PART 8 (she's my sister!)

25 4 0
                                    

*2 bulan kemudian..
*Vivi pov

Gue dan Tisa sedang duduk bersebelahan dipojok kelas. Dikira homo gue ini dah.

Kita sedang cerita-cerita gitu. Kalau kata anak jaman sekarang mah, curcol.

"Gue pengen nanti jadi pacarnya ka Aga, terus nanti gue buat ka Aga berubah." ucap Tisa. Deg.. Nyesek vroh!!! Gue ngebalesnya dengan senyum doang. Gue rasa Tisa bener suka deh sama itu makhluk.

"Gimana, vi? Gue punya banyak kecocokan loh sama ka Aga." ucap Tisa lagi.
"Ya gimana? Yang mau pacaran elo, jadi nanya gue." jawab gue cuek.
"Gitu deh." kata Tisa. Lalu setelah itu nggak ada yang bicara lagi.

Gue lihat ke luar jendela. Ternyata cogan gue baru aja lewat barusan.
Apa gue harus move on dari ka Aga untuk Tisa ya? Oke nggak apa-apa buat sahabat gue sendiri.

"Gue juga lagi suka sama seseorang." kata gue tiba-tiba.
"Siapa?" tanya Tisa.
"Nggak tau namanya, dia kelas 10 ipa 5. Orang nya putih, cakep, ganteng, handsome." kata gue.
"Kata-kata lo 1 makna semua." kata Tisa datar.
"Biar. Nanti dia pasti balik lagi." kata gue.

"Eh elo! Maen dipojokkan dua-duaan. Habis ngapain aja lo berdua!"teriak Ita.
"Ngapain aja ya tadi kita?" goda gue ke Tisa. Tisa hanya memandang gue horor.
"Nggak ngajak-ngajak lo!" kata Ita lagi. Lalu gue, Tisa sama Ita tertawa bersama.

Gue bingung, sebenernya Tio kenapa ya? Dari 2 minggu yang lalu dia kayak menjauh gitu. Apa dia marah soalnya gue katain terus? Ah kayaknya nggak deh. Terus kenapa ya?

"Mana pe'a, cowo yang lo demen?" tanya Tisa yang mengangetkan gue.
"Oh iya. Liat aja nanti lu bakal tau dah." kata gue. Lalu Tisa menjitak kepala gue.
"Ya mana gue tau orang nya pe'a!" teriaknya. Bener juga ya?
~~~

*Tio pov
*2 minggu sebelumnya

Sekarang gue berada disebuah rumah yang selama ini gue cari. Mungkin ini saat nya gue nemuin orang itu.

Kok gue jadi kepikiran Vivi ya?

Entah angin dari mana, gue jadi sering kepikiran Vivi. Padahal gue juga baru kenal. Tapi gue rasa gue udah kenal dia selama beribu-ribu tahun lalu. Nggak sampe beribu-ribu juga sih!! Apa mungkin gue.. Nggak mungkin! Impossible banget. Gue baru kenal dia.

Gue masih aja berdiri didepan pagar rumah tersebut. Gue merasa ragu banget buat mencet bel rumah tersebut. Gue. Bingung.

Akhirnya memencet bel rumah itu.

Ting.. Nong.. (Anggap aja bunyi bel)

"Mas siapa ya?" ucap seorang wanita separuh baya menggunakan baju terusan, kepada gue.

"Ada pak... Yusuf nya nggak bu?" tanya gue sopan.

"Ada. Tapi den ini siapa ya?" tanya ibu itu. Den? Ternyata dia pembantu dirumah ini.

"Saya? Saya anak temannya pak Yusuf." ucap gue.

"Oh ya, mari den masuk." kata pembantu itu mempersilahkan. Dia berjalan didepan gue, pastinya gue dibelakang ibu itu.

"Den, den duduk dulu disitu ya. Biar bibi panggil bapak dulu." kata ibu itu menujuk sofa yang ada diruang tamu. Gile!! Ruang tamunya segeda gaban!! Gue bakal tinggal disini nggak ya?

"Siapa ya?" terdengar suara berat dari seseorang. Sepertinya itu milik seorang pria, kan kalau suara berat itu pasti laki-laki bukan perempuan, apalagi yang setengah-tengah. Eh?!

Gue berbalik badan yang sebelumnya gue membelakangi pria itu. Gue lihat disebelahnya ada seorang wanita, apa dia istrinya? Wanita itu mengamit sang suami, sambil memasang wajah bingung. Bahkan dia melihat gue sambil memiringkan kepalanya. Emang badan gue kebalik ya? Perasaan nggak deh. Gue pun melihat seluruh badan gue, memastikan apa sebenernya badan gue kebalik?

A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang