Myungsoo merasa sesuatu di dalam dirinya bergemuruh hebat. Menatap gadis di depannya dengan netra yang tak terlihat, Myungsoo mundur beberapa langkah ketika si gadis menghampirinya. Kedua tangannya terkepal di balik saku celana.
"Kenapa kau menjauh?"tanya Tzuyu heran. Tidak biasanya Myungsoo seperti ini. Di bawah cahaya lampu, ia bisa melihat rahang Myungsoo mengeras. Bibirnya terkatup rapat.
"Pergilah."ucapnya dingin. Pria ini memajukan dagunya sebagai isyarat untuk mengusir.
"Tidak. Sebelum kau menjawab pertanyaanku."tandas Tzuyu. Gadis itu kembali mendekati sahabatnya. Mereka berdua saling berhadapan. High heels yang Tzuyu kenakan membuat tinggi mereka sejajar. Menyusup melalui celah di lengan pria itu, Chou Tzuyu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Myungsoo.
Myungsoo bergeming. Menatap lekat manik hitam yang berkedip di hadapannya, pria itu tak kunjung membuka suara.
"Kau sahabatku satu-satunya. Melihatmu menjauh dariku..membuatku merasa sedih."gumam Tzuyu jujur. Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya. Kepalanya ia sandarkan di bahu Myungsoo. Matanya terpejam. Nafasnya berhembus teratur.
"Kau tetap akan pergi?"tanya Myungsoo setelah untuk beberapa menit ia membiarkan Tzuyu bergelayut manja di pelukannya.
Chou Tzuyu membuka kelopak matanya perlahan. Bulu mata lentik itu mengerjap untuk sesaat. "Jadi kau kesal karena aku akan pergi berkencan?"gumamnya menyadari arti pertanyaan Myungsoo. Seulas senyum tipis timbul. "Aku sudah berjanji padanya."ucap Tzuyu tanpa menunggu jawaban Myungsoo.
"Aku sudah berdandan sedemikian cantik. Sayang sekali jika tidak ada yang melihat."
Myungsoo mencebik. "Kau terlihat sama."
Tzuyu mengangkat kepalanya. Menggeleng pelan, tidak terima. "Aku tidak akan percaya pada orang yang tidak bisa melihat."
"Jawaban kekasihmu pasti akan sama denganku."sahut Myungsoo percaya diri.
Tzuyu menundukkan kepalanya. Sorot matanya meredup. Usahanya berdandan selama 2 jam, bahkan untuk menata rambutnya seperti model dalam majalah, sepertinya sia-sia.
Menyadari perubahan mimik muka Tzuyu, Myungsoo mengangkat dagu gadis itu perlahan untuk menatapnya. "Aku hanya bercanda. Kau terlihat sangat cantik."ucapnya jujur.
"Jangan bohong. Kau tidak bisa melihatnya."gumam Tzuyu dengan cairan yang mulai menggenang di pelupuk mata.
"Tidak perlu melihat untuk sekedar tahu, betapa cantiknya dirimu."hibur Myungsoo. Ralat. Ia berkata hal yang sebenarnya. Myungsoo mengelus punggung Tzuyu. Beberapa saat kemudian pria itu mengernyit.
"Gaun apa yang kau pakai?"geram Myungsoo ketika mendapati gaun hitam Tzuyu ternyata cukup terbuka di bagian punggungnya. Gaun itu bertali sampai leher. Model lama namun tetap cantik karena Tzuyu yang mengenakan.
"Gaun milik ibu."jawab Tzuyu polos. "Aku tidak mempunyai gaun lain untuk dikenakan."gumamnya sedih. "Apa ini tidak cocok untukku?"
Sebenarnya Myungsoo ingin sekali berteriak kalau gaun itu memang tidak layak untuk Tzuyu pakai di malam hari dengan suhu sedingin ini. Bisa-bisa gadis itu terkena masuk angin. Hei sejak kapan seorang Kim Myungsoo mengurusi masalah masuk angin dari mangsanya?
Karena merasa tidak tega melihat wajah muram gadis itu, akhirnya Myungsoo menggeleng pelan. Pria itu menangkup wajah Tzuyu. "Sudah kubilang bukan?..kau sangat cantik."ucap Myungsoo lamat-lamat.
Tzuyu memperhatikan gerakan bibir Myungsoo dengan seksama. Ia seperti pernah melihatnya. Tapi Tzuyu sama sekali tidak bisa mengingatnya.
"Bagaimana kau bisa begitu yakin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me
FanfictionAku melihatnya dari sini. Dari tempat ternyaman sepanjang aku hidup. Aku tersenyum padanya dari sini. Dari balik tirai halus yang bergoyang tertiup angin. Hei cantik!! Lihatlah kemari! Kim Myungsoo. Chou Tzuyu.