FOUR

48 5 0
                                    

haihaihai~
muncul lagi, hehe
ada yang kangen? nggak ada.
okesip, lanjut cuss
➖➖➖➖
Chesta sedang bersantai di balkon kamarnya dengan membaca novel yang baru ia beli kemarin saat Agra tiba-tiba masuk kamar Chesta.

"hai bocah, ada apa nyuruh kesini? gue capek tau" sapa Agra.

"hai juga, Gra. lo ga ikhlas nih ceritanya? oke fine pulang aja lo" kata Chesta sewot.

"ih tuan putri, gitu aja marah. Gue cium juga lama-lama" balas Agra.

"Gra, masa tadi gue pulang bareng sama kakak kelas, manis banget senyumnya" kata Chesta dengan antusias, menghiraukan ucapan Agra.

"Oh ya? siapa namanya?" tanya Agra dengan menaikan satu alisnya.

"Siapa ya? Vo-Ve-Ohiya, Vegard"

"Oh Vegard. Iya dia emang manis sih, terus kenapa? lo suka? naksir? cinta?"

"ih apaan sih. Cinta? Kagak lah. Baru aja kenal tadi siang. Tapi kayaknya gue naksir sih,"

"Deketin aja, dia baik kok" kata Agra tulus.

Ada ekspresi ragu di wajah Chesta. Apakah tidak terlalu cepat? Pasalnya, Chesta belum pernah suka dengan seseorang selama ini. Ia takut, takut terlalu jatuh hingga tak bisa bangkit. Takut perasaannya tak terbalaskan. Dan takut, apakah kisah cintanya akan berakhir seperti papa dan mamanya?

Agra tersenyum lembut melihatnya, ia tahu kegelisahan Chesta. 12 tahun bersama Chesta sudah membuat Agra paham pikiran Chesta.

"Cece, gue tau apa yang lo pikirin. Gue tau apa yang lo takutin ketika denger kata 'cinta'. Tapi, lo harus coba, Ce. Lo harus yakin, kalo kisah cinta lo ga akan kayak mama papa lo. Gimana lo mau tau kisah cinta lo kalo bahkan belom coba sama sekali? let it flow aja, Ce. Gue yakin lo bisa." Kata Agra dengan senyum yang teduh.

Chesta merasa sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Agra. Karena Agra dapat memberikan Chesta sosok kakak yang tak pernah ia punya. Maklum, Chesta anak tunggal.

"Makasih, Gra. Gue akan nyoba buat buka hati gue. Gue yakin gue akan dapetin cowok yang pantes. Cowok yang ga kaya papa gue. Gue ga akan takut lagi sama yang namanya cinta." kata Chesta dengan tekad bulat.

Agra tersenyum. Sekarang, gadis didepannya bukan lagi anak perempuan yang menangis karena melihat pertengkaran ibu dan ayah di depan mata bulatnya sendiri. Bukan lagi gadis dengan syal pink bunga-bunga yang memeluknya karena takut Kupu-kupu. Bukan lagi gadis yang menangis karena nilai jelek.

Dihadapannya hanya ada gadis yang memasang topeng kuatnya. Memasang wajah tegar atas kesedihannya. Gadis ceria yang selalu tersenyum. Gadis yang selalu bersama dengannya selama 12 tahun.

Gadisnya.

"Yaudah deh, Ce. Udah sore, gue belom mandi. Mau pulang dulu ye" kata Agra.

"Okesip, mandi yang bersih sana. Makasih udah ada buat gue ya, Gra" ucap Chesta tulus.

"Anything for you, Cece" kata Agra sambil mengacak rambut Chesta dan berlalu.

Chesta tersenyum menatap kepergian Agra. Sejenak dia berpikir. Apa jadinya ia jika tanpa Agra?

Entahlah. Chesta belum mendapatkan jawabannya.

Setelah itu, Chesta menghabiskan waktu sore untuk membaca novel dengan secangkir capucino-nya.

➖➖➖➖

Esok paginya, Chesta menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Menunggu Agra untuk berangkat bersama ke sekolah.

Tetapi, setelah lama menunggu. ia masih belum melihat nissan juke memasuki halaman rumahnya. Akhirnya Chesta memilih berjalan ke rumah Agra.

Sesampainya di depan rumah Agra, ia memencet bel. Tak lama, ada seorang satpam yang membukakan gerbang dan mempersilahkan masuk.

Chesta berjalan melewati halaman rumah Agra dan memasuki rumah tanpa mengetok pintu, tetapi hanya salam.

"Assalamualaikum, bunda! ayah! Agra! where are you?" ucap Chesta setelah memasuki rumah tersebut dan tidak menemukan satu orang pun. Fyi, Chesta memang memanggil orang tua Agra bunda dan ayah, sedangkan memanggil orang tuanya sendiri mama dan papa.

"Walaikumsalam, keatas aja, Chesta. Kamar Agra. Bunda disini," Chesta samar-samar mendengar suara dari lantai atas, lalu ia segera naik.

"Bunda, kok dikamar Agra? Agra dimana? kalo nanti kita telat giman- whoaa, kenapa lu tong?" kata Chesta kaget melihat Agra yang masih menggunakan kaos dan terbaring di tempat tidur.

"Duh, kamu kebiasaan. Belom sampe tujuan udah nyerocos duluan. Ini Agranya demam, Ches. Badannya panas, dari tadi belom bangun"

"Idih, bisa sakit juga ini anak, bun? yaudah deh, Chesta berangkat naik bus aja. Papa udah berangkat soalnya. Sini surat izinnya, biar Chesta bawa" kata Chesta. Setelah itu Nindi-bunda Agra- menyerahkan surat izin yang sudah dibuatnya.

"Okedeh, Chesta berangkat. Cepet sembuh ya, wedges syahrini. Baybay bundaku cintaku" ucap Chesta sambil mengelus pipi Agra dan mencium pipi bundanya.

"Idih, kamu ada-ada aja. Tapi bunda cintanya sama ayah loh, Ches" balas Nindi dengan senyum geli.

"Apaan sih, bun. Udah ah, Chesta berangkat. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam, ati-ati, Ches. Nanti dijalan digoda om-om" Goda sang bunda yang dibalas gumaman oleh Chesta.

Gadis itu pun turun ke lantai bawah dan keluar dari rumah mewah itu. Ia berjalan menuju halte untuk menunggu bus.

Tak lama, sebuah bus berhenti di halte dan Chesta segera naik. Ia melihat bus masih lengang karena belum terlalu siang. lalu ia memilih duduk di kursi dekat pintu.

Setelah gadis itu bersiap untuk duduk, Chesta baru menyadari ada cowok yang menempati kursi sebelahnya, ia sedang menunduk untuk mengambil sesuatu di bawah.

"Eh astaga" pekik Chesta, kaget. Dan itu membuat si cowok yang sudah duduk, menolehkan kepalanya.

"Eh, elo. Chesta kan? inget gue?" tanya cowok itu sambil tersenyum.

"I-iya, kak Vegard, kan?" jawab Chesta gugup.

Senyumnya.

➖➖➖➖

Ga nyangka.
Ceritanya makin absurd (:
vote yups! makasi^^

salam,
Amazingwinter. xx











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang