Chapter 6
Langit-nya Senja yang mulai menjauh***
Aku duduk santai di sofa kamarku dengan memangku album foto besar yang sengaja kusimpan diam-diam dari orang-orang rumah. Jendela yang sengaja aku buka agar angin masuk ke dalam kamar hingga memberiku sensasi angin sejuk malam, menerpa wajahku dan memainkan sulur-sulur rambutku dengan nakal. Tanganku terus membolak-balik setiap lembar isi album foto-ku. Bunda. Dengan lembut, tanganku membelai foto wajah Bunda yang tersenyum memeluk tubuhku yang memakai seragam TK. Bunda-ku sayang, Senja merindukanmu. Setetes air mata jatuh tepat di foto Bunda. Ah~
"Nja!" aku menoleh ke samping dan benar saja, Langit duduk di samping jendelanya dengan kepalanya yang menyembul keluar.
"Apa?" tanyaku yang kembali menundukkan kepala untuk menggusap sisa air mataku.
"Mau cerita nih!"
"Ceritanya ga berkualitas, ga usah deh. Ngantuk nih!" ocehku padanya dan membuat Langit mencebik kesal padaku.
"Berkualitas banget ini,"
"Apaan coba?"
"Aku ngedate tadi," ucapnya sumringah. "Sama Nana," lanjutnya. Aku diam setelah menutup album fotoku. Mataku menatap Langit yang sedang tersenyum melihat langit malam yang malam ini penuh dengan bintang. Langit sedang bahagia.
"Terus?" tanyaku pelan.
"Aduh! Kayaknya kaga bisa tidur ini entar,"
"Sukses ya?"
"Iya,"
"Kamu ajak kemana?" tanyaku yang bangkit dari dudukku untuk menarik selimut yang ada di tempat tidur.
"Aku ajak ke tempat Cafe Lampion yang waktu itu kamu pengenin. Ternyata bagus juga tempatnya. Cozy dan romantis," jawab Langit.
Aku hanya bisa diam menatapnya, aku harus menahan air mataku untuk tidak keluar. Kuhela napas berkali-kali sebelum menyahuti perkataannya. "Dia suka ga?" tanyaku yang pura-pura antusias.
"Suka. Lah ini baru pulang. Liat pakaianku!" ucap Langit yang berdiri dari duduknya untuk memperlihatkan pakaiannya yang masih memakai kemeja kotak-kotak berwarna merah, rambutnya juga masih rapi.
"Kamu sekedar suka apa cinta sama Nana, Lang?" tanyaku serius dan menatap Langit yang kembali duduk di kursinya, dia sedang sibuk dengan ponselnya. Sekali-kali dia tersenyum kecil.
"Cinta, mungkin," jawabnya setelah meletakkan kembali ponselnya dan menatapku, kupaksakan senyumanku merekah untuknya. "Dia itu beda, Nja. Cantik, baik, pinter, supel, dia juga ga rewel. Nambah nilai plus dipandanganku," lanjut Langit.
"Kayaknya lebih dari mungkin itu," ucapku yang lebih pada diriku sendiri. Tanganku saling meremas untuk menggontrol diriku agar tidak menangis.
"Nja, kayaknya besok kamu berangkat sendiri ya atau ga kamu bisa minta anterin Om Suryo,"
"Kenapa?"
"Aku mau bawa sepeda motor," jawabnya sambil nyengir. "Mau jemput Nana. Salah satu misi buat dapetin dia,"
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya dan mengganggukkan kepala menggerti. "Kayaknya aku harus ngelakuin segala hal sendiri, Lang," ucapku yang kemudian bangkit dari dudukku. "Selamat malam, Lang!" pamitku sebelum menutup jendela kamarku dan mengguncinya.
Tubuhku merosot ke bawah tempat tidur, bersandar di sana. Kutekuk kakiku untuk menyembunyikan wajahku dari tangisanku yang mulai tak bisa kukendalikan lagi. Aku kehilangan sekarang. Apa yang aku takuti selama ini terjadi sekarang, aku tak bisa bersama dengan Langit selamanya. Suatu hari, Langit akan mencintai wanita lain dan menjadi miliknya bukan milik Senja lagi. Bukan Langit untuk Senja -lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT untuk SENJA [FINISHED]
Novela JuvenilKetika teman masa kecil semakin menjauh dan menyisakan ruang hampa pada hati. Ketika cobaan lain dari Tuhan datang untuk membuat kita semakin kuat. Itulah yang harus dihadapi Senja, semua berubah saat Langit jatuh cinta kepada siswa baru, Nana. Tak...