Chapter 6

1.6K 69 5
                                    

2 BULAN KEMUDIAN

Sejak obrolan malam itu dengan Sheryl tentang penyakit Ali, Prilly mulai mengerti yang sebenarnya terjadi pada Ali. Dengan tidak mengurangi sedikit rasa cinta nya pada Ali. Prilly masih mencintai Ali bagaimanapun keadaannya.

"Cintai Ali bukan karena kamu iba padanya. Tapi cintai Ali apa ada nya kamu dan apa adanya Ali. Ali selalu menunggu waktunya tiba. Akan ada masanya. Belum terlambat jika kamu ingin bersama nya kembali. Cukup jaga hatimu jaga ali baik-baik diruang yang tersedia dihati kamu. Itu saja" Kata Sheryl.

Kalimat demi kalimat yang dilontarkan Sheryl malam itu masih saja terngiang di benak Prilly.

Terakhir, 2 minggu yang lalu Ali menghubungi Prilly perihal operasi donor jantung yang akan segera dilaksanakan. Namun, sampai saat ini tak ada kabar mengenai Ali. Sheryl pun sibuk sepertinya dengan study nya yang sebentar lagi akan selesai sampai-sampai tak bisa dihubungi. 

Ini semakin membuat Prilly bingung. Ini membuat Prilly tak konsen mengerjakan pekerjaan. Terakhir, Prilly berdebat dengn Dinda karena Prilly akhirnya menolak tawaran Dinda perihal peragaan busana terbaru Dinda.

"Lo itu ya prill, jangan terlalu mikirin Ali sampai-sampai lo abaikan semua pekerjaan lo. Ini kesempatan lo buat cari pengganti Ali." Prilly tersentak.

"Apaan sih kak,pekerjaan sama Ali itu ngga ada hubungan nya sama sekali. Gue nolak tawaran lo karena emang gue ngga minat. Dan satu lagi, GA ADA YANG BISA GATIIN ALI DI HATI GUE" kata Prilly ada sedikit penekanan di kalimat terakhirnya.

"Wake up prill, dia cuman SESEORANG DI MASA LALU LO."

"Terserah. Sekali lagi gue minta maaf. Gue ngga bisa." Kata Prilly lalu melenggang pergi.

Yahh, walaupun prilly tahu bahwa Dinda sangat stres memikirkan tentang peragaan busana nanti. Namun, keputusan Prilly sudah bulat. Pada akhirnya Dinda menemukan model nya yang juga direkomendasikan oleh Prilly sendiri.

Dan juga tentang caffe nya Prilly  masih mengurusnya namun untuk sekarang ini prilly dibantu oleh papahnya. Entah kenapa akhir-akhir ini Prilly sangat kalut sekali. Entah apa yang dirasakan Prilly saat ini. Rindu. Rindu mungkin telah menjalar di setiap aliran darah Prilly.

***

Prilly berniat untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari nya di salah satu mall. Prilly yang akhirnya memilih untuk tinggal di apartemen dan mencoba hidup mandiri mengikuti jejak kakaknya.

Bel apartemen berbunyi, ketika Prilly masih duduk didepan cermin.

Dibukanya pintu apartemennya.

"Dengan Ibu Prilly Anindita Afifah" Kata seorang petugas seperti petugas pengantar barang.

"Ya dengan saya sendiri,"

"Ini ada paket, tolong ditandatangani disini." Kata petugas tersebut sambil menyodorkan secarik kertas untuk ditandatangani oleh Prilly.
"Terimakasih"

***

Prilly terheran-heran ketika melihat isi dari paket tersebut. Sebuah toples kaca berbentuk tabung berisi kertas-kertas yang digulung. Entah apa maksud dari kertas-kertas tersebut. Kertas-kertas itu memenuhi setiap ruang toples tabung itu.

Prilly melihat ada secarik surat didalam kotak tersebut. Dibukanya perlahan surat tersebut.

Baca dari nomor 1 dan seterusnya. Kamu akan tahu apa maksud dari semua ini.

Hanya itu saja yang tertulis di surat tersebut.

Prilly lalu meletakkan kembali toplesnya kedalam kotak. Lalu menyimpannya diatas meja rias nya. Prilly sengaja menyimpannya diatas meja rias.

***

Prilly menyusuri setiap toko di mall. Prilly membeli beberapa pakaian ,sepatu, dan beberapa alat kosmetik.

Mata Prilly terpaku ketika melihat orang yang tak asing lagi baginya.

"Vinesaaa" teriak prilly sambil melambaikan tangannya. Prilly mengahampiro wanita yang bernama Vanessa itu.

Someone From My Past,-Where stories live. Discover now