12

135 17 2
                                    


Elena PoV
Thank God, aku libur lagi. Tetapi libur karna aku sakit. Maksudku meliburkan diri. Sudah dua hari aku tidak masuk sekolah. Sudah lebih dari seminggu ibu tidak kembali ke Southampton. Padahal waktu itu bilangnya hanya seminggu, menemani ayah di Holmeschapel. Ah, sudahlah, jika mereka tak ingin kembali. Aku bisa hidup sendiri.

Kubuka ponselku yang tergeletak di nakas samping ranjangku. Sial. Dua puluh enam pesan dari orang yang tak kukenal, sebagian dari nomor yang berbeda. Jangan-jangan, ini terror? Danny? Jeane? Jangan bilang kalau pesan itu dari mereka berdua. Jangan bilang kalau mereka berdua masih dendam padaku dan akan menyebarkan rahasia terbesarku kepada semua orang. Lagipula apa salahku? Apa aku salah jikalau aku sudah bukan lagi murid yang suka dibully? Apa aku salah jikalau semua orang telah mengenal diriku karena hasil karyaku berupa naskah yang sudah terkenal di sekolah? Bukannya aku sombong, tetapi memang benar. Semua orang, meskipun tidak semuanya, mengenalku. Mengenalku dari hasil naskah panjang yang konon katanya menginspirasi. Bayangkan, itu lebih buruk. Kau dikenal karena hasil naskah, bukan karena mereka tahu sifat aslimu.

Masa bodoh. Aku lebih baik mandi sekarang. Kutenggelamkan diriku di bathup yang beraroma strawberry. Tidak lama kemudian aku hampir tertidur-lagi, padahal barusan aku bangun. Sebentar, aku mendengar suara laki-laki. Bukan, bukan Tyler. Siapa ya?

"Hey Elle, kau dimana? Kata bibi Lissa kau sedang tidur, makanya aku ke kamarmu," siapa itu? Huh, menggangguku saja.

"Elena! Jangan malu, aku kan sudah biasa datang ke kamarmu saat kau tidur." bodoh! siapa sih itu? Aku masih asyik memejamkan mata sambil mendengarkan lagu melalui earphone.

"Ck... Mengganggu saja," umpatku dalam hati. Baru satu lagu, aku sudah bosan.

"Ele-" what the fuck is goin' on? Itu ZACK! Dia melihatku sedang berendam di bathup. Untung banyak busa di dalam bathup ini, jadi tubuhku tidak terlihat.

"Keluar!" teriakku. Dia hanya melongo memandangiku, dasar mesum!

"A-aku.... Aku akan keluar. Maaf." lalu dia keluar dan kusuruh dia menunggu di luar kamar.

Terima kasih Tuhan, mungkin aku akan mati jika Zack tidak keluar dari kamar mandiku. Biasanya dia tidak mesum, tapi semua tahu lah... Bagaimana ekspresi laki-laki jika melihat perempuan sedang mandi. Sialan. Aku buru-buru memakai baju. Kaos slim-fit yang tidak terlalu tebal dan celana pendek selutut. Aku jadi malu, eh maksudku takut, menemui Zack.

Setelah aku memakai baju, Zack kupersilahkan untuk masuk kamar. Kali ini aku marah. Benar-benar marah. Ya, karena kejadian tadi. Seharusnya dia mengetuk pintu kamar mandi dan menyebutkan namanya. Tadi aku lupa suaranya, karena suaranya sedang serak, jadinya aku lupa kalau itu suara Zack. Aku hanya diam seribu kata.

Zack yang duduk di pinggir ranjang, tepatnya di sampingku, mencoba untuk berbicara padaku. Tapi aku tidak mau. Dia tetap saja menyebalkan! Aku hampir saja berteriak tadi. Dan aku tadi takut dia akan berbuat yang tidak diinginkan.

"Elena... Ma-maafkan a-a-aku, t-tadi aku..."

"Bicara yang jelas!" kataku dingin. Lalu dia menarik nafas panjang dan bersiap untuk berbicara.

"Baiklah. Elena, maafkan aku. Tadi aku kira kau memang sudah tidak ada di kamar, kukira kau keluar melalui jendela, tapi aku iseng membuka pintu kamar mandi. Ternyata kau sedang ada di dalam. Aku tidak, aku, tidak berpikiran macam-macam." jelasnya panjang lebar.

Lalu dia jongkok di depanku dan menarik tanganku. Mengajakku berdiri. Aku tak tahu dia akan melakukan apa, mungkin dia akan mengusiliku karena aku belum mau memaafkannya. Tapi kalau akan mengusiliku, mengapa dia... Menarik leherku agar wajahku lebih dekat dengannya? Jarak wajahku dengan wajahnya hanya 3cm. Ah, gawat!

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang