14

108 12 2
                                    

Don't forget to Vomments. 👌
Enjoy.
.
.

Author PoV

Seorang gadis yang menggunakan topi, masker, dan jaket itu tampak mengikuti dua orang yang terlihat bahagia. Siang ini cuaca sedikit mendung, jadi gadis misterius itu tak akan dicurigai. Toh, orang lain akan mengira bahwa gadis misterius itu hanya sakit flu biasa.

Kini mereka berdua-ditambah satu yakni si penguntit-berhenti didepan pintu kafe khusus makanan Italia. Gadis misterius atau si penguntit itu tadi bepura-pura menelpon seseorang. Terlihat ada kecurigaan di wajah dua orang itu.

"Zack!" bisik gadis yang ada disampingnya.

"Orang itu aneh." tambahnya.

"Tak apa, Elle. Ayo kita makan dan mengerjakan pekerjaan itu jika kau tidak ingin mendapat hukuman." kata lelaki yang ada disamping gadis berambut brunette itu. Lalu tangan lelaki itu menyentuh punggung si gadis rambut brunette sambil mengikutinya masuk ke dalam restaurant.

Si penguntit tetap berdiri dengan menempelkan teleponnya di telinganya. Entah dia berbicara dengan siapa, tapi jelas saja kalau dia pasti bukan orang baik. Atau, sebenarnya dia salah satu orang terdekat dari gadis yang dipanggil Elena itu?

Sedangkan di dalam kafe, Elena dan Zack memesan makanan yang sama. Ditambah kopi yang hangat, mereka tampak serius membicarakan sesuatu. Lalu dikeluarkannya laptop dari tas Zack. Dan juga flashdisk tentunya.

"Aku bisa membuat grafik matematika ini. Tapi ingat, jangan salahkan aku jika ditengah-tengah pekerjaan laptopku mati atau kursornya tak mau digerakkan." kata Zack panjang lebar pada Elena yang siap-siap menyalakan laptop.

"Huh, cerewet. Iya iya. Aku hanya membuat covernya saja ya?" sahut Elena sambil tertawa kecil.

"Apanya yang lucu, hah? Sudahlah, cepat kau buat covernya."

Elena hanya tersenyum sambil mengangkat tangannya seperti memberi hormat. Sungguh, apa yang membuat gadis ini tegar saat dia sering sekali sakit. Apakah karna kekayaan? Bukan. Pasti bukan karena kekayaan. Uang tak dapat membeli kebahagiaan.

Tapi satu, dia memikirkan bahwa setiap senyuman yang dia ukir sendiri itulah yang membuatnya tegar. Bukan hanya penyakitnya, tapi semua masalah yang menimpanya. Ya, SEMUA. Bukan hanya satu atau dua atau tiga.

"Ceritakan padaku," suara Zack mengagetkan Elena yang serius mengedit cover untuk tugas mereka.

"Apa?"

"Kau dan Tyler. Kalian ada masalah?" lalu Elena diam sejenak dengan menatap dalam mata biru Zack.

Sebenarnya dia tidak paham apa yang Zack bicarakan. Bukan hanya masalah, tapi masalah besar. Hujan mengguyur kota Southampton. Tepat saat hujan turun, pelayan membawakan pesanan mereka. Pelayan itu menggunakan kemeja kerjanya yang sedikit di buka bagian atasnya. Bitch please, apa-apaan ini? Itu sangat menjijikkan. Zack bergidik jijik dan kembali menatap Elena yang mulai menyesap kopinya.

Gadis itu masih belum menjawab pertanyaan-atau pernyataan, entahlah-Zack. Lalu Zack menyudahi tatapannya pada Elena. Matanya berpindah ke arah buku yang dia bawa. Buku kelas 10 sampai 12. Mereka berdua mengikuti kelas matematika khusus. Ya, khusus. Yang jelas mereka berdua pasti hebat dalam matematika. Tidak jauh dengan Tyler. Sayangnya saat lulus seleksi itu dia malah keluar dengan alasan tertentu. Jadi jangan tanyakan mengapa Elena dan Zack bisa mengerjakan tugas yang sama, padahal mereka bukan satu angkatan, kau tahu, Zack senior dan Elena masih junior-tidak terlalu junior karena dia kelas 11.

"Jawablah, Elle." kata Zack dingin. Elena hanya mengangkat wajahnya agar sejajar dengan Zack.

"Ya, ada masalah besar yang menyangkut perasaan." jawab Elena dengan tenang.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang