CAY*2

22.8K 2.7K 181
                                    

Apa lo nggak takut hukum karma, Pril? Apa lo nggak takut jika suatu saat Amir ternyata juga selingkuh? Atau seumpama lo berjodoh sama Ali tapi ternyata suatu saat dia jatuh cinta lagi pada yang lain, apa lo bisa terima? Pikir Pril, pikir!

Sedari tadi pikiran Prilly dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyesakkan dada.
Prilly menarik nafasnya dalam-dalam, memejamkan matanya menghapus gundah. Bayangan Amir berkelebat berganti dengan bayangan Ali. Ganteng itu relatif. Amir Indonesia asli, sedangkan Ali keturunan Indonesia-Arab. Dua warna wajah yang beda tapi sama rupawan.

Mungkin ini adalah godaan syetan yang terkutuk tetapi entah kenapa bersama Ali rasanya lebih nyaman? Dan itu bukan berarti bersama Amir tidak nyaman. Bersama Amir Nyaman tapi bersama Ali lebih nyaman. Susah digambarkan dengan kata-kata.

Mengingat awal-awal kedekatan mereka hati Prilly terasa perih...

"Pril, lo sakit?" tanya Ali sambil mendekat dan mengulurkan tangannya menyentuh dahi Prilly saat itu, ketika rehat sesi pertama penampilan mereka seperti biasa di Cafe Lovers tempat mereka setiap malam rabu dan malam minggu tampil. Naura dan Amir malam itu tak ada. Biasanya malam minggu Amir dan Naura ikut mendampingi sambil menunggu. Kalau malam dihari biasa kadang ikut kadang tidak.

Sebenarnya kasian kalau pacar-pacar mereka ikut menunggu, karna kalau tak bisa menikmati penampilan mereka, pacar-pacar mereka itu bisa bete. Dihari Minggu pertama tiap bulan mereka bertugas, tapi dihari minggu selanjutnya diisi band lain.

"Rada nggak enak, Li, berasa panas dingin!" Prilly menyelipkan jari-jari kedua tangannya dan menyangga dagu seperti kedinginan. Ali merasakan dahi Prilly memang hangat.

"Meriang?" Ali bertanya menyentuh tangan Prilly yang menyelip dan tertompang didagu."Sini coba aku pegang!" kata Ali meraih tangan dan melepaskan selipan kedua tangan Prilly lalu menggenggamnya. Ali Mengusap-usap pungung tangan Prilly menyalurkan kehangatan dan meniupnya.

Saat itu jantung Prilly berdegup tak karuan. Setiap Ali menyentuhnya bisa dipastikan ada debar lain menelusup dan membuat hati mengilu. Ini untuk kesekian kalinya Ali begitu perhatian. Kesekian kalinya mereka saling memperhatikan.

"Masih kuat nggak? Kalau enggak, aku bilang sama Indra pasti dia ngerti." Ali menatap mata sayu Prilly yang terlihat berair dan mengelus sudut matanya ketika air di mata Prilly mulai merembes.

"Nggak papa Li, masih ada waktu kok istirahat bentaran sebelum sesi kedua." Prilly menolak pulang karna ingin menyelesaikan tugasnya. Rasanya tak enak meninggalkan tanggung jawab.

"Bener nggak papa?" tanya Ali menatap Prilly dengan tatapan benar-benar mengkhawatirkan gadis didepannya itu.

"Bener." jawab Prilly sambil mengangguk menyisihkan rambut panjangnya.

Masih memegang tangan Prilly, Ali menyapu keringat didahi gadis didepannya yang jatuh menetes sampai kepelipis. Prilly ikut menyapu keringatnya sambil menatap Ali. Denyut dijantungnya membuat nyeri terasa pekat. Tatapan mata Ali setiap kali mereka berinteraksi begitu dalam.

Perhatiannya membuat ada rasa lain tetapi selalu ditepis. Prilly menilai Ali selalu menatap seperti itu pada teman manapun bukan hanya saat menatapnya. Ah. Prilly mengalihkan pandangan dan bergegas berdiri menyadari tak boleh ada perasaan lain.

"Bentar gue ke toilet dulu!" ucap Prilly dengan gugup menguasai dirinya. Reflex Ali juga berdiri karna kaget dengan tindakan Prilly yang tiba-tiba. Karna gerakan yang tiba-tiba itu kepala Prilly terasa berkunang-kunang akhirnya sempoyongan dan seketika Ali menahan tubuh Prilly dalam dekapannya.

'Ya Tuhan. Kenapa kepala gue nggak bisa diajak kompromi sih?' Prilly memegang kepalanya yang pening seketika.

"Hati-hati, Pril, gue antar ya ke toilet."

CRAZY ABOUT YOU (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang