Clekk!!
Pintu terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya, berdiri dibalik pintu-dengan celemek yang masih menggantung di tubuhnya.
"Yaampun.. Cheszia, kamu kenapa?" Tanyanya dengan penuh kekhawatiran.
Cheszia meninju pelan bahu Rangga, "Turunin gue" Bisiknya, dengan gigi yang merapat. Dan akhirnya, Rangga pun mengalah. "Ngga kok bu, gapapa.. Tadi Cheszia cuma jatoh aja, ga ada yang parah." Jawab Cheszia dengan santai.
Rangga hanya diam mematung. Ia tidak ingin mencampuri urusan orang lain.
"Tapi kamu sampe diperban gitu loh.. Apa perlu, ibu telepon nyonya?" Tanya ibu itu, lagi.
"Oh gausah, Cheszia udah gapapa kok. Kan tadi udah diobatin sama Rangga," Kini, Zelena angkat bicara. Ia tau betul harus bersikap seperti apa, saat Bu Sri-pembantu rumah tangga Cheszia.
Cheszia mengangguk. Ia tak ingin mamanya tau, bahwa penyebab ia babak belur adalah para senior barunya.
Bu Sri pun mengangguk, "Kalo gitu, ibu bikinin dulu minum ya.. Non Zelena sama den-"
"Rangga,"
"Nah iya. Kalian duduk-duduk dulu.." Bu Sri mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Ngga usah bu, saya mau langsung pamit" Tolak Rangga dengan sopan. Ia sama sekali tak berniat untuk mampir.
"Kok buru-buru sih, ibu ga lama kok bikinnya.." Sanggah Bu Sri.
"Ga usah bu, biarin aja dia pulang.."
Zelena menarik lengan seragam Cheszia, "Ches! Lo apa-apaan sih, Rangga itu udah baik sama lo-mau nolongin lo, jangan gitu napa!" Bisiknya pada Cheszia, lalu ia pun mengekeh. "Jangan diambil hati, Cheszia bercanda kok. Mending lo mampir dulu bentar.."
'Bercanda? Hhh-gue ga mungkin bercanda sama orang sok kayak dia' Batin Cheszia, menyibir.
"Gausah, gua emang pengen balik"
Pernyataan Rangga tadi, membuat Cheszia tersenyum puas. Ya, sepertinya sejak awal Cheszia memang tidak suka dengan Rangga-terutama dengan sikapnya yang sok itu.
"Rangga!" Pekik Zelena. "Lo harusnya terima kasih dulu sama dia" Dan Zelena pun pergi mengejar Rangga, untuk mengucapkan sesuatu yang belum terucap oleh Cheszia.
Bu Sri mengepretkan serbetnya pada lengan Cheszia, dan Cheszia pun meringis. "Aduhh.. Ibu! Sakit tau"
"Makanya, kalo sama orang tuh yang ramah. Apalagi, dia abis nolongin kamu" Bu Sri melotot, ia meceramahi Cheszia.
Cheszia tak mengacuhkan ucapan Bu Sri, ia memilih untuk bergegas ke kamarnya.
------------------------------------------------------
Malam ini, bulan bersinar cukup terang. Ditemani oleh bintang yang sinarnya redup, namun tetap berkelip menghiasi langit malam.
"Ches, lo tau? Rangga itu, cowok pertama yang menarik hati gue. Karena sebenernya, cowok yang sering gue ceritain ke lo itu-ya Rangga." Zelena masih dengan topiknya.
Ya, malam ini Zelena menginap di rumah Cheszia. Karena kebetulan, orang tua Cheszia sedang keluar kota. Dan sedari tadi, Zelena tak henti-hentinya bercerita tentang Rangga.
"Mmmm.." Cheszia hanya berdeham, sambil asik mengunyah camilikannya.
"Ish! Lo tuh dari tadi dengerin gua ga sih?" Karena kesal dengan Cheszia yang terkesan mengabaikannya, Zelena pun merampas ciky itu dari tangan Cheszia-lalu memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubang Dalam Hati
RomanceKita harus menangis terlebih dahulu, agar bisa merasakan kebahagiaan. Pengkhianatan, kekecewaan.. Itu semua akan sirna, jika kita mampu membuka lembaran baru. Dan membuka hati, untuk cinta yang baru. Karena sesungguhnya, tidak ada cinta yang tidak m...