3. Berandalan

50 1 1
                                    

Pukul 3 sore.......

Tepat pada saat itu, Rafa dan Aria baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah. Dari raut wajah mereka berdua, mereka baru saja di marahi oleh pak Supardi karena kejadian barusan.

Raut wajah mereka terlihat marah dengan tatapan liar penuh kebencian. Terlebih Aria. Sudah sejak lama dia menyimpan dendam sejak mereka kelas 7 hanya karena Batis menyukai perempuan pujaannya. Walau Aria berusaha untuk membalas dendam kepada Batis, tetapi tak sekalipun dendam itu terlaksana. Kalaupun dapat terlaksanakan, pastilah akhirnya dia mendapat masalah sama seperti sekarang.

Rafa baru sekali mempunyai masalah dengan si anak aneh itu. Dia pun semakin kesal saja kepada Batis.

"Cihh, awas kau, anak aneh! Aku akan memberimu pelajaran. Lihat saja nanti!!"

Saat mereka melewati lapangan tempat mereka menghajar Batis tadi, mereka tidak melihat Batis disana. Tampaknya Batis sudah pulang. Mereka berdua semakin kesal menyadari hal itu. Tapi apa boleh buat, yang lalu biarlah berlalu.

Saat mereka sampai di gerbang sekolah, mereka bertemu Gabhas dan Fayruz. Wajah Gabhas terlihat khawatir, sedangkan Fayruz tetap terlihat santai namun tegas

"Hei bro, ada masalah apa sampai kamu dipanggil kepala sekolah?"

"Eeh kukira kamu udah pulang, kenapa kamu belum pulang?"

"Kamu ditanyain malah nanya balik. Gimana sih bro?"

"Eeh iya iya. Itu tadi karena si anak aneh itu! Gara-gara dia malah aku yang dimarahin sama kepala sekolah"

"Hmm. Sudah kuduga. Kalian pasti membuat masalah lagi dengan si Batis. Sudah berapa kali kuperingatkan kepada kalian berdua."

"Eh, Fayruz. Engg... Ngomong-omong kenapa kamu belum pulang?"

"Aku tahu kau ingin mengganti topik pembicaraan. Tapi ah sudahlah. Aku masih menunggu ayahku disini."

"Ooh, dan kamu, broo. Ngapain kamu belum pulang? Bukannya kamu naik mobil sport super mewahmu(Angkot maksudnya. Bukan Lamborgini)"

"Hehehehe. Sebenarnya, dari tadi aku mengikutimu dari jauh. Hanya saja sambil sembunyi-sembunyilah. Hehehe."

"Ihh dasar penguntit."

"Biarin. Serah gue napa?"

"Iyalah. Serah kamu dehh. Ehh ayo kita pulang broo."

"Yosh. Eeh Fayruz, Aria. Aku pulang dulu ya"

"Oke hati-hati dijalan ya"

Setelah itu, Rafa dan Gabhas segera pulang meninggalkan sekolah. Rumah Gabhas lumayan jauh dari sekolah sehingga dia harus naik angkot. Sedangkan Rafa pulang ke rumah neneknya yang berjarak cukup dekat dari sekolah. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit berjalan.

Setelah berpisah dengan Gabhas di pesimpangan jalan, Rafa berjalan pulang sendirian (jones ni yee. Emang)

Sampai di dekat sekolah swasta di pinggir jalan, ada anak-anak SMP swasta sedang berkumpul. Nampaknya mereka adalah geng di sekolah swasta didekat daerah itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Classmate GangstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang