Ten, No Way

2.3K 125 1
                                    

London, 03:55 p.m.

"Jadi?" aku menghela napas dengan berat dan menyandarkan diriku ke sandaran kursi dengan lemas. Beberapa jari tanganku bergerak mengetuk-ngetuk meja dengan iseng. Di atas meja hanya terdapat ponselku, hot caramel macchiato ku yang tinggal setengah, dan mocha frappuccino miliknya.

"Dia tidak bicara apa-apa," lanjutnya lagi, sambil bertopang dagu sekarang. "Tapi mungkin memang terlihat agak pendiam, mengingat sifatnya yang heboh itu. Mungkin juga karena masalah ini,"

"Jangan berharap terlalu tinggi." aku mengembungkan pipiku dan menghela napas lagi. "Itu mungkin karena dia sedang ada masalahnya dengan pacarnya."

"Eleanor maksudmu?" ia memutar-mutar minumannya. "Kalau sejauh itu aku tidak tahu apa-apa,"

"Erm, ya sudah. Terimakasih," senyuman tipis tergariskan di wajahku.

Sebelum kalian bertanya lebih jauh lagi, biar kujelaskan secara singkat sekarang. Aku sedang berada di sini, di Starbucks. Bersama salah satu superstar yang kutemui dan dia sudah kelewatan baik padaku. Niall. Kami menghabiskan waktu di sini setelah Niall meneleponku dan mengajakku untuk kesini. Ini jelas-jelas sangat menarik perhatian. Tapi untungnya aku sama sekali tidak melihat ada paparazzi disini. Atau mungkin sebenarnya ada, tapi penglihatanku saja yang kurang jeli untuk menangkap mereka? Entahlah.

Aku menyeruput lagi caramel macchiato ku sampai sekarang hanya tersisa 1/4 nya saja. Setelah itu menjelajahkan pandanganku ke setiap sudut. Yang kulihat hanyalah.. beberapa orang yang sedang mengobrol sambil menikmati minuman mereka, beberapa meja yang kosong, dan pelayan-pelayan disini. Tidak ada yang menarik.

"Kamu kelihatan depresi," katanya, sambil memperhatikanku. Dengan cepat aku menoleh padanya.

"Tidak juga," balasku singkat. sambil tersenyum tipis. "Ngomong-ngomong tentang, ele, dia pacarnya Louis kan? Bagaimana ceritanya?" entah ada sensasi apa yang kurasakan setelah aku melontarkan kalimat terakhirku itu. Rasanya sedikit berat menanyakan hal seperti itu.

"Aku tidak tahu banyak," Niall menegakkan tubuhnya. "Yang kutahu, El itu seorang model dan dia memang cantik. Yang kudengar, El itu salah satu temannya harry. Dan Harry yang memperkenalkan El pada Louis. Tapi harry sendiri tidak dekat dengan louis." ia mengakhiri cerita singkatnya.

Aku mengangguk. "lalu?"

"banyak yang men-support hubungan mereka karena mereka berdua terlihat sangat serasi, selain wajah mereka yang mirip. Dan katanya Ele itu Louis versi perempuan, tahu."

"Aku tahu," dengusku, mungkin sedikit terlihat agak kesal. Wait. What? Why? Kenapa aku terdengar kesal begitu? This is weird. 

Niall tiba-tiba mencondongkan tubuhnya dan wajahnya menjadi dekat sekali denganku. Pandangan matanya tidak bisa terlepas dari mataku. Dan ini jelas-jelas membuatku sangat risih. Jantungku lagi-lagi berdegup dengan kencang. Mungkin aku harus memeriksakkan jantung ku ke dokter karena akhir-akhir ini jantungku selalu berdegup dengan kencang. Tidak juga sih, kurasa tidak sampai berlebihan seperti itu. Tapi ayolah Niall, berhenti membuatku nervous tanpa alasan. Niall ini orangnya memang flirty atau bagaimana, aku tidak pernah tau ada sisi seperti itu dalam dirinya. Maksudku, dia jelas-jelas seperti anak-anak dan aneh kalau dia berubah menjadi sosok yang flirty. 

"Apa?" tanyaku akhirnya padanya, setelah ada keheningan beberapa detik. Dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk menyembunyikan wajahku yang memerah dan juga mengatur napasku. Niall tidak langsung menjawab. 

Dia hanya menghela napas sambil tersenyum tipis, lalu menjauhkan tubuhnya dan akhirnya bersandar pada sandaran kursi. 

"Kamu cemburu kan?" Niall menyeringai jahil. Napasku langsung tercekat dan aku membelalakkan mataku. Kalau aku sedang meminum minumanku sekarang, mungkin aku akan tersedak saat itu juga atau mungkin hampir memuncratkannya. Oh god.

Fall-In Love [ on editing ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang