e n a m

615 93 24
                                    

"Dek, entar abang nggak bisa jemput kamu. Nanti minta anter temen aja, ya?"

Raka bertanya kepada adiknya saat Azreina turun dari mobil Raka. Dan sebelum menutup pintu, Azreina hanya mengangguk pelan sambil berjalan masuk ke dalam sekolahnya. Dalam perjalanan menuju kelas, Azreina terus menerus memikirkan bagaimana cara dia pulang nanti. Dia memang mempunyai sahabat, namanya Nessa, tetapi Nessa selalu pulang dengan Fandi. Sangat tidak memungkinkan Azreina untuk menumpang. Atau meminta tolong dengan Edgar lagi? Tidak. Azreina tidak mau lagi diantar pulang oleh Edgar. Cukup sekali saja.

Bugh.

Karena jalan sambil berpikir, Azreina tidak sadar jika ada orang di depannya dan tak sengaja tertabrak. Saat ia ingin meminta maaf pada orang itu, Azreina berseru. "Edgar?!"

"Yes?"

Dalam sekejap, wajah Azrein menyemburkan semburat merah merona saat ia tahu tadi dia menabrak dada bidang milik Edgar. Dan Edgar terbahak akan hal itu. Itu merupakan sesuatu yang menarik dari seorang Azreina bagi Edgar.

"Makanya, kalo jalan tuh jangan bengong. Lagi mikirin apa sih lo?"

Sontak, Azreina mendongakkan kepalanya menatap mata elang milik Edgar. Dengan gugup, ia menjawab. "E-eh so-sorry, aku nggak sengaja tadi."

Edgar agak sedikit menautkan kedua alisnya kemudian bertanya secara intens, "Sejak kapan lo ganti bahasa lagi? Bukannya kemarin udah pake lo-gue ya?"

"E-eh, anu, itu kemarin keceplos aja," lagi-lagi Azreina menjawab dengan terbata-bata.

"Oh ya, tadi gue nggak sengaja denger abang lo nggak bisa jemput ya nanti? Mau pulang bareng gue lagi?" tawar Edgar dengan seringai khasnya.

"Em, nggak usah. Aku bisa kok pulang sendiri atau... atau minta papa jemput aja, soalnya nanti papa juga nggak terlalu sibuk dan sekalian mau jemput tante di airport. Jadi nggak usah aja, makasih," karang Azreina panjang lebar menolak tawaran dari Edgar.

"Sayangnya, lo bukan pengarang yang baik. Jadi, nggak ada penolakan," balas Edgar tegas sambil berlalu dari hadapan Azreina.

Azreina hanya bisa menghela nafas berat lalu mengikuti langkah Edgar menuju kelas mereka.

***

Bel pulang sekolah sudah terdengar dari lima belas menit yang lalu, namun Azreina masih setia berdiri di lapangan parkir dekat gerbang sekolah menunggu Edgar yang tak kunjung datang. Sementara dilain tempat, Edgar sedang mengitari sekolah mencari keberadaan Azreina.

"Reina!!" teriak Edgar saat melihat Azreina berdiri di pojok lapangan parkir sambil melipat tangan di dada. Edgar kemudian menghampiri Azreina dengan napas terengah-engah.

"Sini, duduk dulu. Tenangin diri dulu baru ngomong," kata Azreina sambil menuntun Edgar duduk di kursi pojok lapangan parkir.

"Rein, tungguin gue latihan futsal dulu, boleh ya? Tadi ada latihan mendadak soalnya. Dan latihannya dimulai sepuluh menit lagi," tutur Edgar setelah napasnya mulai teratur lagi.

"Tapi handphone aku lowbat."

Edgar menyodorkan handphone miliknya pada Azreina. Dengan tatapan mata, Edgar mengisyaratkan Azreina untuk mengabari orang rumahnya, jika dia akan pulang lebih sore.

Setelah urusan Azreina selesai, Edgar menarik tangannya menuju lapangan futsal dan menyuruhnya duduk di salah satu kursi di koridor samping ruang ganti.

"Tungguin gue dan jangan kabur!" perintah Edgar sebelum pergi menuju lapangan meninggalkan Azreina.

Satu jam kemudian, Edgar kembali dengan seragam futsal bernomor-punggungkan delapan yang dibasahi keringat dari ujung kepala sampai ujung kaki. Edgar kemudian mengambil tasnya dan meraih sebotol air mineral-yang sudah tidak dingin lagi-lalu meneguknya hingga habis.

"Mau pulang sekarang?" tanya Edgar.

Azreina menoleh dan menjawab, "Kalo masih capek, nanti aja."

"Cih, bilang aja masih mau lama-lamaan sama gue," ujar Edgar sambil tersenyum kecil melihat mentari yang sudah mulai kembali ke peraduanya.

Azreina hanya diam tak bergeming. Tak membalas atau pun menoleh kepada Edgar. Edgar juga tak menuntut seperti biasanya, malah dia ikut hanyut dalam langit jingga terang yang akan segera berganti warna menjadi gelap kala mentari sudah akan benar-benar turun dari langit jingga saat ini dan naik ke atas langit gelap namun terang di belahan bumi lainnya.

Dan tepat saat mentari turun dari langit jingga yang sudah memudar, Edgar menarik halus pergelangan tangan Azreina untuk mengajakknya pulang. Kemudian mereka berjalan keluar dari koridor yang dipenuhi teman tim futsal Edgar dengan tatapan aneh dan sulit diartikan.




A.N :

haii!! aku sengaja update hari ini, soalnya kamis ini ada ujian dan otomatis ga punya banyak waktu buat main hp. tapi aku baik kan masih sempetin update?#kodemintapujian*plakk

part ini juga sengaja dibikin panjang (walaupun pendek, gaje, dan absurd). yaudah, aku cuma mau bilang YANG SABAR YA NUNGGUIN KELANJUTAN CERITA INI (kalo ada yang nungguin sihhh)

BUBAYYYYYYY! JANGAN KANGENIN AKU YAHH! *ngarep





Selasa, 23 Februari 2016
SilviaAngela~






















Can I Call You 'My Love'? [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang