Yein

130 8 0
                                    

aku memang sedikit ingin tahu mengenai keluarga dokyeom, tapi bukan itu niat ku mengajaknya ke rumah ibu nya, aku hanya kasihan melihatnya rindu. aku bukan orang yang mudah peka tapi hanya duduk di sampingnya saja sudah membuatku bisa merasakan kesedihan yang ia rasakan.

'yein'
'oh.. y-yaa?'
'kau melamun ya?'
'tidak, hanya memikirkan sesuatu hehe'
'kita sudah sampai'
'eh cepat sekali'
'bukan cepat, kau yang daritadi melamun saja'

aku membayar taksi lalu turun. di depan ku ada pagar abu-abu besar yang menutupi rumah besar dibaliknya. dokyeom segera memasukkan kode lalu pagar terbuka. dokyeom masuk dan berjalan di depan ku, kami melewati taman yang tidak terawat sehingga terrihat sangat kotor dan berantakan, lalu kami melewati gang sempit , di sepanjang perjalanan aku melihat dokyeom berkali-kali menghapus keringatnya, em entah keringat atau air mata lalu ku teruskan dengan melihat kaki nya, tiba-tiba dia berhenti lalu menarik nafas panjang, aku melihat ke atas dan melihat rumah mewah yang sangat terawat dan berbeda dengan taman yang di depan tadi.

'disini aku dibesarkan' kata dokyeom sambil memaksakan sebuah senyuman
'mewahnyaaa' kataku polos
'tinggal tekan bel, lalu ibu ku akan keluar' katanya sambil menekan bel di sebelah pintu masuk

ting tong
jekrek!

seorang wanita berumuran se ibu ku keluar dengan rambut acak-acak an, badanya kurus, eyeliner dan make up masih menempel di wajahnya yang tirus.

'eomma' bisik dokyeom

selama beberapa saat mereka hanya berdiam diri di depanku, aku juga terlalu canggung untuk melakukan sesuatu lalu tiba-tiba aku melihat wanita itu tersenyum.

senyum menyeramkan? bukan itu senyum rindu yang terlihat menyeramkan karena wajah tirus nya yang tidak lazim.

lalu wanita itu berjalan, awalnya aku sedikit menghindar karena kaget wanita kurus itu bisa bergerak lalu aku mengingat bahwa itu ibu dokyeom jadi aku hanya mundur ke belakang dokyeom yang selangkah demi selangkah maju ke arah wanita itu.

lalu mereka berpelukkan dan menangis. kurasa posisi ku tidak tepat. sehingga aku hanya melihat dari punggunf dokyeom dan tidak mendengar perkataan mereka.

---

'namamu siapa?' tanya ibu dokyeom
'yein, jeon yein' jawabku sambil tersenyum
'oh yein maaf ya tidak ada makanan' jawabnya dengan memberi isyarat supaya duduk
'ah tidak apa ahjumma, kami juga sudah makan' jawabku sopan sambil duduk di sofa nyaman ini.

'eomma, kami besok akan ujian' jawab dokyeon dengan merapikan majalah di meja
'oh ya? selamat ya' jawab ibu dokyeom dengan santai
'kenapa malah selamat' jawab dokyeom dengan nada yang sedikit meninggi

aku lagi-lagi salah posisi jadi aku membantu dokyeom merapikan meja

'ibu sudah mengira kau akan datang' katanya keras keras dari dapur.
'jadi ibu tidak peduli padaku?' jawab dokyeon dengan nada tinggi laau dia berdiri

'dokyeom' kataku lalu memberi isyarat bahwa kami kesini bukan untuk bertengkar

lalu dia duduj lagi merapikan majalah.

'oh yein ku yang baik sekali' kata ibu dokyeon yg datang sambil membawa kue lalu meletakkan ke meja

aku hanya tersenyum lalu mulai duduk dengan nyaman lagi.

beberapa saat hanya suara kunyahan kue yang terdengar , setelah melihat situasi akhirnya aku mengucap

'ahjumma, permisi, kami disini ingin minta maaf karena sudah lama menelantarkan ahjumma, maaf kesannya kami datang ketika butuh saja' kedua orang yang berada di kanan kiri ku menoleh kepadaku. kulihat muka dokyeom yang kesal dan muka ahjumma yang sedikit terkejut

'eh, hehe maaf kalau tidak sopan, silahkan lupakan saja dan lanjutkan makannya' kataku sambil tertawa dan kurasa aku terlihat bodoh saat itu

'oh, tidak yein sayangku, ya ya aku tahu , tidak apa-apa lagian kalian juga datang di saat waktu yang tepat' katanya sambil mengelus kepala ku

aku hanya tersenyum bodoh dan melihat ke arah dokyeom, reaksi nya hanya mengangkat kedua bahu nya.

kami mengobrol--lebih tepatnya aku-- mengobrol dengan ibu nya dokyeom lalu kami pamit pulang karena sudah larut malam.

karena telepon kami tertinggal di rumah kami tidak bisa telefon taksi sehingga terpaksa berjalan ke halte untuk menunggu bus.

to be continued...


[short ff] Never give up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang