Chapter 6

8.9K 574 23
                                    

Entah apa yang ada dipikiran tzuyu. Ia menatap kepergian taehyung dalam diam.

Saat ia membalikan badannya. Didepannya, irene memandang tzuyu dengan pandangan yang sinis. Mereka saling bertatapan.

Tzuyu hanya menatap irene diam. Sedangkan irene justru memandang tzuyu dengan pandangan yang sangat menyebalkan.

Merasa tidak ada yang diperlukan tzuyu berniat pergi meninggalkan irene. Belum sempat melangkah tangan tzuyu sudah lebih dulu ditahan oleh irene.

Ia menoleh kebelakang. "Apa yang kau mau?" Tzuyu menatap irene datar.

Irene tersenyum lalu menghempaskan tangan tzuyu kasar. "Melihat mu mati dalam kesedihan" ia tertawa setelah mengatakan itu.

"Tenang saja, tak lama lagi itu akan terjadi" Tzuyu menjawab dengan suara bergetar.

Irene tertegun mendengar perkataan tzuyu. Hei, ia hanya bercanda. Walaupun ia bilang membenci tzuyu sebenarnya tidak begitu. Ia hanya sedikit iri pada tzuyu.

Irene berniat mengatakan sesuatu namun dengan cepat tzuyu menatap irene dengan mata memerah. "Kau puas? Sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan? Baiklah aku pergi. Terimakasih"

Irene menatap kepergian tzuyu dengan tatapan kosong. Entah kenapa ia merasa bersalah mengatakan itu. Ia merasa sudah melewati batas.

Irene menghela nafas. Berharap omongan tzuyu tidak serius.

Yah, tidak serius.
.

.

.
Tzuyu meletakan tasnya diatas meja belajarnya lalu berjalan menuju kasurnya.

Ia membaringkan tubuhnya lalu menatap langit-langit kamarnya sambil tersenyum tipis.

Ah!

Tzuyu membangkitkan dirinya lalu mengambil sesuatu dimeja kecil yang berada tepat disamping kasur.

Buku diary

Yah, tzuyu memang suka menulis diary. Semenjak kejadian yang menyakitkan itu terjadi.

Kejadian yang membuat tzuyu takut untuk bercerita kepada orang lain selain sana tentu saja.

Sana adalah sahabatnya sejak kecil. Mereka selalu bersama kemanapun dan kapanpun.

Mari kita lihat sedikit kisah tentang tzuyu.

Tzuyu tidak bisa berbohong. Ia akan mengatakan apapun yang ada dipikirannya.

Dulu sewaktu masuk sekolah menengah pertama. Tzuyu pernah dibully teman sekelasnya hanya karena ia mengatakan apa yang terjadi kepada gurunya.

Tzuyu bukanlah orang yang suka bertengkar. Ia hanya bisa menangis, menangis karena terlalu kesal.

Jika terlalu marah ia akan menangis.

Ia akui ia memang cengeng tetapi ia menangis karena suatu alasan. Bukan karena sesuatu hal yang kecil.

Saat teman sekelasnya mengetahui tzuyu mudah menangis, mereka semakin menjadi. Merendahkan tzuyu hanya karena ia menangis.

'Dasar cengeng!'
'Lemah'
'Hei jangan berkata seperti itu nanti ia menangis ahaha'
'Dasar yeoja bocor'
'Sok polos!'
'Tidak tahu diri!
'Hei apa kau anak mama? Kenapa mudah sekali menangis?'
'Dasar tidak tahu malu'

Yah, kira-kira seperti itulah perkataan teman atau bisa dibilang bukan.

Semenjak kejadian itu. Tzuyu selalu berusaha menutupi apa yang ia rasakan.

Dream Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang