Meet

685 88 8
                                    

"Tetaplah disini." lirih pria itu sekali lagi.
Dingin. Satu kata itu yang Tzuyu rasakan ketika pria itu menggengam pergelangan tangannya, ketika kulit mereka saling bersinggungan.
Tzuyu menggigit bibir bawahnya . Sedikit ragu. Ia kembali berjongkok menghadap sang pria.

Pria itu kembali meringis pelan. Tzuyu tidak dapat melihatnya dengan jelas. Matahari sudah mulai tenggelam. Tidak ada penerangan dari kamar ini.

"Apanya yang sakit?"tanya Tzuyu kemudian mencoba mengelus lembut lengan sang pria yang sekarang sedang dalam posisi meringkuk.

"Tubuhmu sangat dingin. Ayo kubantu naik ke atas ranjang."

Tak ada tanggapan. Tzuyu menghela nafasnya pelan. Tanpa menunggu persetujuan, dipapahnya tubuh pria itu dengan susah payah.

'Ugh berat sekali.'

Tzuyu bangkit dengan mengalungkan lengan pria itu di bahunya. Tubuh mereka terhuyung ke depan sekali, lalu ke belakang.

BRUUGH
Karena Tzuyu yang tak kuat menahan beban tubuh pria ini, tubuh mereka berdua pun terbanting ke ranjang. Untung ranjang itu empuk.

"Aauuu." erang Tzuyu pelan ketika merasakan sebuah benda panjang yang mengganjal di bahunya menimbulkan rasa nyeri. Tunggu! Itu bukan benda, tapi tangan dari pria ini. Entah apa yang membuatnya sangat keras. Apa tangan itu adalah tangan palsu yang terbuat dari besi? Baiklah lupakan pikiran liar Tzuyu yang selalu muncul tak kenal waktu dan tempat. Gadis itu bangkit perlahan. Dilihatnya pria itu tampak lebih tenang walau sesekali masih merintih. Tzuyu merasa aneh dicarinya benda yang lumrah berada di atas ranjang . Tapi ia tidak menemukannya. Ranjang itu tak ada selimut. Bahkan bantalpun tak ada.

"Kau sudah makan?"tanya Tzuyu pelan. Ia duduk di tepi ranjang. Masih memperhatikan pria itu dengan seksama. Sekilas ia melihat pria itu menggeleng pelan.

"Kalau begitu aku akan kembali ke rumah sebentar, aku akan membuatkanmu bubur. Dan setelahnya kau bisa minum obat penghilang rasa sakit."jelas Tzuyu. Tzuyu berencana juga untuk mengambil bantal dan juga selimutnya untuk dipinjamkan pada pria ini.

"Tidak. Jangan pergi."gumam pria itu. Ia meraih tangan Tzuyu dan menggenggam jemarinya erat.

Dingin. Benar-benar seperti es.

Tzuyu mendesah pasrah. "Baiklah. Aku akan menemanimu sebentar lagi."

###

Kurasakan gadis itu bergerak dengan gelisah di ranjangku. Aku masih menggenggam jemarinya yang lembut. Tak membiarkannya menjauh dariku meski hanya satu senti. Hanya dengan menggenggam seperti ini saja energiku seolah bertambah. Aku suka. Rasanya berbeda. Seperti ada sengatan listrik di sana. Di tempat jemari kami bertaut. Baru pertama kali aku merasakannya. Pasti ini salah satu efek samping dari rasa sakitku. Yang jelas aku tidak ingin gadis ini cepat pergi.

Kalau saja orang tuanya tau aku menawan anak gadisnya di sini. Apa kami akan langsung dinikahkan? Hahaha pikiran bodoh darimana itu.

"Ini sudah malam, eonni dan eomma pasti mencariku."gumamnya pelan sambil sesekali melirik ke arahku.
Aku masih menampilkan wajah merana sama seperti tadi.
Hei yang tadi itu bukan akting. Aku benar2 kesakitan. Ini semua berkat ibuku yang super manis itu. Efek siksaan darinya bahkan baru hilang setelah 12 jam. Tepatnya setengah jam setelah gadis ini menemukanku tergeletak di lantai.

Dia gadis ternekat yang pernah aku temui. Ah aku baru ingat kalau dia adalah satu2 nya gadis yang aku temui sejak 4 bulan yang lalu. Yang terakhir itu juga tetanggaku. Dan aku sama sekali tidak tertarik pada gadis itu. Bayangkan saja, di depan mataku ia malah bertindak mesum dengan pacarnya. Menciptakan bunyi-bunyian aneh yang membuat telingaku terkontaminasi.
Yaa dan setelah seminggu lamanya aku bersabar. Akhirnya suara2 itu berhenti. Heh aku sudah melenyapkan mereka berdua. Aku tidak serendah itu sampai mau repot2 menghisap darahnya. Aku yakin karena terlalu banyak berbuat dosa darah mereka pasti rasanya sangat pahit.

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang