Eighteen, Hooded Man

1.9K 143 16
                                    

Sinar yang menyilaukan masuk melewati sela-sela jendela. Mataku yang sedaritadi terlalu berat untuk kubuka, akhirnya kubuka juga. Mataku terasa perih dan kering. Aku kutuk sinar matahari yang masuk ke ruangan ini kali ini. Karenanya, aku punya alasan untuk bangun dan memulai lagi hari baru yang menyedihkan. Yang kuinginkan saat ini hanyalah menyembunyikan diriku sendiri di balik selimut yang tebal, tanpa ingin melihat sinar matahari atau dunia hari ini. Terlalu sedih untuk memulai sebuah hari. Aku butuh diam dan bersembunyi dari dunia lebih lama lagi.

Namun aku sudah terlalu 'bangun' untuk kembali tidur. Well.. tidak ada pilihan lain. Aku belum merubah posisiku. Terlentang dengan lemasnya di atas ranjang dan selimut yang menutupiku sampai dagu. Kutarik dengan dalam napasku sebelum aku mendorong selimut itu untuk menjauh dari wajahku. Mataku menjelajah ke langit-langit ruangan ini yang dicat dengan abu-abu. Aku sedikit mengernyitkan keningku. Lalu kujelajah lagi dinding ruangan ini yang berwarna biru tua yang agak sedikit pucat. Dindingnya dihiasi oleh lampu-lampu kecil yang terpasang di beberapa sudut dan kolase. Meja belajarnya penuh dengan buku-buku yang berantakan. 

Aku bernapas lega begitu menyadari ini adalah kamarku. 

Tapi detik berikutnya aku panik karena sekarang aku sudah berada di kamarku sendiri.

Kenapa? Maksudku.. bagaimana bisa? Yang kuingat, semalam aku berada di tempat Niall. Dan.. aku tidak ingat apa-apa lagi setelah Niall menarikku ke dalam pelukannya. Apa aku pingsan? Atau tertidur? Siapa yang membawaku kesini? Apa Mum tau?

Aku langsung mendorong selimut yang masih membungkus setengah tubuhku ke lantai. Tak peduli, aku pun turun dari kasurku dan menginjak selimutnya yang tergeletak di lantai. Dengan lemas aku menendangnya sedikit dan berjalan ke dresser ku. Aku terdiam di depan cerminnya dan menatap gadis yang saat ini ada di hadapanku. Whoa, siapa gadis ini? Rambutnya berantakan seperti habis terkena serangan badai. Eyeliner dan make up nya luntur seperti dituruni oleh hujan. Kedua bola matanya berubah menjadi merah menyeramkan. Pakaianku masih sama seperti pakaian kemarin, itu berarti semalaman aku tertidur seperti ini? Ini tidak terlihat seperti aku, Charlize, yang biasanya. Aku terlihat sangat.. broken. Am I? But hey.. what is this? Aku masih memakai jaket yang Niall berikan padaku semalam. Wangi khas nya merasuki hidungku. Aku merasa aneh saat harus mengakui bahwa aku menyukai wangi nya. Parfum yang Ia kenakan sudah pasti cocok untuknya. He's smell so damn good. 

Aku segera pergi ke kamar mandi sebelum mataku perih melihat gadis yang menyeramkan itu. Dan sekali lagi, aku menatap wajahku di cermin wastafel ku sebelum akhirnya membuka kran air nya. Kugeser sedikit kran nya sehingga air yang keluar sedikit hangat. Aku meletakkan tanganku di bawah derasan kecil air nya yang sudah mulai hangat. Kurapatkan kedua telapak tanganku dan menampung airnya, sebelum akhirnya aku menunduk dan membasuh wajahku dengannya. Tetesan-tetesan air hangat itu menyentuh kulit wajahku dengan nyaman dan membuatku jauh lebih rileks. Dan selanjutnya aku mulai mencuci seluruh wajahku dengan foam

Dan aku pun memutuskan untuk mandi. Aku pun berjalan ke arah shower dan mulai menyalakannya. Tetesan airnya jatuh dengan bergantian dan menghantam lantai kramik berwarna ungu pucat. Selagi menunggu air nya sesuai dengan suhu yang kuharapkan, aku melepaskan semua pakaianku. Sejujurnya, aku sendiri tidak tahu kenapa aku menatap jaket Niall cukup lama sebelum akhirnya aku menggantungnya di cliffhanger dan mulai melangkahkan kakiku ke bawah shower, lalu menutup tirai nya meskipun aku sendiri juga tahu tidak akan ada orang yang melihatku. 

The water feels amazing. Aku merasa jauh lebih rileks sekarang. Tentu saja benar apa kata orang-orang, yang mengatakan saat kau depresi atau banyak pikiran mandilah dengan air hangat, maka kau akan melupakan semuanya. Well setidaknya itu bekerja untukku, meskipun kalian harus menggaris bawahi kata 'melupakan semuanya'. Yang benar saja.

Fall-In Love [ on editing ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang