Bagian 3

441 50 1
                                    

Yein serius dengan ucapannya. Ia ibarat hantu yang siap mengganggu hidup Jun selama 24 jam penuh!

Setiap pagi, ketika Jun baru nongol dari pintu apartemennya, perempuan itu sudah berada di hadapannya, menyapanya, tersenyum padanya, dan tak jarang membawakannya sarapan.

Begitu pula ketika Jun baru pulang dari kampus atau dari kerja paruh waktunya, Yein juga sudah menungguinya di depan pintu apartemennya.

"Kau tak lelah bermain peran seperti ini selama hampir seminggu?" Pertanyaan Jun sinis. Ia hanya tak tahu bagaimana lagi bersikap manis setelah apa yang Yein perbuat padanya, setelah perempuan itu memutuskannya dengan cara yang menyakitkan. Hanya dengan melihat sosok perempuan itu, amarahnya seperti kembali meledak.

"Aku tak bermain peran. Aku tak bersandiwara. Kehidupanku sekarang beginilah adanya. Kenapa harus lelah?" Yein menyanggah. Jun mendengus.

"Kalau kau sudah capek beramain-main, pulanglah. Ini bukan tempatmu." Lelaki itu beranjak membuka pintu.

"Aku membuatkanmu makam malam." Yein menyodorkan wadah yang berisi makan malam.

"Aku sudah makan." Jun menjawab tanpa melihat ke arah Yein, lalu menutup pintu dengan kasar.

Yein termangu sambil menatap wadah makanan di tangannya. Ia menggigit bagian dalam bibirnya dengan keras hingga terasa sakit. Dan kedua matanya berkaca-kaca.

***

Yein menyusuri jalanan menuju apartemennya dengan langkah ringan. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Itu yang memberanikan dirinya untuk berhenti di depan apartemen Jun lalu mengetuk pintunya.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu pintu terbuka. Jun muncul dari balik sana.

"Hai, selamat malam. Aku membawakanmu sup kacang merah. Ini."

"Aku sedang ada tamu. Bisakah kau datang besok saja?" Jun memotong.

"Oh ya?" Kening Yein berkerut. Perempuan itu menelengkan kepalanya, melihat ke sisi dalam apartemen melalui sela tubuh Jun. Dan dadanya terasa sesak seketika.

Ia melihatnya. Ia melihat Tae Hee ada di dalam sana.

"Tae Hee?" Suara Yein setengah mendesis. Ia mendongak dan menatap Jun dengan tatapan tak percaya.

"Kami .... mengerjakan tugas kampus." Jawab Jun.

Raut muka Yein tampak pucat, Jun bisa melihatnya dengan jelas. Perempuan itu tersenyum dengan kaku lalu manggut-manggut.

"Aku tak pernah melihatmu lagi di kampus?" Tanya Jun kemudian. Yein menggeleng.

"Tidak." Suaranya bergetar. "Ini ___" Yein menyodorkan bungkusan di tangannya.

"Sup kacang merah. Ibumu yang membuatkannya." Ujarnya.

Jun menatapnya tak percaya. "Ibuku?"

Yein mengangguk.

"Aku pergi ke kampung halamanmu dan mengunjungi ibumu. Aku memintanya membuatkan makanan kesukaanmu. Dan ia membuatkannya." Jawabnya.

"Kau ... mengunjungi ibuku?"

Yein kembali mengangguk.

"Untuk apa?"

Yein mengangkat bahu. "Aku tak bekerja. Jadi aku memutuskan untuk mengunjunginya."

"Kau bekerja?" Jun kembali bertanya dengan nada tak percaya.

"Begitulah." Jawaban Yein terdengar getir.

Jun menatap perempuan pucat di hadapannya dengan tak mengerti. Membayangkan ia menempuh perjalanan sejauh itu ke kampung halamannya demi untuk membawakan makanan kesukaannya, dan sekarang ketika ia sampai di sini, ia malah bersifat tak ramah padanya. Astaga, Jun merasa menjadi lelaki paling jahat di dunia.

Stay With MeWhere stories live. Discover now