Bab 3 Perjalanan (2)

75 20 7
                                    

"BERHENTI!!!" Suara yang mengejutkan datang.

***

"Apa maksudmu tuan puteri? Mereka akan terbunuh jika masuk kedalam sana!" Kata pria paruh baya berteriak sambil mengacungkan jarinya menunjuk air terjun tersebut.
Pria paruh baya tersebut langsung menarik mereka menjauhi pinggir sungai di dekat Mermaid Linka.

Ia mengenakan baju yang agak lusuh dan ada bercak darah di bajunya. Tetapi, ia menggunakan pelindung perak di sikut dan lututnya.

"Apa maksudmu? Aku tak mengerti. Bukankah itu adalah jalan pintas menuju tempat yang akan dituju kami?" Tanya Rilo kebingungan lalu melepaskan tangannya dari tarikan sang pria paruh baya.

"Dia!" Kata pria paruh baya tersebut menunjuk Mermaid Linka. "Dia tau bahwa masuk kesana itu berbahaya bagi manusia biasa seperti kalian tapi ia malah mengusulkan hal bodoh seperti itu!"

"Biarkan mereka memutuskan apapun yang terjadi," ucap Mermaid Linka. Ia lalu berenang ketepian memancarkan auranya yang membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona oleh kecantikannya. "Jika mereka mati didalam sana maka itu takdir. Kalian semua tidak boleh menyalahi takdir."

Rilo dan Illo saling bertatapan dengan penuh keyakinan. Kemudian mereka menghentakkan kakinya dengan sekuat tenaga hingga mereka menggetarkan bebatuan di pinggir sungai. Beberapa detik kemudian, muncul jalan setapak yang mengarah ke air terjun, tapi air terus mengalir tanpa henti. Dari luar, terlihat ada cahaya dibalik air terjun tersebut.

Illo berjalan di depan sambil mengacungkan pedangnya. Takut terjadi apa-apa. Rilo berjaga dibelakang sambil memegang belatinya.

Perlahan-lahan mereka mencoba untuk masuk kedalam air terjun. Rilo sedikit bergidik. Takut kebasahan. Nyatanya, mereka berhasil masuk kedalam dengan keadaan kering tanpa terkena sepercik pun air.

Sret!
"Aw!!" Teriak Rilo sambil memegangi lengannya yang terus menerus mengeluarkan darah.

Seketika Illo langsung menghampiri Rilo dan memandang sekitarnya. Mereka berada di dalam gua yang gelap walaupun sudah di terangi oleh cahaya obor yang menempel di dinding gua yang dilapisi oleh rumput laut yang sangat lebat. Pijakan kaki yang agak licin membuat mereka harus ekstra berhati-hati agar tidak terjatuh.

"Kamu kenapa?! Ini masih diawal!" Sahut Illo panik. Ia merobek sebagian bajunya dan melilitkannya ke lenggan Rilo agar pendarahannya berhenti.

"Aku tidak tau. Tiba-tiba saja begini. Apa ada baiknya kita kembali ke jalan yang tadi?" Usul Rilo sambil meringis kesakitan.

"Yang benar saja. Ini satu-satunya cara agar kita cepat kembali ke kerajaan. Ayo maju."

***

Secercah kegelapan akan kami datangkan kembali. Membuang cahaya ke tempat terdalam. Mendatangkan kegelapan yang tiada hentinya. Sehingga semua orang merasakannya. Bukan hanya aku. -T

***

Suara gemericik air perlahan-lahan semakin mengecil pertanda mereka hampir sampai di ujung mulut gua. Cahayanya pun semakin terang menyilaukan mata.

"Mm.. hei, apa kau pernah mendengar tentang Sirithstin?" Tanya Illo sambil berjalan.

Mendadak ingatan masa lalu Rilo muncul....
"Kau anak pembawa kutukan! Pergi dari sini sekarang juga!"
"T...ta..tapi.. aku tidak tau apa-apa tentang itu. Kumohon izinkan aku tetap berada di Desa ini."
Tetua Desa pindah ke tengah warga sambil mengangkat belati tinggi-tinggi hendak menghunuskan belati kearah buku usang yang bergetar di tanah, seakan tak mau di perlakukan seperti itu. Seseorang di singgasana menyaksikan hal tersebut sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi tajam yang mengerikan. Gadis kecil itu bergetar ketakutan. Semua berkecamuk dipikirannya terlebih para warga yang memegangi tangan dan kakinya sehingga ia kesakitan.
"BERHENTI!!!"

Mendadak Rilo kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Ia terisak-isak melihat ingatan masa lalunya. Hingga sekarang ia tak tau buku apa yang ingin dimusnahkan tetua desa itu.

Illo mengulurkan tangannya, tetapi tak digubris oleh Rilo.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan sangat canggung.

Bersambung...
***
Jangan lupa vomment nya ya!

The SirithstinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang