Chapter 4

1.2K 61 0
                                    

Prilly kini sedang di supermarket, setelah sebelumnya dia mendapatkan sms dari ibunda nya untuk membeli beberapa kebutuhan dapur di supermarket.

Ketika Prilly berjalan tanpa sengaja Prilly menabrak seorang wanita.

"Maaf maaf mba, saya melamun tadi"
"Loh Prilly kan, ?" Kata seorang wanita itu sambil mengacungkan jari telunjuk nya. Matanya berusaha menerawang sesuatu.
"Ka Sheryl, yaampun kak," seru Prilly, sambil berhambur memeluk sheryl. Sheryl adalah kakak kandung Ali yang kuliah disalah satu universitas di Bandung. "Oh ya, Prilly kakak udah tahu semuanya, tentang kamu sama ali. Sebenarnya ada yang harus kakak kasih tau sama kamu, mau ngga kamu ikut kaka kerumah, sambil minum teh mungkin," kata sheryl seraya melepas pelukan Prilly. Prilly sedikit berpikir lalu menjawab dengan anggukan.
"Jam 7 aku kerumah ya kak, soalnya Prilly harus pulang dulu." Sheryl mengangguk.
"Ya sudah Prilly, kakak tinggal dulu ya, bye, kakak tunggu loh," lalu sheryl melenggang pergi. Prilly menatap punggung sheryl.

Ada apa sebenarnya dengan Ali. Di pikirannya sekarang hanya ada pikiran negatif tentang Ali. Prilly berusaha menepis pikiran itu.

***

Prilly memarkirkan mobilnya di dalam garasi dan bergegas masuk kedalam rumah sambil menenteng barang belanjaan yang dipesan oleh ibunda nya.

"Assalamualaikum" Prilly memberi salam ketika Prilly masuk kedalam rumah.
"Waalakumsalam, eh non Prilly," Bi min menjawab salam kebetulan Bi min sedang membersihkan ruang tamu. "Bi min mamah mana ya, oh ya tolong simpan ini ke dapur ya bi,pesanan mamah. " Kata Prilly sambil memberikan belanjaan itu kepada Bi min.
"Baik non, tadi ibu ada di kamar, katanya kepalanya sedikit pusing tadi. Saya ke dapur dulu ya non, non prilly mau minum teh?." Prilly menggelengkan kepalannya "Terimakasih bi,"

Memang, prilly sangat ramah sekali ,sekalipun kepada pembantu rumah tangga. Prilly sudah menganggap Bi Min seperti saudaranya.
"Ya sudah non ,permisi," Bi min lalu melenggang pergi ke dalam dapur.

Prilly berjalan menuju kamar Ibundanya. Membuka pintu terlihat Ibunda nya sedang berbaring. Ibunda nya sedang tertidur pulas. Tak tega membangunkan Ibundanya, Prilly lalu meninggalkan kamar dan pergi ke kamar Prilly.

***

Ali baru saja tiba di Singapura. Ali turun dari pesawat lalu mengambil koper dan tas ransel nya. Seorang wanita separuh baya berdiri di depan pintu bandara.
"Ibu" teriak Ali ketika mendapati seorang wanita itu ternyata ibundanya. "Oh Ali, ibu harap harap cemas menunggu kamu disini. Apa kabar jagoan ibu" ali mengalami ibundanya lalu mencium kening Ibundanya. "Ali capek bu , segera yuk, Ali pengen cepet-cepet sampai rumah" . Ibunda nya hanya mengangguk dan tersenyum lebar pada Ali.

***

Aroma harum tercium di ruang makan. Prilly menghampiri ruang makan. Didapatinya nya Papah, dan ibunda nya sedang duduk dan Bi Min yang sedang mempersiapkan makan malam.

"Hallo mah pah," Sapa Prilly sambil mencium pipi papah dan ibundanya bergiliran.

"Mamah udah baikan mah, tadi kata Bi min mamah pusing ya, " kata Prilly dengan Nada cemas.

"Ngga papa Prilly, tadi memang Mamah agak pusing, tapi sekarang udah mendingan,oh ya kamu mau kemana, lebih baik makan dulu nak,"

"Alhamdullilah, syukurlah mamah jangan kecapean, Oh ya mah pah, Prilly tadi ada janji sama ka sheryl, kakaknya Ali. Prilly izin ya mah, sambil Prilly mau menginap dirumah Kak Dinda sambil mau bahas rancangan terbaru ka Dinda. Maaf juga nih mah pah, aku ngga bisa makan malam sama kalian. Boleh ya mah, pah?"

"Ya sudah, apa ngga sebaiknya makan malam dulu, usahakan kalau sudah larut malam lebih baik menginap ya, daripada pulang berbahaya." Kata papah prilly memberi nasihat pada Prilly.

"Ya sudah prilly pamit ya mah pah," Prilly menyalami papah dan ibunda nya.

"Assalamualikum,"
"Waalaikumsalam" ucap Papah dan Ibunda nya berbarengan.

***

"Sebenarnya Ali tak tenang mah berada disini, walaupun disini Ali sama ibu dan ayah. Ali rindu dengan prilly bu, wanita itu adalah alasan Ali bertahan sampai saat ini" Kata Ali yang sedang berbaring diatas sofa dengan posisi kepalanya diatas paha ibunya, sambil sesekali memandang foto prilly di handphone Ali.

"Ali apakah Prilly tau soal penyakit kamu, sebenarnya ibu tidak setuju dengan kamu memilih meninggalkan Prilly tanpa ada alasan yang jelas." kata ibunda Ali seraya mengelus-elus rambut Ali lembut.

"Lebih baik kamu ceritakan semua tentang penyakitmu li," lanjut ibunda nya.

"Ali belum siap menceritakan ini pada Prilly bu, Ali takut jika Prilly tidak menerima Ali yang berpenyakitan bu," Tak terasa Air mata ali tiba tiba menetes.

"Ibu yakin, Prilly adalah wanita yang bisa menerima kamu apa adanya, ibu dengar Prilly sekarang punya cafe ya li," Ali mengangguk.

"Setau Ibu Prilly adalah anak orang yang cukup kaya, namun Prilly tidak memanfaatkan harta orang tuanya, Prilly memilih hidup mandiri dan mendirikan cafe dengan hasil jeripayah sendiri dengan cara menabung. Nah, ibu yakin Prilly mau menerima kamu apadanya, Ibu juga tahu cinta kalian itu ngga setengah-setengah"

Ali mencoba meresapi kalimat demi kalimat yang dilontarkan Ibundanya. Kini, Ali memikirkan tentang penyakitnya, bagaimana Ali bisa hidup tanpa dibebani oleh penyakitnya. Dan bisa hidup bahagia dengan Prilly?

***

*masih belajar, maaf kalau ada typo typo✌

Someone From My Past,-Where stories live. Discover now