- II -

106 14 1
                                    

"Dimana kak? Disini ga ada,"

Seseorang diatas sana terus mengulang perkataannya.

"Ada kok, ngga mungkin ga ada. Saya ngitungnya udah bener kok, masa sih ga ada? Ini yang belom dapet cuma kamu doang loh dek." Ucap Vasya.

Ya! Orang yang kini berada diatas pohon itu, adalah Cheszia. Sejak tadi, ia belum menemukan kertas berisi namanya yang disembunyikan oleh para senior itu. Padahal teman-temannya sudah menemukan namanya masing masing, termasuk Zelena.

"Tapi beneran kak, diatas sini cuma ada daun doang.."

Mendengar ucapan Cheszia, Miccha dan Lateva pun tertawa kecil. "Ya jelas ga ada lah, orang kertas dia ada di kita" Ucap Miccha.

"Sssttt! Jangan kenceng-kenceng bego! Tar kalo kedengeran, ga seru lagi kan" Desis Lateva.

"Iya-iya tenang aja napa, gue juga udah ngukur volume suara gue kali!" Runtuk Miccha. "Cari aja terus dek, pasti ada kok! Orang kakak yang bikin. Kakak inget banget, waktu itu kakak nulis nama kamu juga." Miccha terus beralibi.

'Hehhnn! Rasain lo, emang enak di kerjain. Harusnya lo gausah cari gara-gara sama gue!' Vasya bersedekap dada, sambil tersenyum puas.

'Aduhh, dimana coba tuh kertas. Orang dari tadi gue cari disini ga ada kok. Apa jangan-jangan, mereka ngerjain gue lagi?' Cheszia pun mengintip kearah bawah, terlihat jelas mereka tengah tertawa puas. "Hhh.. Ga salah lagi. Gue pasti dikerjain sama macan-macan itu. Oh ghash it!" Ia tak habis pikir, kenapa ia bisa tertipu oleh senior-senior itu.

"Ada ga?" Pekik Lateva, "Lo lama banget sih dek! Jangan ngaret napa, emang kerjaan kita cuma ngurusin lo doang apa?!"

"Apa-apaan coba mereka? Udah jelas-jelas mereka bohongin gue, masih aja speak-speak ga jelas!" Runtuknya dengan pelan, bahkan nyaris tak terdengar. "Ngga ada kak, kakak yakin ga salah naro?" Pekiknya dari atas sana.

"Lo pikir gue bego, orang gue yang naro kok. Jelas-jelas gue naro disana!"

"Lagian ngapain juga lo naro kertas diatas pohon? Apa itu bukan bego namanya?" Cibir Cheszia. Tapi, lagi-lagi suaranya itu tidak terdengar sampai ke telinga para senior itu.

"Udah-udah! Mending kamu turun sekarang juga. Capek saya nungguinnya!" Dan dengan seenak jidatnya, Vasya menyuruh Cheszia untuk segera turun.

"Ta-tapi.. Saya ga bisa turunnya.."

"Lo gimana sih? Katanya lo bisa manjat pohon!"

"Tapi saya kan ga bilang kalo saya bisa turun dari pohon. Lagian ini tinggi banget!"

Miccha, Lateva, dan Vasya pun kebingungan. Sementara itu, Marvel tengah berjalan ke arah mereka.

"Mampus! Gimana nih Sya. Marvel ke sini, mati kita kalo ketauan dia!" Miccha mulai panik, melihat Marvel yang kian mendekat.

"Kok jadi gue sih?! Ya lo pikirin lah, gimana caranya tuh anak udah dibawah sebelum Marvel dateng!"

"Tapi ini kan ide lo Sya!"

Dan akhirnya mereka bertiga pun saling menyalahkan. Sedangkan Cheszia, ia masih setia bertengger di atas pohon.

Ia mengintip ke arah bawah, "Aduhh, ngapain sih mereka ribut? Bukannya bantuin gue turun!" Cheszia menggerutu kesal. Ia takut untuk melompat ke bawah, karena ternyata pohon itu cukup tinggi.

Lubang Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang