Bab 1 Riloria

208 29 16
                                    

Hembusan angin di pagi hari yang cerah menyapa gadis cilik yang sedang menikmati coklat yang baru saja dibelinya. Sekali-kali ia bersenandung riang sambil menyapa orang-orang yang dilaluinya. Mereka disana merasa heran mengapa gadis cilik yang telah terbiasa menangis juga murung di hari- harinya mendadak menjadi riang gembira.

Gadis cilik tersebut membagikan coklat yang dimilikinya. Mungkin ini adalah saat terakhir, pikirnya. Teman-temannya seketika menyambutnya dengan wajah riang gembira dan hangat yang hanya sebuah topeng. Ya, topeng. Mereka tidak benar-benar menjadi temannya. Mereka hanya memanfaatkan gadis itu karena dia adalah gadis pembawa sial. Itulah sebutannya. Tetapi, gadis itu tidak pernah mempedulikannya.

8 tahun kemudian, gadis tersebut tumbuh menjadi wanita yang kuat. Badan yang tinggi semampai juga paras bagaikan porselen. Tetapi, wajah angkuh dan dingin juga tatapan setajam kaca membuat orang-orang disana enggan berdekatan apalagi berbincang dengannya.


***

Matahari sudah menyembunyikan diri bergantian dengan bulan yang mulai menampakan diri. Tampak seorang gadis berjalan kesana-kemari dengan tergesa-gesa. Akhirnya ia menyerah pada waktu karena ia telah menghabiskan setengah hari untuk mencari jalan keluar.


"Sial, ini sudah berjam-jam dan sekarang aku merasa akan membusuk ditempat mengerikan ini. Kuharap ada seseorang yang akan menolongku." Gadis itu terduduk lemas ditengah pohon-pohon yang menjulan tinggi. Ia ingin menyerah begitu saja pada dunia. Tapi, ia tau bahwa itu bukanlah jalan yang tepat.

Gadis itu bernama- Riloria Chillon. Dilihat dari tampangnya, ia seperti remaja berumur 16 tahun, tapi sebenarnya ia sudah berumur 20 tahun. Pakaiannya terkesan 'ribet' karena ia menggunakan dress dengan bawahan yang menyapu rumput dengan sabuk berisi belati untuk berjaga-jaga.

Tiba-tiba terdengar suara gemericik dari semak belukar. Rilo terlonjak kaget hingga nyaris terkena ranting pohon dibelakangnya. Ia langsung mengeluarkan belati dari sabuknya dan mengacungkannya kedepan.

"Siapa kau? Kau tau ini adalah hutan terlarang! Gadis lemah sepertimu tidak berhak ada disini!" Marah pria dengan mahkota emas dikepalanya juga besi dan kain biru yang melekat dibadannya. Jubah merahnya ia sibak dan munculnya sebuah pedang yang ia gunakan untuk menyerang Rilo.

Prang!

Pertarungan pedang-belati terjadi. Rilo yang baru saja beristirahat terkejut dan belum sempat memulihkan tenaganya kembali hingga pedang pria itu nyaris mengenainya. Dengan sigap ia menangkisnya dan maju untuk menyerang. Tetapi, ia terlambat. Pedang itu sudah mengenai baju di pundaknya dan membuatnya tersangkut di pohon.

"Cabut pedang ini dan lepaskan aku! Memangnya kamu siapa? Aku juga tidak punya waktu untuk ini karena aku harus kembali ke Desaku!" Jawab Rilo dengan tampang kusut karena kesal dan juga kecapaian. Ia terus menerus memberontak hingga tenaganya habis.

"Pergi dari sini jika kamu tidak mempunyai izin. Kuperingatkan jika kamu tidak mau dalam bahaya," sarannya. Ia pun mengambil pedang yang menancap di baju Rilo dan bergegas kembali ke semak-semak. Ia melakukan gerakan aneh dan menghilang diantara semak-semak.

Rilo merasa heran. Karena, setelah dipikir-pikir kenapa ada orang ditengah hutan begini dan mengapa dia tidak minta tolong. Uhh bodohnya, pikirnya. Tapi, ia tidak menyerah dan terus berjalan walau akan terus kembali ke tempat itu. Ia memang bukan pribadi yang mudah menyerah. Dari dulu ia telah terbiasa menghadapi berbagai cobaan.

***
Pria berjubah merah itu terdiam. Ia merasa aneh dengan gadis tadi.

"Sepertinya, aku pernah melihatnya. Apakah ini deja vu?" Gumamnya.

"Hei Illo, jangan melamun seperti itu. Cepat kembali ke kerajaan dan berhenti berkhayal," suruh Raja Kashim, ayahnya sekaligus tetua di Richelauts Stone.

Richelauts Stone adalah tempat yang penuh dengan batu seperti namanya. Dahulu kala, Richelauts Stone bernama Richius Sapph adalah tempat yang nyaman juga damai. Tetapi, tiba-tiba para warga mendapat perintah untuk menghadapi peperangan. Perintah tersebut cukup membuat para warga kelabakan. Karena tidak siap, akhirnya mereka dikalahkan. Lawannya, melempari Richius Sapph dengan bebatuan yang sangat banyak sehingga nama tempat ini berubah dari Richius Sapph menjadi Richelauts Stone.
Tetapi, Richelauts Stone masih tidak aman. Banyak ancaman dan serangan yang datang. Maka itu tempat ini ditutup dan hanya orang tertentu yang boleh masuk kemari.

"Tunggu sebentar," mendadak terlintas sesuatu dipikiran Illo. Ia pun segera mencari penjaga perbatasan. Ada yang tidak beres dengan gadis itu.

"Hei, kamu. Apa maksudmu mengizinkan gadis itu masuk? Apa kamu tidak sadar betapa bahayanya dia jika dia telah masuk kemari!" Protes Illo. "Apa kau dihasut?! Cepat beritahu aku dan cari gadis itu!"

"M... maaf tuan Illo. Orang-orang dari desa datang kemari. Saya sudah mengusir mereka tapi, mereka tidak mau dengar dan malah menyerang saya," ungkapnya dengan ketakutan. Penjaga perbatasan yang telah berumur 99 tahun tersebut memang telah lama bekerja untuk Kerajaan. Ia pun hanya tinggal sendiri dan tidak diketahui identitas aslinya. "Kalau untuk mencari gadis itu, saya benar-benar minta maaf tuan tapi, saat ini badan saya sedang sakit-sakit karena ulah para warga tadi."

"Ya sudahlah biar aku saja yang mencarinya. Kembali ke tempatmu dan jaga perbatasan dengan benar. Jangan sampai kejadian seperti tadi terulang."

***

Rilo berjalan sambil memegangi perutnya. Kriukkk... terdengar bunyi kelaparan yang berasal dari perutnya. Ia sudah tak memiliki harapan agar tetap hidup. BRUKK!! Beberapa detik kemudian gadis itu ambruk karena lelah dan kelaparan.

Disisi yang lain. Pangeran Illo masih tetap mencarinya. Ia bertekad akan menemukannya. Ia tak tega bila harus meninggalkannya di Hutan ini.

Seorang bocah lelaki pendek dan gendut berjalan mendekati Riloria. Oh, tidak tidak. Dia terbang.

"Gadis malang. Sendirian di Hutan dan akan menjadi santapan sang raja tak bermahkota. Akan kubawa dia kesana dan aku akan mendapat kekuasaan yang tinggi! HAHAHAHA," ucapkan dengan wajah mengerikan.

"Heh, apa yang kau bicarakan. Aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuhnya," sanggah sang pangeran yang baru tiba disana. "Tak akan kubiarkan."

Maafkan kalau ceritanya kurang nyambung *pasrah* >.<. Ini pertama kalinya ngetik cerita terus di post hehehe. Kritik dan sarannya jangan lupa ya:3

The SirithstinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang