1 : Beginning

2.1K 79 2
                                    

Cahaya bulan menerangi kediaman Tuan Park setelah tertutup awan cukup lama. Cahaya itu perlahan-lahan menerangi sebuah paviliun dimana di depannya terdapat kolam yang dihiasi jembatan kecil dan aneka macam bunga.
Seorang gadis mengenakan hanbok lusuh berwarna hijau tua tampak mengendap-endap saat melangkahi jembatan itu.

Di belakangnya, tampak sepasang mata yang mengawasi gadis itu.

"Agassi, Agassi melakukannya lagi?" tanya Ji Jin Hee, pelayan sekaligus penjaga kediaman Tuan Park.

Gadis yang berada di jembatan tampak kaget mendengar suara Jin Hee. Gadis itu perlahan menoleh dan menatap Jin Hee.

"Aissh.. sudah kubilang, jangan panggil aku Agassi. Namaku Park Byeol Ri. Byeol Ri!" ucap gadis itu tampak sebal.

Saat berkata seperti itu, dia mendengar suara langkah kaki. Jin Hee segera menarik tangan Byeol Ri dan bersembunyi di balik sebuah pohon besar.

Byeol Ri dan Jin Hee berhadapan. Tangan kiri Jin Jee berada di sebelah kepala Byeol Ri, melindungi agar gadis itu tak terlihat.

Byeol Ri tampak salah tingkah, lalu menatap Jin Hee yang sedang mengawasi keadaan. Tak lama kemudian, mata mereka beradu pandang.

"Sudah aman. Tadi Tuan Park lewat. Ckck.. Bayangkan apabila dia melihat putrinya memakai pakaian lusuh seperti ini dan berkeliaran di Hanyang saat malam," ujar Jin Hee.

"Aishh.. Kau mengetahuinya lagi. Kurasa tidak ada yang bisa kusembunyikan darimu, Jin Hee-ssi. Aku hanya ingin melihat pasar yang ramai. Aku bosan hanya duduk di kamar, menjahit, berias dan melakukan hal-hal yang menurutku membosankan," balas Byeol Ri.

"Sudahlah, Agassi. Kau bisa kembali ke kamar sekarang," kata Jin Hee.

"Aku juga tidak ingin berlama-lama menatapmu," ujar Byeol Ri yang langsung berlari meninggalkan Jin Hee.

Apa? Menatapku? Ahh, dia sangat menggemaskan saat salah tingkah seperti tadi, kata Jin Hee dalam hati.

Sementara itu, Byeol Ri mengganti pakaiannya dengan sebal.

Byeol Ri Pov
Ughh.. Jika saja dia tidak lebih tua dariku, aku sangat ingin memukulnya yang terus memergokiku. Tapi, dilihat dari dekat, dia cukup tampan. Wajahnya berkarisma, matanya yang indah menatapku tajam, juga rahangnya yang tegas... Ya!! Apa yang kau pikirkan, Byeol Ri!!

Byeol Ri menendang pakaian kotornya asal-asalan. Dia mengambil selimut lalu menutupi seluruh tubuhnya.

***

"Agassi. Aku datang membawakan sarapan," panggil Sa Rang, pelayan pribadi Byeol Ri.

Tidak ada jawaban.

"Agassi?" panggil Sa Rang lagi.

Akhirnya Sa Rang memberanikan diri masuk ke kamar Byeol Ri, melihat kamar tersebut sangat berantakan. Dia lebih terkejut lagi mendapati Byeol Ri yang tertidur di atas meja.

"Astaga.. Agassi? Agassi, bangun. Aku membawakan sarapan," ucap Sa Rang sambil takut-takut menyentuh tubuh Byeol Ri.

Perlahan Byeol Ri bangun.
"Sa Rang-ah.. Mengapa hari cepat sekali berganti. Aku masih ingin tidur," katanya pelan. Dia tengkurap di atas meja dan memejamkan matanya lagi.

"Agassi, Tuan sedang ada tamu. Beliau mengajak anaknya, mereka ingin berkenalan denganmu, Agassi,"
Mendengar hal itu, mata Byeol Ri melotot dan dia terjatuh dari meja karena kaget.

"Aduhh... Apa? Tamu? Aah aku harus bagaimana Sa Rang-ah?"

"Agassi, makanlah terlebih dahulu. Aku akan menyiapkan air untuk Agassi," ujar Sa Rang.

"Gamsahabnida, Sa Rang-ah," kata Byeol Ri yang tersenyum ceria, lalu makan.

***

Setelah sarapan dan mandi, Byeol Ri pergi ke paviliun utama, kediaman orang tuanya.

"Aboji... Ini aku, Byeol Ri," kata Byeol Ri pelan sambil menunduk di depan ruangan ayahnya.

"Ah, baik. Masuklah anakku," sahut Tuan Park dari dalam ruangan.

Byeol Ri berjalan sambil menunduk dan menyadari ada empat orang di ruangan itu, yaitu orang tuanya dan dua orang tamu. Byeol Ri duduk di dekat orang tuanya sambil tetap menunduk.

"Aigoo.. Putri Anda sangat cantik, Tuan Park. Benar begitu, anakku?" Ujar tamu pertama.

Anaknya hanya mengangguk sambil terdiam, karena memandangi wajah Byeol Ri yang menunduk.

Byeol Ri memakai riasan tipis. bulu matanya lentik. Rambut Byeol Ri yang panjang dikepang satu dengan sebuah pita merah yang menjadi hiasannya.

Tamu yang datang hari itu adalah Tuan Kim Jung Woo dan anaknya, Kim Soo Hyun. Tuan Kim adalah menteri pertahanan yang sangat dihormati rakyat, sedangkan anaknya adalah seorang sastrawan tampan yang menciptakan banyak novel terkenal di Hanyang.

Setelah menatap kedua tamu itu, Byeol Ri menunduk hormat, lalu meninggalkan ruangan karena orang tuanya ingin membicarakan sesuatu dengan Tuan Kim.

"Apakah tidak terlalu cepat, Tuan, bila kita menjodohkan anak kita? Mereka bahkan belum saling mengenal," tanya Tuan Park.

"Anda benar. Mereka bisa memulai pertemanan terlebih dahulu. Bukankah begitu, Anakku?" jawab Tuan Kim lalu menoleh ke putera satu-satunya itu.

Soo Hyun mengangguk sambil tersenyum. Dari luar ruangan, ternyata Byeol Ri mendengar semuanya. Dia menghela nafas dan kembali ke paviliunnya.

Byeol Ri berjalan sambil melamun.
Mengapa ayah menjodohkanku? Bahkan aku belum pernah merasakan jatuh cinta, batinnya.

"Agassi, awas!" teriak Jin Hee namun sudah terlambat.

Karena Byeol Ri sedang melamun, dia terpeleset sebuah lubang yang baru saja digali Jin Hee. Lubang itu kecil, tapi cukup untuk membuat seseorang kehilangan keseimbangan.

Ji Jin Hee segera lari dan menghampiri Byeol Ri. "Agassi, maafkan saya. Saya terlambat memberitahu agassi," kata Jin Hee yang langsung mendunduk karena merasa bersalah.

Tidak ada jawaban.

Tak lama kemudian, Byeol Ri langsung lari meninggalkan Jin Hee karena air matanya hampir menetes.

Hiks.. Meski mereka berkata bahwa kami akan berteman terlebih dahulu, pasti tak lama kemudian kami akan segera dinikahkan, batin Byeol Ri sambil terisak.

Matahari digantikan oleh bulan yang tergantung di langit. Untuk menjernihkan pikirannya, Byeol Ri melakukan aktivitas kegemarannya, yaitu pergi ke pasar.

Sambil mengendap-endap, Byeol Ri yang mengenakan pakaian pria berjalan keluar paviliunnya.

Sepasang mata dari kejauhan menatapnya tajam.

A Love Story In JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang