- VI -

57 7 0
                                    

"Selamat." Ketua osis itu berjabat tangan dengan Rangga. Lalu ia mendekatkan kepalanya ke telinga Rangga. "Thanks, lu udah ngobatin dia dan nganterin dia." Bisiknya sambil menepuk bahu Rangga.

'J-jad-jadi.. Ketua osis nya.." Cheszia masih berkelut dalam batinnya.

"Selamat ya pon." Kini ia menjabat tangan Cheszia, lalu menyerahkan piagam juga. "Jangan takut lagi sama orang-orang yang bully lu, karena ada gua yang bakal lindungin lu.." Bisiknya tepat di kuping Cheszia. Bahkan, bisikan itu hanya terdengar oleh Cheszia.

"K-kak Marvel ketua osis?" Tanya Cheszia, terperangah. Dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Marvel.

"Ya, beri tepuk tangan untuk kedua juara umum ini." Ucap Tura itu.

Dan siswa-siswi disana pun bertepuk tangan, bersorak-meneriaki Rangga, dan juga Cheszia.

"Rangga!! I love you!!"

"Love you brondong!"

"Njirr, gaada senyumnya sama sekali.. Sumpah, cool banget gila!"

"Baru pertama masuk aja, si Rangga udah banyak fansnya"

"Yee, sorry ya.. Gue pacarnya."

"Gue istrinya,"

"Gue cinta pertamanya,"

"Gue cinta terakhirnya,"

"Gue jodohnya,"

"Gue cinta sejatinya"

"Harusnya bukan dia yang di samping Rangga, tapi gue."

"Dia beruntung sumpah, katanya waktu si Vasya ngebully dia sampe luka.. Si Rangga yang gobatin, trus dianterin pulang juga malah!"

"Ihh.. Si Vasya ketai sumpah!"

"Iya tuh. Tapi kata gue sih, si Vasya iri sama tu anak."

"Iri kenapa tah?"

"Lo gatau? Si Marvel kan lagi pepet tu cewek."

"Iya pasti si Vasya takut kalah saing. Si Vasya emang Queen of School, tapi dia bakal kalah ama si Cheszia."

"Setuju! Lo liat aja. Dia tuh imut, manis, baby face gitu. Lah si Vasya? Menang cantik doang. Jelas lah, si Cheszia lebih enak di pandang daripada si Vasya.."

"Iya, bener-bener!"

Ya, awalnya mereka hanya bersorak gembira. Tapi akhirnya, berujung menjadi gosipers.

Vasya yang mendengar ocehan yang membuat telinganya panas itu pun langsung berteriak, "Berisik lo semua!" Dan spontan, orang-orang disekitarnya-menoleh kearahnya dan karena kesal, ia pun pergi meninggalkan kerumunan itu.

"Sya, Vasya. Tunggu!" Pekik Miccha dan Lateva. Mereka pun mengekori Vasya.

------------------------------------------------------

"Arrgghhh! Gue benci anak itu!" Vasya masih setia meruntuki Cheszia, bahkan saat jam pelajaran berlangsung. "Baru hari pertama masuk, udah bikin onar aja tuh anak!" Ya, bahkan hingga saat jam istirahat ini-ia terus mengulang perkataannya. "Di bilang imut lah, pinter lah, lucu, manis, baby face, lebih enak di pandang daripada gue.. Semuanya mojokin gue, kesannya kayak dia-lebih oke dari gue, padahalkan jelas cantikan gue.. Ya kan?!"

"Ya, emang. Lo tuh cantik.. Tapi gimana ya? Cheszia tuh punya daya tarik tersendiri. Walaupun menurut gue, dia ga cantik." Papar Miccha.

"Maksud lo apa?! Lo belain dia?" Vasya mulai tak santai.

Lubang Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang