2. Pembalasan

60 2 1
                                    

Rafa berjalan gontai menuju kelasnya. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang kesal karena telah dimarahi guru BK yang terkenal killer tersebut. Bu Maysaroh.

"Huuh. Menyebalkan sekali! Dasar payah dasar le-...(ehhh kayak Killerbee aja ya?)."

Disisi lain pikirannya, dia merasa penasaran dengan Batis, dia tetap santai walau sudah dimarahi. Wajahnya tidak menunjukkan tanda2 kesal ataupun marah. Dia masih tetap tersenyum.

"Benar-benar anak yang sangat aneh. Bagaimana dia masih sempat tersenyum walau di ruang BK tadi. Lihat saja, aku akan membalasmu karna telah berurusan denganku! Awas kau nanti!" gumam Rafa.

Sesampai dikelas, pelajaran pun telah dimulai. Beberapa jam kemudian....

Kringggg....Kringgggg....Kringggg

Bel pulang berbunyi, sebagian anak segera berhamburan untuk pulang. Sebagian lagi berada di dalam kelas, bermain HP. Salah satunya Rafa.

"Hoii broo. Ayo kita pulang bareng."

"Enggak ah entar dikira ma-... eeh aku masih ada beberapa urusan nih. Lo pulang duluan aja."

"Oke yank-... eeh bro, aku pulang dulu yaa.!"

"Oke, byee. Muach-.... eeh fak salah lagi. (Authornya lagi mabuk jadi maklumi aja ya)"

Akhirnya Gabhas pun pulang duluan. Sedangkan Rafa ingin membulatkan kepala- eeh tekadnya untuk membalas dendam kepada Batis.

Diapun kemudian menemui Aria, salah satu anak yang juga membenci Batis karena sifatnya.

"Aria Widyaputra, aku punya beberapa masalah mengenai anak aneh itu, apa kau bisa membantuku?"

"Eeh Rafa, kau hanya perlu untuk memanggilku dengan nama panggilan saja, ya ada masalah apa? Jelaskanlah?"

"Aku ingin membalas dendam kepada anak aneh itu, kau bisa membantuku, ya?"

"Ooh soal kau masuk BK tadi? Hmm baiklah fa, sebutkan rencanamu!!"

"Hmm, begini...."

"Well, rencana yang bagus. Mari kita lakukan."

"Ayo"

Mereka berdua pun segera pergi ke gerbang sekolah untuk mencegat si anak aneh.

Mereka belum terlambat. Batis sedang mengambil sepedanya di parkiran.

"Hmm, ayo kita lakukan pembalasan ini, ya"

Begitu Batis melewati mereka berdua, Aria pun langsung menendang sepedanya sehingga Batis jatuh berguling-guling di lapangan sekolah.

BRAKKK...

"Ukh, apa yang-"

BUGGGGHHHH....

Belum selesai Batis bicara, sekepal bogem mentah mendarat di perutnya. Hal itu membuat Batis yang ingin bangkit segera jatuh bedebam di lapangan.

Itu tinju milik Aria, dia tertawa-tawa setelah memukul Batis. Rafa di belakangnya juga terlihat puas.

"Hahaha, bagaimana sekarang? Apa kau sekarang sudah merasa jera sekarang?"

"Tch, apa maksudmu bicara seperti-"

BUKKKKHH.... OUCH

"Hahaha, sudahlah jangan banyak bicara, ANAK ANEH!!! Aku hanya ingin melihat wajahmu yang selalu tersenyum itu menjadi wajah penuh penyesalan."

Batis yang sekarang dalam kondisi terlentang tidak bisa berdiri, karena salah satu kaki Rafa menginjak dan menekan-nekan perutnya. Batis merasa sangat kesakitan. Tapi dia sadar bahwa sangat tidak mungkin dia bisa melawan mereka berdua sendirian. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang seperti itu, dia hanya bisa pasrah mengenai keadaan dirinya.

Dia hanya bisa pasrah dan berdoa supaya dapat diselamatkan dari bahaya.(mau ketabrak truck kali ya).

Akhirnya senyum mengembang di bibir Batis. Dia juga memejamkan matanya seakan dia pingsan.

Kelakuan Batis ini sontak menghentikan tawa Rafa dan Aria, merekapun bingung atas apa yang sudah terjadi. 'Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?'

Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari arah belakang mereka.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN DISANA???"

Supardi Handoyo. Kepala sekolah SMP negeri mereka berteriak kencang yang membuat mereka terkejut dan badan merekapun gemetaran dan berkeringat dingin.

Mereka akhirnya sadar maksud Batis melakukan hal itu. Dia membuat dirinya seolah-olah pingsan supaya pak Kepala Sekolah menyelamatkan hidupnya.

Lagipula, sejak tadi Batis merasa sadar bahwa mereka bertiga diawasi oleh pak Supardi dan dia memutuskan melakukan hal tersebut.

Setelah pak Supardi sadar apa yang telah terjadi setelah melihat tubuh Batis terkapar tak berdaya serta matanya yang terpejam seolah pingsan.
(Memang pingsan tapi memang dipura-purakan oleh Batis)

Kemudian pak Supardi kembali berbicara

"Kalian berdua, ikut saya ke kantor kepala sekolah sekarang juga!!!"

Bagai disambar gledek(petir kali), Tubuh Rafa dan Aria seketika lumpuh dan keringat dingin semakin mengalir deras dari tubuh mereka berdua.

Dengan langkah gontai, mereka berdua segera berjalan menuju kantor kepala sekolah.

Sementara Batis yang berpura-pura pingsan, segera duduk dan melemparkan senyum yang lebar. Dari senyumannya, bisa ditebak kalau dia ingin bilang 'Rasain lo berdua, kapok lo, habislah kalian berdua'

This is next episode of my
Story. Sorry if my story is bad because Im still newbie. Thank you for reading.

My Classmate GangstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang