- I -

202 15 5
                                    

Tap Tap Tap Tap!

Deru langkah kaki itu, terdengar nyaring-memecah kesunyian koridor. Dari alunannya yang cepat, sudah terlihat bahwa ia tengah terburu-buru.

"Mampus gue mampus gue!" Ia mengetuk-ngetuk keningnya sambil melangkah terburu-buru. "Gue yakin, gue pasti telat!" Runtuknya.

"Ya emang udah telat kali dek."

Suara itu, terdengar jelas dari arah belakang. Gadis ini pun memutar tubuhnya ke belakang.

"Mm-eh, aduhh.. Mm-maaf kak, saya telat." Ujarnya. Ia berharap semoga kakak kelas yang berdiri dihadapannya ini, tidak menyemprotnya.

"Ikut gue lo" Ia berbicara dengan judesnya. Ia juga tidak merespon permintaan maaf dari gadis berambut panjang itu.

"Iya kak,"

Mereka pun berjalan menuju ruangan. Senior di depan, dan junior membuntutinya dibelakang. Dan hanya ada keheningan diantara mereka, hingga mereka sampai di depan ruangan.

Kreett!

Pintu terbuka. Sorot mata pun tertuju pada mereka, tidak. Lebih tepatnya pada gadis di belakang senior itu.

"Kok lu balik lagi Cha?" Tanya lelaki bernametag 'Banyu Adymas R.'
Ia salah satu senior yang tengah mengawas kegiatan.

"Nih, gue nganter anak baru yang telat. Padahal baru hari pertama MO, udah telat aja." Sindir senior yang tadi mengantarnya, Miccha Nocila.

"Ih lo baik banget. Kalo gue jadi lo, gue bakal nyuruh dia balik lagi. Ngapain gua suruh masuk, dianterin lagi. Ogah banget!" Sinis senior berambut pirang sebahu, Lateva Anindya.

Mendengar semua ucapan mereka, gadis ini hanya mampu menunduk. Tapi, ia merasa bersalah tapi juga merasa kesal.

"Eh, yang lain. Kerjain, emng saya nyuruh ngeliatin?!" Sentak Banyu. Mereka pun kembali melanjutkan aktivitas mereka, walaupun sedikit merasa terusik. "Siapa nama lo?"

"Cheszia Alina Vescha"

"Mukanya biasa dong gausah nyolot, sama kakak kelas kok nyolot." Ujar Lateva.

"Sstt. Udah, mungkin dia keberatan bawa perlengkapan. Nih lo taroin barang-barangnya." Banyu mengambil barang-barang yang dibawa Cheszia, lalu meminta Lateva untuk menaruh barang-barang itu.

"Iya kak," Cibirnya, ia pun berjalan ke pojok ruangan.

"Kok mau aja sih kak disuruh-suruh sama adek kelas," Lagi-lagi senior itu mencibir, kali ini Vasya yang bersuara.

'Siapa yang nyuruh coba? Emang gue nyuruh? Orang temennya yang nyuruh, nyebelin banget sih.' Umpat Cheszia dalam hati.

"Adek kelasnya ga tau diri kak," Pekik Miccha.

"Sstt.. Udah-udah," Banyu menghentikan mereka. "Telat berapa menit lu?"

"28 menit"

"Lu tau lu salah?"

"Tau,"

"Bisa ga, sopanan dikit kalo ke kakak kelas?!"

"Bisa kak,"

"Nah, gitu kan enak. Lu tau lu salah, dan kalo punya salah itu harus ngapain?"

"Minta maaf"

"Oke, kalo gitu sekarang lu minta maaf ke semua kakak-kakaknya. Ngerti?"

"Ngerti kak,"

"Yaudah sana cepet!"

Cheszia pun memutar badannya, berjalan menghampiri para senior itu satu per satu untuk meminta maaf atas keterlambatannya.

Lubang Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang