Chapter 5

1.2K 58 0
                                    

Prilly berjalan di lorong apartemen. Hingga prilly menemukan kamar bernomor 265. Prilly memencet bel. Tidak ada tanda-tanda ada orang ada didalam apartemen.

Ketika prilly masih bersama Ali, dia selalu datang kesini hanya untuk sekadar membuatkan makan untuk Ali. Namun, sekarang ada hal lain yang dirasakan Prilly.

Prilly tersenyum melihat Sheryl membuka pintu.
"Sorry, nunggu tadi habis di kamar mandi. Ayo masuk prill."
Prilly masuk kedalam apartemen. Masih nampak sama seperti terakhir kali dia datang ke apartemen ini bersama Ali.
"Duduk dulu prill, mau teh, juice atau.."
"Ga usah repot-repot kak, Air putih saja kak," Kata prilly sambil duduk di sofa. Sheryl mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya.

Mata prilly menerawang sekitar. Entah apa yang membuat Prilly gelisah. Namun, ada-ada saja hal yang membuat Prilly ingat Ali.

Mata prilly terpaku pada setiap foto dirinya bersama Ali. Hampir semua foto disini hanya ada foto prilly dan Ali.

"Prill,diminum dulu" suara Sheryl mengangetkan Prilly. Sheryl membawakan segelas air putih lalu meletakkannya diatas meja.

"Sebelumnya terimakasih ya prill, kamu datang kemari. Oh ya sebenarnya ada yang harus kamu ketahui tentang Ali." Kata Sheryl memulai pembicaraan.

"Alii ?? Ada apa dengan Ali.?" Tanya prilly heran.

"Sebenarnya selama ini Ali mengidap kelainan jantung Prill,". Mendengarnya prilly kaget bukan main, mata nya terbelalak. Prilly menutup mulutnya. Matanya terasa pedas sekali. "Ali butuh perawatan intensif. Maka dari itu Ali memutuskan untuk pergi ke singapura." Lanjut Sheryl.

Tetesan air mata tak terasa membasahi pipi prilly.

"Ali akan mendapatkan donor jantung disana. Prill,aku yakin kamu masih sayang pada Ali. Begitu juga sebaliknya. Ali sangat sangat menyayangimu lebih dari yang kamu tau prill. Dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kalian karena dia tidak mau kamu mengetahui penyakit yang di derita Ali." Lanjut Sheryl lagi.

Kini, prilly menangis. "Tapi, aku lebih memilih mengetahui penyakitnya ketimbang dia harus mengakhiri hubungan ini. Ini ngga adil kak, Ali sama sekali ngga adil. Aku sangat menyayanginya." Kata prilly disela tangisannya.

"Menurut kamu mungkin ini tidak adil. Namun, baginya mungkin adil. Mungkin pikirnya jika suatu hari kamu mengetahui penyakit yang diderita ali, kamu tidak akan menerima Ali apa adanya."

Prilly mencoba menghentikan tangisannya. Mengusap air mata yang masih mengalir.

"Ali itu bodoh, mengapa harus dia tutupi penyakitnya. Bukankah kita dari awal berkomitmen untuk saling terbuka. Tapi nyatanya. Aku benar-benar ngga paham apa yang dipikiran ali. Kalaupun aku tau penyakitnya, aku selalu mendukung dia untuk berusaha keras sembuh dari penyakitnya. Mendoakan nya. Bahkan aku sangat mencintainya."

Sheryl mencoba mencerna apa yang dikatakan prilly.

"Ini belum terlambat prill,jika kamu ingin memulai kembali hubungan kalian." Ucap Sheryl pada Prilly.

"Maksudnya?" Tanya prilly tak mengerti.

*****

Someone From My Past,-Where stories live. Discover now