- III -

79 9 3
                                    

"Lagian tadi lo kemana aja sih? Lo ngapain, sampe-sampe lo bisa luka kayak gini?"

"Ya biasa lah.."

"Ches, lo udah ngulang jawaban itu berapa kali coba?"

"Dan lo udah ngulang pertanyaan itu lebih dari sepuluh kali Len,"

Terjadi perdebatan kecil antara Cheszia dan Zelena, sejak mereka sampai di uks ini. Zelena begitu mengkhawatirkan Cheszia. Tetapi menurut Cheszia, Zelena itu sangat berlebihan.

"Heh, lu berdua bisa diem ga sih?" Lelaki ini memecah keributan diantara mereka.

"Awsss!" Cheszia menjerit ketika lelaki itu menekan bagian lututnya yang sakit. "Lo bisa pelan-pelan ga sih?"

"Gausah bawel" Ujarnya, sambil mengunyah bubble gumnya itu.

Zelena menepuk lengan lelaki itu, "Pelan-pelan! Kasian temen gue."

Lelaki itu pun menghentikan aktivitasnya sejenak, "Yaudah nih lu terusin"

"Hehehe.. Jangan ngambek dong, masa gitu doang ngambek sih.." Zelena terkekeh, kicep. "Ayo lanjutin," Ia mempersilahkan lelaki itu, untuk melanjutkan aktivitasnya. "Oh iya kita kan belom kenalan, nama lo siapa sih?"

"Rangga"

"Gue Zelena, lo bisa panggil gue Lena" Papar Zelena, "Dan temen gue yang satu ini.." Ia berucap sambil mencubit pipi Cheszia.

"A-aa, sakit!" Pekik Cheszia, ia menepuk-nepuk tangan Zelena.

"Dia Cheszia, siswi yang selalu kena bully. Lo tau? Waktu awal dia masuk smp juga kayak gitu. Dikerjain sama senior-senior yang rada-rada," Zelena menceritakan-mm.. Bukan. Lebih tepatnya, ia membongkar aib Cheszia yang selalu dibully ketika di mos. "Tapi untungnya.. Dia itu orang yang tahan bullyan. Dia ga peduli sama mereka-mereka, yang ga suka sama dia.." Paparnya. "Iya kan Ches,"

"Ngga juga. Buktinya, gue tetep kesel kan digituin sama mereka.."

"Ya tapi kan seengganya, lo ga terpancing sama-"

"Udah," Ucap Rangga, sambil merapikan alat P3K itu. Lalu ia pun pergi dari ruangan itu.

"Ehh.. Rangga, tunggu dulu!" Zelena memanggil Rangga yang pergi begitu saja. "Ish! Manusia aneh.." Kutuknya, "Bentar ya Ches, gue mau nyamperin dia dulu bentar." Lalu ia pun pergi meninggalkan Cheszia yang masih terbaring di uks.

Cheszia masih setia mengelus tepi lututnya yang sakit. Rasa perih itu, masih terpusat di lututnya. Ia pun mencoba menggerakkan kakinya, namun itu malah membuat lututnya semakin terasa sakit.

"Sssshh.." Ringis Cheszia. "Kenapa jadi sakit gini sih? Perasaan tadi pas jatoh ga kerasa sakit.." Keluhnya.

"Maaf.."

Suara itu terdengar dari tirai samping. Dan sontak membuat Cheszia terkejut. Ia pun akhirnya membuka tirai disampingnya, dengan perlahan.

Kreekk!

Cheszia masih memejamkan matanya, ia tidak berani melihat ke dalam sana. Cheszia takut ketika ia membuka matanya nanti, ia akan melihat sesuatu yang mengerikan. Seperti di film-film horror itu.

"Hhhehhh.." Orang itu terkekeh, "Lu kenapa sih dek, gua Marvel.. Bukan setan" Ujarnya. Ya, itu adalah Marvel. Karena kejadian tadi, ia harus terbaring juga di uks.

"Eh, mm-maaf.." Cheszia menyesal telah bersikap seperti itu. Seharusnya ia tidak perlu takut. Lagi pula, itu kan hanya film.

"Ngga-ngga, harusnya gua yang minta maaf dek.." Marvel berucap dengan suara yang berat, "Maafin mereka ya, gara-gara mereka.. Lu jadi kayak gini. Maaf juga gua ga bisa selalu bantuin lu,"

Lubang Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang