Enam tahun berlalu..
"halo jeng.." sapa mamah genta pada mamah tara, tari.
"asik anaknya sudah besar ya, udah mau nikah" ucap mamah tara, tari.
Mamah genta tertawa bahagia, menyambut ucapan itu.
Aku, tara, tari, safnah, dian, zidan, tio, putra, genta dan dion, ya dion, dua minggu lalu setelah acara tahun baruan dirumah safnah, kami berkumpul bersama-sama setelah pesan singkat yang kami dapat dari dion, berisi kata-kata singkat tapi benar-benar menyentuh, ia mengirimi kami semua pesan dengan isi meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan, tentang mantan pacarnya, tentang perubahan sikapnya, tentang dia dan tari, tentang semua kesalahannya yang mengecewakan kami, akhirnya setelah enam tahun tanpa komunikasi, hari itu tiba, hari terakhir di tahun 2015, tara memberanikan diri memulai obrolan khusus di grup yang setelah sekian lama kebiasaan setiap minggu itu kami lupakan, datang lagi. Saat aku melihat sudah beberapa menit setelah pesan tara itu ku baca tanpa satu tanggapan, zidan datang, lalu genta pula, lalu tio, dian, tari, putra, dion, safnah kemudian aku. Bergetar setiap ketikan kata-katanya, tanganku merindukan hal ini, mataku merindukan hal ini, hatiku benar-benar merindukan hal ini. Tidak perlu beberapa jam untuk memulihkan coletahan yang sudah bertahun-tahun hilang, hanya sembilan puluh menit lebih tujuh detik, coletahan nyata kami pecah dengan emoticon tawa yang mulai muncul dari sembilan puluh menit lebih tujuh menit tanpa emoticon, dan emoticon pertama yang muncul adalah emoticon tertawa, bahagia sekali rasanya, persahabatan ini bisa benar-benar pulih seperti sedia kala, walau aku yakin tak se-sempurna sedia kala. Malam itu juga, kami putuskan untuk merayakan tahun baru dirumah safnah, merayakan pergantian tahun dan merayakan persahabatan kami yang akan kami mulai lagi dengan lembaran baru.
Di malam itu coletahan-coletahan muncul begitu saja, suasana hangat sekali ditambah api unggun yang kami buat di teras kamar safnah yang tak berkeramik. Membakar apa saja yang bisa kami bakar, seperti rasa kecewa yang pernah ada diantara kita, amarah yang pernah ada diantara kita, keributan dan perdebatan, itu semua kami bakar, sama seperti api unggun itu membakar angin malam yang dingin malam itu.
Aku, tara, tari, safnah, dian, zidan, tio, putra, genta dan dion, duduk diruang tamu dalam, tanpa memperdulikan coletahan ibu-ibu diruang tamu utama rumahku. Kami pun berkumpul bercoletah sama hal nya dengan ibu-ibu itu, lebih-lebih kali ini kami ada di acara rencana pertunanganku. Ledekan-ledekan muncul dari mulut mereka, lebih-lebih putra, jahil sekali merayu dan meledekku sambil tetap dengan kebiasaannya - mengunyah-ngunyah wafer vanilla. Sampai mamah genta memanggil kami untuk memulai pembicaraan tentang rencana pertunanganku, tidak hanya mamah genta, ibuku, dan mamah tara, tari yang hadir. Mamah tio, zidan, safnah dan putra pun hadir di acara ini. Hanya mamah dion dan dian yang tidak hadir, karena berhalangan.
Saat itu umur kami semua sudah bertambah, kami sudah benar-benar dewasa, bahkan safnah, zidan, putra, dan tara sudah menikah, dan safnah, zidan sudah dikaruniai anak. Safnah membawa leo, anaknya yang berumur satu tahun lebih sedang digendong-gendong oleh baby sister agar tidak merusak acara. Dan zidan membawa anak kembarnya bersama bilqis, yaitu adela dan adila yang sangat menggemaskan, ia membawa istrinya untuk menjaga adela dan adila agar dia bisa ikut duduk tenang dalam pembicaraan tentang rencana pertunanganku nanti.
Sebelum rencana-rencana itu terucap, mamah genta memberikan ucapan turut bahagia dengan keluarga tara, tari yang kembali bersatu, bahagia sekali rasanya dapat mendengar kabar bahagia itu. tara, tari kali ini benar-benar mempunyai keluarga yang utuh lagi, setelah bertahun-tahun terpisah dari mamah kandungnya, tari menangis mendengar ucapan bahagia yang mamah genta sampaikan, bukan menangis sedih, tapi menangis bahagia, bisa membuat orang lain merasakan juga kebahagiaan yang ia rasakan. Sampai rencana pertunangan itupun akhirnya diucapkan, pada saat mamah genta sedang menjelaskan rencana-rencana itu, safnah mengeluarkan suara
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Biru dalam Mawar Biru
Romansa'Apa hanya aku disini yang merasa bahagia dengan persahabatan ini? Apa hanya aku yang berjuang mempertahankan persahabatan ini? Atau malah bukan aku, ketika Genta mengucap kata indah yang semua wanita harapkan dari berbinar-binarnya mata seorang lel...