Badanku sudah muali pulih. Seminggu ini aku sama sekali tak keluar dari Apartemenku. Bahkan aku mencancel semua jadwal pemotretanku. Aku berencana untuk mengunjungi rumah Dimas. Dimas sempat menelphoneku dan mengatakan kalau mamanya ingin bertemu denganku.
Aku mampir ketoko bunga untuk membelikan tante Marrisa. Aku memberlikan sebuket bunga berwarna pink yang indah. Aku segera membayar dan langsung masuk kedalam mobilku.
TOKK TOKKKK
"Hai Luna.. Masuk dulu" Sapa Dimas saat membukakan pintu untukku
"Iya Dim..Oh Iya Tante Marissa mana?" Tanyaku.
"Ada kok..bentar ya aku panggilin dulu."
Aku mengangguk dan langsung duduk. Tak berapa lama tante Marissa datang dan langsung memelukku erat.
"Ya Ampun Luna. Kok baru kesini sih. Kamu kemana aja?" Tanyanya
"Iya Maaf tante. Luna kemarin sakit jadi belum sempat kesini. Oh iya ini bunga untuk tante." Aku menyodorkan ke Tante Marissa.
"Cantik sekali. makasih banget ya Luna."
Aku senang sekali bisa mengenal tante Marissa. Dia sosok ibu yang sangat baik. Tak lama Dimas menghampiri kami dan langsung duduk disamping tante Marissa. Cukup lama aku berada disana hingga hari hampir sore. Aku memutuskan untuk kembali ke Apartemenku dan mempersiapkan diri untuk pemotretan esok pagi.
***********************
Farel sudah duduk sambil membaca sebuah majalah. Galang dua hari ini tidak berada diapartemenku karena dia harus pergi ke Bandung untuk mengunjungi sahabatnya yang telah melangsungkan pernikahan begitu juga Reva diajak untuk menemaninya.
"Hai Rel. sudah lama disini?" Tanyaku lalu menutup pintu lalu melepaskan tas yang aku sandang.
"lumayanlah. Galang kemana? Oh iya aku barusan abis pesan makanan kita makan bareng ya." Ucapnya begitu lembut.
"Galang dan Reva ke Bandung. Aku memang gak ikut kesana soalnya besok ada pemotretan." Jawabku sambil tersenyum.
Di sela-sela obrolan kami terdengar suara ketukan pintu. Farel segera membukakan pintu dan menerima dua bungkus makanan lalu menutup pintunya kembali. Farel menyiapkan makanan diatas meja dan melarangku untuk membantunya.
"Ayo sini Lun. Kita makan." Ajaknya
"Iya Rel.."
Aku mendekati dan langsung duduk didepannya. Aku mulai menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh Farel. Kita mengisinya dengan obrolan ringan hingga terjadi perselisihan diantara kita berdua.
"Pokoknya aku mau kita nikah bulan depan." Tegasnya sambil memotong steaknya.
"Rel.. itu terlalu cepat. aku gak bisa. Lebih baik kita undur saja tahun depan."
"Kenapa Lun..apa kamu ragu sama aku? apa kamu berniat akhiri hubungan ini dengan mengulur-ulur waktu pernikahan kita." Farel mengeprak meja dengan keras hingga terlihat tangan kananya memerah.
"Farel..cukup!!! kamu jangan selalu marah-marah sama aku. Aku capek Rel, aku mau kamu rubah dulu sifatmu yang tempramen itu. Kalau kamu terus begini lebih baik kita akhiri saja hubungan ini." Aku mengela nafas.
Namun Farel begitu naik pitam saat mendengar perkataanku. Farel langsung bangun dari duduknya lalu mengankat meja dan emndorongnya. Aku langsung beranjak dari duduknya dengan tatapan tajam.
"Farel..cukup!! bagaimana aku bisa bahagia Rel. Kalau kamu terus begini. Aku sakit tiap hari kamu pukulin. Lebih baik kamu keluar dari sini.KELUAR!!!! Teriakku.
Farel mendengus kesal lalu mendekatiku. Dia memegang tanganku dengan amat kencang aku yang ketakutan langsung mengigit tangannya lalu menginjak kakinya. Aku berlari menuju pintu aparttemenku untuk segera pergi. Namun sial kunciku tak ada, aku menoleh kearah Farel dan Farel menunjukkan kunci apartemnku lalu memasukkannya kedalam saku celana.
Aku sangat panik, aku terjebak bagaimana mungkin aku bisa keluar dari sini. Farel semakin dekat denganku, tangannya terlihat menggempal. Aku langsung lari kekamarku dan mencoba menutupny. Farel mencoba untuk terus mendorongnya. Tenaga Farel begitu kuat hingga pintu berhasil terbuka dan aku jatuh tersungkur.
"LUNAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!! aku bilang jangan pernah bikin aku marah. Kamu harus nurut sama aku." Farel menggeret rambut panjangku hingga keluar dari kamarku.
Tamparan bertubi-tubi mendarat dikedua pipiku. Dia langsung mengangkat tubuhku dan melemparkannya kelantai. Aku merasakan tulangku serasa patah dan amat sakit. Kini dia mengangkat wajahku dan mencapitnya. Aku meludahinya dan menangis histeris.
"Lun..kita nikah minggu depan." Ucapnya sambil mengarahkan pisau diwajahku.
"Farel..kamu Gila." Ujarku
"Iya..aku gila Karnamu." Farel tersenyum Sinis dan terus menempelkan pisau diwajahku.
PErbuatan Farel saat ini benar-benar gila. Farel kembali menyeretku dan memasukkanku kedalam kamar lalu menguncinya dari dalam. Farel mengikat kedua tangan dan kakiku.
Aku segera meraih ponsel dengan merangkat dan menekan panggilan keluar untuk menelphone Dimas. Aku ingat baru beberapa jam yang lalu aku menelphonenya. Panggilang Dimas tersambung, aku bernafas lega..
"Halo..Dimas tolong aku." Lirihku.
Namun Farel langsung membuka pintu dan melempar ponselku kedinding hingga semua sisinyua berhamburan. Dialangsung membanting segelas jus jambu yang dibawanya. Dia mendekatiku dengan amarah lalu menjambakku kembali dan mendorongku hingga kepalaku terbentur dinding dan mengeluarkan darah segar.
"Farel..Lepasin gue" Aku berontak.
"Tidak,,, sebelum kamu mengiyakan pernikahan kita minggu depan."
Aku menggeleng. Farel yang tak terima dengan keputusanku kembali memukulku. Kali ini dia kembali memukulku dengan tangannya dan beberapa kali dia menendang tubuhku. Aku pasrah jika aku harus meninggal kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA
عاطفيةAku pernah bertahan demi seseorang yang aku sangat cintai. Aku sama sekali tak memperdulikan semuanya meski dia sering menyakitiku. Aku bertahan karna satu alasan "CINTA" Namun semua itu menjadi berubah ketika aku tersadar aku harus meninggalkannya...