Anggap foto di atas Seva dan Bian :)
ini bakalan slow update, karna sibuk kerja n kuliah, maaf ya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Aku membuka mataku dan mendapati diriku diruangan yang sama sekali tidak aku kenali. Aku mengerang karna sakit kepalaku ketika mencoba bangun dari ranjang dan bersandar di kepala ranjang yang aku tempati. Sakit kepala ini sungguh sangat menyiksa. Aku mencoba memijat pelipisku untuk mengurangi rasa sakit dikepala. Hah.. aku baru ingat, seharian kemarin belum menyentuh makanan secuil pun dan hanya meminum sebotol air mineral. Pantas saja aku mengalami sakit kepala dan sedikit mual pada perutku.
"Oh, kau sudah sadar?" Tanya seseorang yang baru saja memasuki pintu kamar yang aku tempati. Kenapa aku tak mendengar suara langkah kaki dan pintu terbuka? Aku mengangkat kepalaku dan mendapati seorang pria tampan menatapku sambil membawa nampan yang sepertinya berisi makanan. Dia mendekat dan duduk ditepi ranjang sambil menaruh nampan yang dibawanya ke atas nakas yang ada disebelahku.
"Kau siapa? Dan dimana ini?" tanyaku memandang wajah tampannya sebentar sebelum mengedarkan pandanganku ke kamar yang aku tempati sekarang. Kamar ini sangat nyaman setelah aku perhatikan. Cat nya berwarna coklat kayu yang menenangkan, ada sofa dikaki ranjang, lemari pakaian, rak buku yang tidak terlalu besar, meja rias, serta dinding kaca yang menuju kearah balkon kalau tidak salah. Gordennya berwarna biru yang menyejukkan. Bau kamar ini juga harum. Aku meringis dan memejamkan mataku karna kepala dan perutku berulah lagi.
"Apa kau baik-baik saja? Kepalamu sakit?" Tanya pria disebelahku sambil memegang pundakku dan mencoba melihat wajahku yang aku tundukkan. Huh suara bass nya sangat indah dan aroma mint keluar dari mulutnya. Dia wangi. Aku mengangkat wajahku dan menatapnya.
"Ya, hanya sedikit." Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku dari mata hitamnya yang indah.
"Kau harus makan dan minum obat, supaya sakit kepala dan perutmu berkurang." Dia mengambil nampan yang tadi dibawanya, menaruhnya dipangkuannya dan mulai menyendok bubur yang ada dalam mangkok yang dibawanya dan mengarahkan sendok yang berisi bubur itu kepadaku. Oh dia mau menyuapiku. Tapi aku sedikit meringis melihat bubur yang mau iya suapkan kepadaku.
"Kenapa?" dia bertanya dengan ekspresi bingung diwajahnya.
"Maaf, aku tidak suka bubur. Mereka hambar, aku tidak menyukainya." Kataku menjawab kebingungannya. Dia tertawa kecil mendengar alasan yang aku berikan padanya.
"Cobalah dulu, ini bubur buatanku, aku yakin rasanya enak dan tidak hambar." Katanya sambil tersenyum dan menyodorkan sendok yang berisi bubur itu lagi padaku. Ayolah aku sangat tidak suka dengan bubur. Semua bubur rasanya sama kataku dalam hati dan memandang bubur itu dengan tidak berminat sama sekali. Dia semakin mendekatkan sendok itu ke bibirku dan dengan sangat terpaksa aku memakannya. Huh, ternyata buburnya dicampur dengan sup ayam.
"Bagaimana?" tanyanya setelah aku menelan bubur yang iya suapkan padaku.
"Lumayan, tidak hambar." Dia tersenyum mendengar jawabanku. Dia menyuapiku lagi.
"Kau siapa? Dan kenapa aku ada disini?" tanyaku setelah menelan suapan ketigaku darinya.
"Oh aku lupa, namaku Fabian Alexander, kau bisa memanggilku Bian. Kau tiba-tiba menyebrang dijalan untung aku segera menginjak rem mobilku tapi belum sempat mobilku mengenaimu kau sudah jatuh pingsan. Aku kira kau shock, ternyata kau pingsan karna kekurangan cairan. Karna tidak tau dimana rumahmu, jadi aku mengajakmu ke rumahku." Katanya menjelaskan sambil terus menyuapiku bubur. Huh, aku menyusahkannya dan dengan baik hati dia merawatku bahkan menyuapiku bubur yang iya buat untukku.
"Terima kasih banyak dan maaf merepotkanmu." Kataku setelah menelan suapan bubur terakhirku. Dia tersenyum lagi. Yaampun senyumnya sungguh menawan.
"Tidak apa-apa, aku tidak merasa direpotkan. Ah ya, apa aku boleh tau siapa namamu?" oh aku lupa mengenalkan diriku padanya.
"Aku Sevanya Callista, panggil saja Seva. Sekali lagi terima kasih kalo begitu."
"Rumahmu dimana? Apa orang tuamu tidak akan khawatir kau tidak pulang semalam?" Ah, siapa yang akan mengkhawatirkanku sementara aku hidup sebatang kara sekarang, dimana juga aku akan pulang sementara rumahku sudah disita.
"Rumahku sudah disita sedangkan orang tuaku sudah meninggal." Kataku sambil menyunggingkan senyum kegetiran, ya ampun air mata yang kukira sudah kering ingin jatuh rasanya saat ingat nasibku saat ini.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku minta maaf." Katanya sambil memeluk diriku. Rasanya nyaman berada dipelukannya. Menyebabkan air mataku yang aku tahan daritadi tak bisa kukendalikan lagi. Mereka meluncur dipipiku yang membasahi pundak baju Bian. Aku terisak dalam dekapannya. Padahal kami baru bertemu, tapi sudah seintim ini.
Setelah tangisku reda, aku menjauhkan tubuhku dari tubuh Bian. Malu sekali rasanya menangis didalam pelukan orang yang baru aku temui ini. Dia sangat baik.
"Maaf, bajumu jadi basah" kataku sambil menghapus sisa air mata yang masih melekat diwajahku.
"Tidak masalah." Ya Tuhan dia tersenyum lagi. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa aku meleleh hanya karna senyumnya.
"Jadi apa yang kau lakukan kemarin sampai berkeliaran dijalan dan tidak ingat makan?" tanyanya sambil menatap mata hazelku.
"Hm.. aku mencari pekerjaan untuk menyewa tempat tinggal, makan dan.. emm..untuk membayar hutang-hutang keluargaku." Entah kenapa aku merasa nyaman ada didekatnya dan memberitahunya tentang masalahku.
"Kau mau tinggal disini denganku? Dan untuk pekerjaan kau bisa menjadi sekretaris pribadiku. Kebetulan sekali aku sedang mencari sekretaris." Apa aku salah dengar? Yaampun dia baik sekali.
"Huh? Kau serius? Apa kau tidak takut aku seorang penipu?" upss.. saking terkejutnya kenapa aku mengatakan itu. Dia pasti langsung curiga dan mengusirku sekarang juga. Aku menutup wajahku, malu sekali.
"Hahahaha" yaampun suara tawanya bagai nyanyian surga.
"Tidak mungkin kan seorang penipu yang mengaku kalau dirinya penipu? Kau cantik dan sepertinya baik, aku percaya padamu." Aku sangat sangat menyukai senyumannya. Aku ikut tersenyum.
"Terima kasih banyak, kau sangat baik. Kalau diberi kesempatan aku akan membalas budimu suatu saat nanti." Karna terlalu senang aku sampai menggenggam tangannya dan memeluknya erat. Ya Tuhan, kenapa aku tidak tau malu sekali. Ketika sadar, aku langsung melepaskan pelukanku dan menunduk. Menyembunyikan wajah merahku.
"Maaf, aku tidak sengaja" kataku berbisik. Aku mendengar suara kekehannya.
"Kau gadis yang lucu. Aku menyukaimu." Apa aku salah dengar? Katanya Bian menyukaiku. Senangnya hatiku. Sepertinya aku jatuh cinta padamu Bian. Kau sangat baik padaku, semoga suatu hari aku bisa membalas kebaikanmu. Aku tersenyum kearahnya.
"Berapa usiamu Seva?"
"Aku 24 tahun, kalau kau?" aku penasaran sekali dengan Bian, oh aku sampai lupa, apa dia sudah punya pacar? Ataukah sudah menikah? Apa pacar atau istrinya tidak keberatan aku tinggal disini? Yaampun, aku terlalu senang sampai lupa menanyakannya.
"Aku 28, dan aku belum menikah, tapi aku punya pacar, kau tidak perlu khawatir, pacarku tidak akan keberatan. Kau boleh tinggal disini." Apa aku mengutarakan isi pikiranku? Yaampun bodohnya diriku. Aku tertunduk lagi sambil mengumamkan kata maaf padanya.
"Tidak perlu sungkan padaku Seva, anggap saja aku teman lamamu atau kakakmu. Kebetulan aku anak tunggal dikeluargaku aku senang ada kau disini."
"Terima kasih banyak Bian, jika kau tak ada mungkin aku masih dijalanan." Kataku sambil tersenyum tulus padanya. Dia seperti malaikat yang Tuhan kirim padaku.
"Oh ya, kapan-kapan kenalkan aku pada pacarmu ya? Semoga saja dia tidak salah paham padaku. Aku tidak mau kalian bertengkar hanya karna aku."
"Ya, kapan-kapan akan aku kenalkan kau padanya, tapi jangan kaget saat melihat pacarku ya." Katanya sambil tersenyum misterius. Huh memang kenapa harus kaget?
"Dia berbeda Seva, nanti juga kau akan tau." Katanya seakan tau isi pikiranku.
--------------------------------------------
Padahal umur Bian 28 tpi aku ketik 26. Udah aku edit tpi kok gamau ya? 😢
Pkoknya ya umurnya Bian 28.
20 Maret 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Gay , Look At Me Please 🔞
Roman d'amourDia Sevanya Callista , seorang wanita yang berumur 24 tahun bertemu dengan seorang pria dengan tidak sengaja yang telah menolongnya dari sebuah musibah. Seharusnya dia hanya membalas budi tapi kejadian tidak terduga membawanya semakin jauh.. Setelah...