***************
Aku sampai disekolah beberapa detik lebih cepat dari mobil Taehyung. Begitu mobil putih itu sampai dan parkir dengan mulus disebelah kiriku, aku keluar dari mobil dan menyampirkan jasku dipundak.
"Tidak kusangka kau secepat itu Jimin-ah." Ujar Taehyung begitu ia dan Soohyun keluar dari mobil. Aku hanya tersenyum sinis.
"Aku kekelas dulu Oppa, ghamshahamnida untuk tumpangannya." Aku menggerling kearah Soohyun, ia terlihat berterima kasih ke Taehyung.
"Cheonma, baiklah, fighting!" Taehyung mengangkat tangannya memberikan semangat. Cih, apa-apaan dia, seperti anak kecil!
Tanpa kuduga Soohyun melewatiku begitu saja, layaknya aku tidak terlihat.
"S-Soohyun-ah!" panggilku sambil mengejarnya. Dia terlihat berlari, otomatis membuat kakiku ikut berlari. Dan, hap, tangannya berhasil kuraih.
"Lepaskan aku!"
Aku memperhatikan lengannya, ada memar merah disana. Apa itu karena cengkramanku kemarin malam?
"Apa itu sakit?" tanyaku
"Lepaskan aku Park Jimin! Jangan sentuh aku!" dia memberontak, mau tidak mau aku melepaskannya, tidak mungkin aku mencengram tangannya lagi, selain ini dilingkungan sekolah, aku tidak mungkin akan menyakitinya lagi.
"Sedang ada masalah dengannya Jimin-ah?" Taehyung menepuk pundakku. Aku sudah cukup lelah, cukup sakit dan cukup sabar menanggapinya. Aku hanya membiarkannya mengoceh dan membiarkan tangannya dipundakku.
"Dia terlihat murung hari ini. Tidak seperti biasanya. Kurasa kau sebagai kakaknya akan lebih bisa memberikan pengertian." Dia sekali lagi menepuk pundakku dan tersenyum.
"Oh, iya," dia memutar tubuhnya "Malam ini jangan lupa ne? kau sudah diberitahu 'kan alamatnya oleh Namjoon hyung?" aku mengangguk pelan. "Kalau begitu, sampai ketemu nanti malam Jimin-ah." Dia berlalu dari hadapanku.
**************
PARK SOOHYUN POV
Aku mengacuhkan Jimin hari ini. Apa salah jika aku mengacuhkannya karena ia sudah menyakiti dan menuduhku yang tidak-tidak?
Aku melangkah kekelas dengan lesu. Aku melihat Shin Hye duduk disebelah kursiku dan memasang tatapan riang.
"Annyeong, Soohyun-ah.. kau kenapa tampak sangat lesu?" dia mulai menempelkan punggung tangannya dikeningku. Aku menghembuskan nafasku.
"Kau tidak sakit.. tapi kenapa-"
"Aku tidak bilang kalau aku sakit eoh." Jawabku. Aku menyembunyikan kepalaku diantara lipatan tanganku diatas meja.
"Omo! Kenapa tanganmu merah-merah seperti ini?" dia menyentuh tanganku, aku meringis.
"Ya! Jangan disentuh! Perih." Omelku. Dia langsung terdiam.
"Apa kau sedang bertengkar dengan Oppamu?" tanyanya takut-takut. Aku tidak menanggapinya.
"Dia kasar sekali ne, tanganmu sampai merah begitu.."
"Ini bukan gara-gara dia." Ucapku cepat-cepat. Bagaimanapun, Jimin adalah kakaku, aku tetap harus menjaga nama baiknya disekolah.
"Kemarin aku kejepit pintu." Penjelasan bodoh apa itu -_- mana ada kejepit pintu dilengan hingga merah begitu -_-
"Mwo? Kejepit pintu?"
"Emmm.. Shin Hye, aku bisa minta tolong ajarkan pr sejarah? Aku agak bingung." Aku langsung membelokkan ketopik lain. Dia mengangguk cepat.