyum melihat album foto dirinya.
"Kak.." panggil Dilla. Dimas pun terkejut saat ada suara yang memanggil namanya, dan langsung menoleh kearah samping dan menemui Dilla yg sudah berdiri sejak tadi.
"Ngagetin gue aja lu nyet." ucap Dimas sembari menutup album yg ia pegang dan meletakkannya ketempat semula. "Yaudah yuk keburu malem." ajak Dimas yang langsung mendapatkan anggukan dari Dilla.
****
Hai gengsss... Gue balik lagii nihh malem malem gini yang sudah sekian lamanya gue kaga update hehe, dan sekarang gue sudah menulis part yang emm mungkin msih absurdnya sama kayak part sebelumnya kali ya ?? Abisnya gue bingung banget mau ngelanjutinnya kayak gmna lagi :') jadi mohon ampuni hayati ini ya kawan kawan hihi.
Dan jangan lupa vote and commentnya ya guys. Gue butuh voment dari kalian huhu.
And see you on the next part guys !!!
30Mey2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless
Teen FictionKisah cinta yang rumit. Seorang gadis bernama Fadilla yang rela berkorban demi sahabatnya Clara yang saling menyukai seorang laki-laki yang sama. Ia mengorbankan perasaannya demi sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. Ia lebih m...