PEMBALASAN #1

13.4K 263 6
                                    

Di balik wajahnya yang tegas, tatapan mata yang tajam, bahu yang kokoh, dan aura jantannya, dia adalah sosok yang paling aku cintai. Dia tidak tampan, kesan lelaki dalam artian sebenarnya yang ia miliki menjadi daya tariknya yang sangat aku banggakan. Aku menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa ialah orang yang paling aku inginkan sekarang dan selamanya.

Alex, itulah namanya. Gayanya yang cool, pelukannya yang hangat, dan ciumannya yang penuh kelembutan, mampu membuat ku mengerti arti dicintai. "Aku masih belum bisa berhenti merokok, sayang." Ujarnya parau saat kami menikmati waktu kebersamaan setelah makan malam. Senyumanku menjawab pernyataannya, meskipun aku benci dengan perokok, tapi melihatnya yang tengah menikmati batang nikotin adalah pemandangan yang menarik dan membuat ku nafsu. Maka aku pun membiarkan kebiasaannya itu, karena gayanya ketika melakukan ritual pria gagah seperti itu adalah daya tarik luar biasa yang selalu aku nikmati.

Kepalaku turun dan jatuh diatas pangkuannya. Kepulan asap rokok masih mengawang di antara kami. Belum habis tembakau itu, ia membuangnya. Kemudian membelai lembut kepalaku. "Kamu besok ada siaran?" Tanyanya mesra.

"Seperti biasanya, Mas." Jawabku sambil menatapnya. Pekerjaan kami memiliki perbedaan yang cukup jauh. Ia, seorang CEO dari perusahan besar yang bergerak di bidang properti. Pengusaha sukses yang selalu menjadi sorotan publik karena gayanya yang terkesan angkuh. Ia pun terkenal di kalangan selebriti karena kedekatannya dengan beberapa model papan atas. Entah karena alasan apa, ia seperti menghindar dari pergaulan di tengah kalangan entertaint. Sosoknya dulu pernah tampil beberapa kali pada perhelatan akbar dunia olahraga, tepatnya sepak bola, sebagai pengusaha yang ikut menyumbangkan bantuan dana pada event tahun itu. Bersama perusahaan tembakau ia bekerjasama mempersembahkan hadiah liburan keliling eropa bagi club yang memenangkan pertandingan final. Sikapnya sangat dingin ketika bicara mengenai privasinya di depan publik, bahkan ia akan menghindar dari kerumunan wartawan yang akan mewawancarai berkaitan dengan kehidupan keluarganya. Yang aku tahu, uang bukanlah hal sulit untuk ia dapatkan, beberapa unit apartemen mewah ia miliki, sebuah rumah megah di kawasan elit Pondok Indah juga ia punya. Tapi sejak kami mengikat komitmen untuk hidup bersama, ia bersedia tinggal di rumah sederhana yang aku beli dari hasil jerih payahku, bahkan ia tidak pernah pulang ke beberapa tempat hunian miliknya, alasannya ia tidak mau berjauhan denganku. Bagaimana aku tidak terbuai akan pernyataannya, meski kalimatnya manis tapi raut mukanya tetaplah dingin, bahkan beberapa media melabelkannya dengan sebutan pengusaha muda paling angkuh, namun dibalik itu hanya aku yang tahu bahwa dia adalah pria paling jantan yang sanggup membuat ku menari dahsyat dibawah ritme tekanan pinggangnya saat kami beradu cinta di atas ranjang. Aku paham bagaimana seorang pejantan sepertinya, selalu melakukan gaya bercinta penuh dengan kelembutan, karena penisnya besar dan kokoh perlu tenaga ekstra dan serileks mungkin untuk bisa menerimanya saat penetrasi. Padahal ketika ia mau memainkan peran yang agak kasar pun aku siap.

Dan aku, seorang news anchor di salah satu stasiun televisi swasta nasional yang gemar menayangkan berita terbaru dan terkini, dari segala ranah, seperti politik, sosial, ekonomi, hingga pendidikan. Dan karena pekerjaan itulah yang mempertemukan kami, pada saat aku berhasil mewawancarainya secara eksklusif, setelah berakhir dialog kami yang ditayangkan televisi secara record, ia meminta ku untuk memberikan kontak, dengan tujuan untuk bisa mengkonfirmasi jika terjadi kesalahan dalam tayangan tersebut. Ternyata basa basi yang ia lontarkan setelah acara dialog yang ditayangkan itu selesai, komunikasi kami tetap berlanjut. Hingga akhirnya aku sadar bahwa ia tertarik untuk bisa mengenalku lebih jauh. Padahal aku juga sedikit tahu mengenai dirinya dan kedekatannya dengan beberapa model papan atas, bahkan model pria sekalipun. Dan yang terakhir aku tahu, dia baru saja memutuskan hubungan dengan salah satu artis sinetron yang wajahnya pernah menjadi model iklan pembersih wajah untuk pria. Dan artis itu cukup familiar mengingat ia pernah beberapa kali bertandang ke stasiun televisi tempatku bekerja, entah untuk alasan apa.

"Besok pagi aku antar kamu, boleh?" Tanyanya setelah mengecup bibirku dengan pelan.
"Pagi banget lho, Mas." Jawabku. Aku menjadi pembaca berita pagi yang tayang pukul lima, maka di pagi buta aku harus sudah tiba di studio. Bahkan pihak stasiun televisi menyediakan fasilitas seperti kamar khusus untuk aku tidur dan istirahat, namun tak lagi aku gunakan setelah Alex tinggal bersama ku.

"Iya sayang, sekali-kali kita berangkat bareng gak apa, kan?" Kenapa tidak? Kan aku juga ingin menjadi pasangan yang sebenarnya. Lumatanku menjawabnya, kemudian ia balas penuh perasaan. Tarikannya pada tubuhku mengajak untuk bangkit. Kemudian pelukannya menyergapku, dan berlanjut cumbuannya yang semakin panas. Aku mengikuti irama permainannya seraya menjalarkan telapak tanganku pada dada bidangnya. Ciuman kami semakin dalam dan menggelora, pinggangnya mendorong ku, ada jendolan keras disana. Kemudian ciumannya turun dan mengecup berulang ke seluruh permukaan kulit leherku. Tanganku pun ikut turun, lalu menarik kaos santainya dari bawah, kemudian menggulungnya ke atas. Tereksposlah tubuhnya yang kekar dan berotot, hasil kegiatannya di fitness center. Aku kembali melumat bibirnya yang disambut dengan irama yang sama. Saat gelagatnya memintaku untuk berbuat jauh seperti yang biasa kami lakukan, terdengar suara bel pintu yang di tekan beberapa kali. Ia beranjak menuju pintu tersebut seraya tangannya tetap menggandengku.

Di depan, berdiri seorang pria tampan namun terlihat lusuh dan menyedihkan ketika mas Alex membuka pintu. Matanya sembab karena tangis yang membekas. Tatapannya sendu,hingga akhirnya saat ia sadar bahwa kami sudah berada di hadapannya, tubuhnya langsung menghambur di pelukan lelaki yang aku cintai, tanpa peduli bahwa tangan pria setengah telanjang itu masih menggenggam tanganku. Tangisannya meledak, kemudian aku tersentak siapa gerangan pengganggu ini, pria yang familiar wajahnya karena pernah sering tampil di televisi. Seorang artis dan model iklan. Rendy Maulana Putra, mantan pacar Mas Alex.

===

3 Maret 2016

Hai.....Hai.....Hai......

Jumpa lagi, pada sekuel "kumpulan cerita pendek", yang di dalamnya terdapat beberapa cerpen, mungkin cerbung karena gue bagi menjadi beberapa chapter.

1. Pengorbanan
2. Pembalasan
3. Permohonan
4. Penyesalan
Dll

Setiap cerita tidak memiliki keterkaitan, kalo ada kesamaan nama atau karakter, itu gak sengaja. Atau mudah2an gak ada lah ya....

Vote and comments please......

Kumpulan Cerita Pendek (Gay Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang