Kringggg..... Kringggg....Kringggg
"Yeah..." beberapa anak bersorak-sorak menyambut bel istirahat yang mengakhiri pelajaran bu Ningsih, guru matematika paling killer disekolah(kata anak-anak sih).
Sebagian besar anak segera lari berhamburan menuju kantin sekolah. Rafa sedang menulis sesuatu di mejanya. Sepertinya dia tidak bernafsu membeli makanan di kantin seperti kebanyakan anak lainnya
"Heii broo, lagi ngapain kamu?"
Rafa spontan terkejut dan langsung menutup buku yang ditulisnya. Gabhas Faturrachman. Nama anak yang memanggil serta mengejutkan Rafa.
"Oh hai broo, ngggg enggak ngapa-ngapain kok." Jawab Rafa sambil tersenyum kecut.
"Oohh, kau mencoba berbohong dariku yaa?? Hmm, sejak kapan sahabatku ini punya rahasia yaa?"
"Ihh dasar kepo. Menjauhlah."
"Tidak sebelum kau memberitahuku soal buku yang kau tulis itu? Apa itu? Diary?"
"Eeh baiklah, tapi nanti saja ya? Ehh ngomong-ngomong bagaimana kalau kita pergi ke kantin. Perutku lapar nihh."
"Ehm iya ayo. Aku sudah menunggumu sejak tadi bro."
Tujuan Rafa sebenarnya mengalihkan pembicaraan untuk pergi ke kantin hanyalah modusnya supaya sahabatnya itu tidak mendesaknya terus menerus mengenai buku tadi.
"Hei, kau mau membeli apa, fa?"
"Eeh anu, hmm.. Roti bakar saja deh. Kamu sendiri mau beli apa?"
"Aku ikutan kamu aja deh fa."
Setelah mereka membeli beberapa lembar roti bakar, mereka berniat kembali ke kelas. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Batis datang dari arah berlawanan. Masalahnya adalah saat itu, Batis sedang berlari dan
BRUKKK. Kyaaaa. Aduh.
Batis menabrak Rafa yang sedang berjalan membawa roti bakarnya. Alhasil, roti bakarnya terbuang percuma sebelum sempat di nikmatinya. Sontak saja hal tersebut menarik perhatian para murid yang lalu lalang di kantin dan langsung mengerumuni Rafa dan Batis.
"Bedebah sialaannn!!! Apa kau tidak punya mata? Seenaknya saja kau menabrak orang! Lihatlah, roti bakarku terbuang percuma. Dasar bajingan!!!"
"Heii, bisakah kau sopan sedikit dalam bertutur kata sobat? Sepertinya kau tak pernah diajari sopan santun oleh orang tuamu ya?"
"Brengsek, sialan, masa bodoh, kau anak aneh. Kau yang menabrakku, tapi kenapa justru kau menceramahiku bukannya minta maaf!"
"Hei hei tenang dulu sobat. Kau tak perlu mar–.."
"Sudahlah pergi kau anak aneh! Sebelum aku menghajarmu!"
"Tch, kalau kau ingin menghajarku, lakukan saja. Aku akan menghadapimu."
"Baik, jika itu maumu!"
Rafa sudah kehilangan kesabarannya dan bersiap memasang kuda-kuda untuk menghadapi Batis. Sementara murid-murid yang berkumpul mulai bersorak membuat suasana semakin ramai saja.
"Lawan..Lawan...Lawan..Ayo kalahkan anak aneh itu, tunjukkan kemampuanmu broo!"
Gabhas pun juga ikut bersorak mendukung sahabatnya itu.
Saat Rafa dan Batis hendak saling menyerang, tiba-tiba tubuh tinggi besar menghalangi mereka.Spontan saja mereka berdua kaget dan mendongak ke orang pemilik badan yang menghalangi mereka. Belum sempat mereka memandang, dua tangan besar menjewer telinga mereka berdua. Spontan saja mereka meraung kesakitan
"Aah aduh, lepaskan aku Fayruz, ini sakit. Aah lepaskan lepaskan"
"Aduuuh. Iya iya maafkan aku Fayruz"
"Rafa Lesmana dan Batis Salmansyur. Kalian ikut aku ke ruang BK. Sedangkan yang lain, segera membubarkan diri atau kalian akan kulaporkan juga!"
Beberapa murid yang mengerumuni mereka berdua segera bubar.
Fayruz Perdanabhakti. Remaja berusia 15 tahunan, lebih tua setahun dari Rafa, yang memiliki postur tubuh tinggi besar dengan kulit hitam legam mirip kuli Arab. Dia juga menjabat sebagai ketua kelas di kelas 8-5. Kelas Rafa.
Dia pun juga disegani oleh seluruh anggota sekolah karena popularitasnya sebagai pemain basket terhebat.Dia menggiring Rafa dan Batis ke ruang BK sambil terus menjewer telinga mereka
Merekapun sampai dihadapan Bu Maysaroh, murid-murid lebih suka menyebutnya 'hakim pengadilan'. Dengan mengerang kesakitan memegangi telinga masing-masing."Ada apa, Fayruz? Kenapa kau menggiring mereka berdua kesini?"
"Anu... Bu, mereka sedang berkelahi di depan kantin dan dikerumuni para murid. Mereka bukannya melerai malah menyorakinya. Akhirnya aku saja yang membawanya ke sini."
Akhirnya jadilah kedua anak itu di'interogasi' habis-habisan oleh bu Maysaroh.
Kringgggg....Kringgg.....Kringggg
Bel masuk berbunyi dan siswa yang sedang duduk-duduk dikantin segera membubarkan diri masuk ke kelas masing-masing
Beraamaan dengan itu, Rafa dan Batis keluar dari ruang 'interogasi'.
Mereka sepertinya sudah berbaikan satu sama lain. Batis masuk ke dalam kelas dengan wajah santai
Sedangkan Rafa menatap tubuhnya dari belakang dengan tatapan sinis yang menandakan aura kebencian dari dalam dirinya.
"Gila, setelah dimarahi habis-habisan pun dia tetap tenang dan terlihat santai seperti tidak ada hal apapun yang sudah terjadi." Rafa bergumam sendiri
"Aku harus bisa membuat dia menyesali perbuatannya karena telah berurusan denganku! Lihat saja nanti!" Ujar Rafa sambil berjalan menuju kelasnya.
"Hmm. Anak yang aneh."
My first page and episode. Im sorry if my story is bad because im still Newbie. Thanks for read.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Classmate Gangsters
De TodoRafa Lesmana, seorang pelajar SMP negeri di kotanya mempunyai sahabat baru. Batis Salmansyur, seorang anak yang pendiam dan misterius menjadi sahabat bari Rafa. mereka berteman karena ketidaksengajaan. Batis yang selalu dianggap anak aneh di kelas a...