Chapter 18
Kejutan yang Konyol***
Tante Anna mendorong kursi rodaku menuju kamar inapku, perutku terus bergejolak setelah kemoterapi tadi. Kutekan perutku dengan kedua tanganku untuk menahan rasa mual itu datang kembali.
"Ada apa, Nja?" tanya Tante Anna yang mencodongkan kepalanya ke depan untuk menatapku.
"Mual," jawabku.
"Tahan sebentar," suruhnya yang kembali mendorong kursi roda lebih cepat. Dengan tergesa, Tante Anna membuka pintu kamar inapku dan langsung menuju kamar mandi. Membantuku berdiri mendekat ke washtafell. "Muntahkan semua!" perintahnya.
Tak perlu kutahan lagi, aku segera memuntahkan semua isi dalm perutku. Meski hanya sebuah cairan putih dan sedikit cairan kekuningan, efek dari kemoterapi tadi. Aku merasakan pijatan pelan pada tengkukku. "Masih mual??" tanya Tante Anna yang masih memijat tengkukku. Aku hanya menganggukkan kepala pelan. Kuputar kran air dan membasuh mulutku beberapa kali, berkumur sedikit untuk membersihkan rasa pahit pada mulutku.
Tante Anna memapahku kembali ke branka-ku, membantuku berbaring. Juna berlari riang menuju ke arahku dan menompangkan kepalanya di atas branka-ku. Matanya yang sipit menatapku senang, "Kau baik-baik saja?" tanyanya polos. Hanya anggukkan lemah yang bisa kujawab kepada Juna.
Tante Anna menyelimuti hingga batas pinggang, menggusap lembut rambutku. "Lebih baik sekarang?" tanyanya dan kembali kujawab dengan anggukan kepala kepada Tante Anna.
"Efek dari kemoterapinya?" tanya Sofia saat Tante Anna duduk di sofa sampingnya.
"Iya, mbak," jawab Tante Anna.
Sofia duduk di tepi branka-ku setelah meletakkan piring yang berisi buah-buahan yang telah dia kupas bersih, "Makan buah dulu biar mulut kamu ga pahit," suruh Sofia sambil menyuapkan buah apel yang telah dipotong.
"Asam,"
"Gapapa," ucap Sofia menenangkan dan dengan sabarnya menyuapiku.
"Mama, Juna juga mau," pekik bocah kecil itu yang memeluk kaki Sofia, aku hanya bisa terkekeh melihat Juna.
"Ini," seru Sofia yang menyuapkan sepotong buah apel lainnya ke dalam mulut Juna. "Asam?" Juna hanya menganggukkan kepalanya dengan kedua alisnya yang berkerut menahan asamnya rasa buah apel itu. "Lagi?" tanya Sofia lagi dan Juna menggelengkan kepala menolaknya. "Kau ingin lagi, Senja?" tanya Sofia menatapku, aku hanya menggelengkan kepala.
Tok Tok Tok
Tak lama kemudian, pintu kamar inapku terbuka dan berdirilah Aryo dengan pakaian seragamnya tetapi kali ini dia tutupi dengan jumper hitamnya. "Hai, Nja!" sapanya dengan mengangkat kantong plastik yang sangat kuyakini adalah snack. "Mau ga, Jun?" tawar Aryo kepada Juna, bocah itu melompat-lompat sembari menganggukan kepala.
Aryo meletakkan kantong plastik itu di atas meja sofa, "Ini ada minuman, roti dan beberapa snack, Tante," ucap Aryo sebelum duduk di tepi branka-ku.
"Kenapa bawa gini?" tanya Tante Anna yang mengambil susu kotak untuk Juna.
"Aryo tau lah kalo Tante-tante cantik ini butuh camilan di malam hari," jawab Aryo terkekeh.
"Kalo kita gemukan gimana?" celoteh Sofia.
"Nanti main basket bareng Aryo. Dijamin langsung kurusan dalam waktu seminggu," sahut Aryo.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT untuk SENJA [FINISHED]
Novela JuvenilKetika teman masa kecil semakin menjauh dan menyisakan ruang hampa pada hati. Ketika cobaan lain dari Tuhan datang untuk membuat kita semakin kuat. Itulah yang harus dihadapi Senja, semua berubah saat Langit jatuh cinta kepada siswa baru, Nana. Tak...