Awal

749 34 6
                                    

"APA MA? SEKOLAH DI ASRAMA?" pekik Krystal kaget.

"Apa salahnya sih, Krys? Kamu coba dulu baru boleh menolak." Elina tetap kekeh dengan keinginannya untuk memasukan anak gadisnya tersebut ke Asrama.

"Mama nggak ada waktu untuk ngurusin kamu, jadi Mama harap kamu mau sekolah di asrama. Kamu nggak kasihan sama Mama? Mama udah capek-capek kerja, terus masih disuruh ngurusin kamu? Bisa-bisa pekerjaan Mama terbengkalai, Krystal."

Elina adalah seorang wanita yang bisa dibilang 'gila kerja'. Ia menganggap pekerjaan adalah hal yang terpenting di hidupnya, sedangkan Setya, papa Krystal, sudah memutuskan untuk tinggal di Melbourne dengan alasan pekerjaan sejak dua tahun yang lalu.

Setiap hari, Krystal mengerjakan segala urusannya sendiri, tanpa campur tangan orangtuanya. Memang, Krystal adalah anak tunggal, tetapi kedua orangtuanya sama sekali tidak memperhatikan dirinya. Yang membantu Krystal sehari-hari hanyalah Bibi Mary, adik perempuan Elina. Krystal memang terlahir sebagai gadis yang mandiri. Ia tidak pernah mengeluh, meski dirinya kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Walaupun orangtuanya seperti itu, Krystal tetap menyayangi mereka karena telah membesarkan dirinya selama ini.

"Ini sudah menjadi keputusan Mama! Kamu nggak boleh menolak." Tegas Elina.

"Ma? Mama nggak takut anaknya kenapa kenapa? Mama kenapa sih nggak pernah ngertiin perasaan Krystal?? Krystal sedih, kenapa dari dulu teman-teman Krystal sangat disayangi oleh orangtuanya, sedangkan Krystal? Krystal cuma bisa menyaksikan kejadian-kejadian itu! Krystal nggak pernah bisa ngerasain gimana kasih sayang orangtua Krystal selama ini. Kenapa Papa dan Mama nggak pernah mau memikirkan perasaan Krystal? Atau jangan-jangan Krystal ini anak pungut ya? Jawab Ma!!" Tak sadar Krystal pun menitikkan air matanya yang semakin lama semakin meluap.

'PLAKK'

tamparan keras dari Elina mendarat tepat di pipi kanan Krystal.

"CUKUP YA! SIAPA YANG NGAJARIN KAMU MEMBANTAH ORANGTUA?? MAMA NGGAK PERNAH NGAJARIN KAMU BEGITU! POKOKNYA KAMU HARUS MAU, ATAU KAMU TERPAKSA MAMA PINDAHKAN KE MELBOURNE!" Teriak Elina geram.

"Mama kan emang nggak pernah mengajari Krystal apapun." Lirih Krystal lalu beranjak ke kamar.

Elina pun langsung menyesali perkataannya barusan. Ia merasa khilaf karena telah menapar wajah gadis semata-wayangnya.

Sementara, Krystal menyesali perkataannya barusan, ia tak henti-hentinya menangis sepanjang malam itu.

***

"Krystal sayang? Boleh Mama masuk?" Tanya Elina dibalik pintu kamar Krystal.

"Masuk Ma, nggak dikunci kok." Ucap Krystal parau.

Setelah bernangis-nangis ria semalam, kondisi wajah Krystal dan juga suara Krystal memburuk. Matanya membengkak, dan ada lingkaran hitam disekeliling matanya. Sedangkan suaranya berubah menjadi serak.

Elina membuka pintu kamar Krystal, dan berjalan menuju ranjang tempat Krystal berada.

"Maafkan Mama, sayang. Mama tahu, Mama salah selama ini. Mama sadar, Mama nggak pernah memikirkan kamu. Mementingkan kamu. Dan Mama menyesal sekarang, sayang. Mama minta maaf yang sebesar-besarnya karena nggak bisa jadi Mama yang baik untuk kamu." Ucap Elina lembut seraya mengelus puncak kepala Krystal.

"Aku tahu kok Ma. Mama nggak perlu minta maaf, Krystal udah maafkan. Krystal juga minta maaf sama Mama atas semua perlakuan Krystal semalam. Krystal janji nggak akan mengulangi lagi." Krystal memeluk erat Elina. Elina pun membalas pelukan tersebut.

"Aku mau kok Ma, sekolah di Asrama. Sepertinya nggak buruk-buruk banget." Ucap Krystal dengan mantap.

Elina yang mendengarnya langsung menatap Krystal dengan mata berbinar-binar.

"Beneran, sayang? Kamu nggak keberatan?" Tanya Elina antusias.

"Beneran, dong! Jadi kapan kita daftarnya Ma?" Jawab Krystal dengan senyum mengembang.

"Sekarang! Ayo kita daftar sekarang!" Sahut Elina dengan semangat.

"Yaudah, sekarang kamu siap-siap, nanti Mama tunggu di bawah ya, sayang." Ucap Elina seraya meninggalkan kamar Krystal.

Mystery Behind The DormitoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang