"Aku pergi ya?" Kataku saat surat beasiswa Myeong Ji-Cheon University ada ditangan.
"Harus ya?" Jawabmu. Seakan berat.
"Boleh kan, sayang? ini ambisi aku dari dulu dan kamu tau banget .."
"Hahaha, Boleh deh boleh, jangan sedih gitu dong .. jaga hati aku ya?"
"Sure!"
***
Saat itu bulan kelima kita pacaran. Banyak hal yang kubanggakan darimu, kutunjukan pada teman-temanku. Kebaikanmu dan seluruh perhatianmu membuatku kadang merasa beruntung daripada Sisi, yang pacarnya seorang anak pengusaha.
Pria mana yang dengan manisnya mengatakan, "Aku gak papa kok, sayang .."
Saat menahan sakit akibat kecelakaan waktu ingin menjemputku.
Well, long distance relationship bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dijalani. Keyakinanku semua akan baik-baik saja apalagi mengingat aku hanya 2 tahun di Korea. Pasti kamu sanggup menunggu, pasti dan tak ada raguku tersemat sedikitpun.
Sampai pada bulan ke-6 aku di Korea.
Roy, seorang mahasiswa dari Singapore mencoba mendekatiku. Semua teman-teman sekelasku dapat memastikan dia pria baik dengan beberapa menit saja bertemu dengannya. Park haneul, seorang mahasiswi lokal, sahabat dekatku ketika di korea, mengabarkan kalau dia tidak merokok atau minum soju sedikitpun. Haneul-ssi juga menambahkan jika Roy cukup qualified menempati peringkat kelima pria tertampan menurut versinya sendiri.
Apapun yang mereka katakan. Apapun yang mereka harapkan dengan menjunjung tinggi perilaku Roy di depanku. Aku enggak peduli. Aku udah punya kamu, Farid. Ada sebuah komitmen yang harus aku jaga. Walau komitmen itu terucap bukan di sini, bukan di Seoul. Tapi ratusan mil lebih dari sini, di Indonesia, dan itu bukan alasan untuk membuat komitmen baru di tempat yang berbeda. Beberapa detik saja aku teringat matamu yang berkaca-kaca di bandara. Berat memang. Aku tau. Tapi ternyata kamu enggak sekuat yang aku kira, ketika bulan ke-12 aku di Seoul aku menerima DM itu. Dari Sinta, sahabatku dari SD.
Nina, lo ga pernah bilang putus dari Farid. Tapi demi Neptunus, gue temen lo, gue peduli, gue liat Farid jalan sama Mia, mereka pacaran. Reply pls.
Pikiranku kacau. Hancur rasanya, hingga aku bertanya kepadamu lewat email.
Balasan email-mu 3 jam lebih cepat dari yang aku kira. Aku pikir, kamu akan menyangkalnya, mungkin kamu bakal bilang, mungkin Sinta salah orang. Tapi ..
Dear Nina,
Tolong jangan salahin aku ..
Sinta salah, aku enggak (atau mungkin belum) jadian sama Mia. Aku enggak bisa jadian sama dia kalo aku masih punya hubungan sama kamu. Tapi, maafin aku, walau aku enggak bisa jadian sama Mia, bukan berarti aku enggak bisa jatuh cinta sama dia. Nina, aku mohon pengertian kamu, kamu yang menarik diri, pergi jauh dari sini, pergi ke sana yang tidak-ada-aku. Jangan salahin aku juga kalau pada akhirnya aku jauh dari kamu. Aku berharap di sana kamu juga ada cowo lain yang jagain, untuk menghilangkan rasa bersalah ini. Mulai sekarang kita putus. Balas email ini baru aku bisa mengutarakan semua sama Mia. Terimakasih, Nina ..
Farid.
***
Bisa dipastikan keesokan harinya hingga tiga hari kemudian aku bolos masuk kuliah. Dihari keempat, aku menangis dikelas secara tiba-tiba. Hari kelima, saat berjalan ke homestay aku melamun, tersesat dan baru kembali jam 11 malam. Dihari ketujuh, Haneul yang khawatir kepadaku mengajakku jalan-jalan ke Seoul Tower. Tapi semua sia-sia ketika sampai homestay aku membuka facebook dan melihat status hubungan yang terputus. Damn social networking!
Seminngu kemudian aku baru kuat untuk membalas email-mu.
[compose email]
Farid, mulai sekarang aku pastiin kalo kamu bebas. Kita putus. Maaf bikin kamu lama nunggu. Karena aku belum kuat buat semua ini. Mungkin benar aku yang pergi jauh, tapi bukan berarti hati aku juga pergi. Buktinya kamu aja masih di sini (nunjuk hati) sampai detik ini. Kenapa? Karena rasanya sakit, kalo kamu enggak ada dihatiku, seharusnya enggak sesakit ini. Seharusnya, rid. Seharusnya bisa bertahan. 12 bulan lagi. Tapi aku bisa apa?
Pastiin setahun lagi, ketika aku pulang, aku enggak ketemu kamu. Kamu juga enggak ketemu aku. Karena bakal menyakitkan, bertemu dengan orang yang dua tahun lalu menangis untukku di Bandara, tapi ketika aku pulang, dia tersenyum bukan untuk kedatanganku.
[send email]
Setelah itu aku memejamkan mata. Air hangat jatuh seketika. Kenapa aku masih menangis? karena mendadak teringat percakapan kita saat itu ..
***
"Aku pergi ya?" Kataku saat surat beasiswa Myeong Ji-Cheon University ada ditangan.
"Harus ya?" Jawabmu. Seakan berat.
"Boleh kan, sayang? ini ambisi aku dari dulu dan kamu tau banget .."
"Hahaha, Boleh deh boleh, jangan sedih gitu dong .. jaga hati aku ya?"
"Sure!"
***
Aku lupa mengingatkanmu untuk menjaga hatiku. Benar saja kalau kamu melemparkannya dari Indonesia ke Korea, hingga hancur berantakan ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
Teen FictionThis is my very first short-story that i posted on my personal blog. It's kinda embarassing and 'cupu' because till now i'm newbie in writing. Hope you enjoy it! (Ini adalah cerpen paling pertama yang saya post di blog. Cerpen yang cukup memalukan d...