PROLOG

70 6 0
                                    

"Kau tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di hari esok. Oleh sebab itu hidup di dunia ini serasa lebih menarik. Dengan berbagai kejutan-kejutan yang ada. Entah itu baik maupun buruk. Dan salah satu kejutan dari dunia ini untuk ku adalah..... kau"

***
Author POV

Apa yang ada di benak kalian jika kalin mendengar kata "perjodohan?" It's a bad idea right?

Dan di sini lah ia sekarang. Di sebuah restoran yang cukup mewah, di daerah Jakarta Pusat. Dengan gaun selutut sederhana berwarna peach, ditambah dengan sentuhan make up yang tipis, membuat penampilannya malam ini cukup sempurna.

Sambil bersembunyi di belakang punggung mama dan papanya ia terus menundukkan kepalanya sambil meremas-remas jemarinya sendiri.

Ia melihat dua Orang pasangan suami istri yang serasi menghampirinya dan kedua orang tuanya

"Arnold, Miranda maaf membuat kalian menunggu mari duduk" ucap wanita tersebut dengan lembut.

"Tidak masalah Igor, Tamara" Ucap Arnold sambil menarik kursinya.

Gadis tersebut menarik kursinya lalu duduk dengan tenang. Untuk saat ini ia hanya bisa memasang senyuman lebar sambil bergaya batu. Ia berusaha mengamati satu-persatu wajah-wajah asing yang ada di hadapannya itu.

Untuk pertama, pandangannya jatuh kepada pria paruh baya yang menyalami papanya. Muka yang angkuh dengan tubuh tinggi dan tegap dipadu dengan wajah yang masih terlihat tampan walaupun sudah berusia. Dari penampilan fisik itu, ia bisa menyimpulkan bahwa umur om Igor tidak berbeda jauh dengan papanya. Dan aku juga yakin seratus persen bahwa om Igor bukan lah orang yang mudah bersahabat dengan orang asing.

Kemudian ia melirik wanita paruh baya yang berdiri di sebelah Om Igor, yaitu tante Tamara. Berbeda dengan Om Igor, Tante Tamara terlihat lebih hangat dan bersahabat. Dengan mukanya yang cantik dan tirus, dipadu dengan hidung mancung dan senyuman yang terukir di bibirnya sedari tadi, membuat gadis tersebut sedikit bernafas lega.

Lalu pandangannya berakhir pada sebuah kursi kosong yang ada di sebelah tante Tamara.

"Jadi dimana Bobby?" tanya Miranda, ibunya.

Mendengar nama itu disebut, gadis itu membulatkan matanya. Sebuah siluet wajah seorang lelaki terlintas di benaknya. Nafasnya terasa tercekat. Pikirannya berlari kemana-mana.

'Bobby? Tidak mungkin Bobby yang itu. Stay calm stay calm' ucap gadis tersebut dalam hati sambil memejamkan matanya.

"Maaf aku terlambat" sebuah tarikan kursi membuat seisi meja menatap ke arahnya. Tak terkecuali gadis tersebut.

Matanya melotot sempurna mengetahui siapa yang akan 'dijodohkan' dengannya.

"KAU!" ucap gadis itu setengah berteriak.

Ia berani bertaruh kehidupannya setelah ini akan berbeda.

GAME OF PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang