Kepalaku masih terasa sakit. Aku mencoba membuka kedua mataku. Aku melihat sebuah ruangan yang sama sekali tak asing bagiku. Selang infus terpasang ditangan kiriku. Selang oksigen terpasang dihidungku. Aku melihat seorang pria tersenyum lega melihatku. Dia berjalan mendekatiku kemudian duduk didekatku.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar" Ucap Cowok itu.
"Kamu siapa?" Lirihku pelan.
"Kenalin aku Dimas. Sebelumnya aku minta maaf gara-gara aku kamu jadi begini?" Jawabnya. Wajahnya terlihat sangat merasa bersalah menatapku."Aku yang menabrakmu. Aku memang ceroboh hingga tak memperhatikan jalan." Terangnya.
"Iya gak apa-apa Dimas. Aku juga berterima kasih kamu sudah bawa aku kesini." Aku mulai tersenyum.
"Oh Iya aku tadi sudah menghubungi keluargamu. Aku rasa sebentar lagi dia akan sampai?"
Aku tak tau siapa yang dimaksud Dimas. Itu tak mungkin orang tuaku mereka sedang berada di Paris. Aku hanya tinggal sendiri di Indonesia.
"Siapa?" Tanyaku pelan.
"Namanya Farel. Maaf kalau aku lancang mengangkat telfonmu. Aku lihat dia beberapa kali menelfonmu. JAdi aku mengangkatnya dan memberitahunya kalau kamu disini. Oh Iya aku harus keruang dokter sebentar" Aku mengangguk.
Farel, kenapa harus Farel yang dihubungi. Aku masih teramat sakit karenanya. KArena penghianatannya denganku. Aku memejamkan mataku saat mendengar suara langkah kaki mendekati ruanganku.
KREEEEKKKKK
Seseorang membuka pintu dan langkah kaki itu semakin dekat denganku kemudian aku meraskan kecupan didahiku. Aroma itu aku mengenalnya, Farel datang dan tanpa perasaan bersalah sedikitpun kepadaku.
"Aku minta maaf karna aku telat datang kesana. Kau tau aku sungguh panik mendengar kabar kalau kamu ada disini." Kata Farel sambil mengenggam jemariku.
Aku merasakan dia mengelus lembut rambutku. Namun tiba-tiba aku merasakan sakit yang amat sangat ketika Farel mulai menarik rambutku hingga membuat aku meringis kesakitan.
"Kamu jangan sesekali bohongin aku pakai pura-pura tidur segara."
"Sakit Farel..." Ucapku pelan menahan rasa sakit" Aku mohon lepaskan tanganmu" Pintaku.
Farel melepaskan tangannya ketika menyadari diriku yang mulai kesakitan dengan drah yang mulai naik keselang infusku ketika aku menahannya. Wajahnya masih terlihat santai dan sama sekali tak memperdulikanku dan kemudian pergi meninggalkanku sendiri.
Tak lama Dimas dan seorang dokter masuk menemuiku. Dimas memperhatikanku yang menangis dengan selang infus yang diepnuhi darah.
"Dok..sepertinya selang Infusnya bermasalah" Ucap Dimas memberi tahu dokter hingga dengan segera dokter membetulkan selang infusku membuat darahku kembali turun dan membuatku semakin lega.
"Bagaimana Luna keadaannya?" Tanya dokter sembari memeriksa keadaanku.
"Lumayan dok. tapi masih sedikit pusing." Jawabku
"Ini karena benturan hebat dikepalamu. Beruntung Dimas segera membawamu kerumah sakit. Baikalah lebih baik kamu istirahat. Lusa jika kamus kondisimu sudah membaik kamu bisa diijinkan pulang."
"Terima kaish dok" Ucapku sambil tersenyum.
Dokter Pauluspun segera pergi meninggalkanku dan Dimas. Aku merasa lega jika Dimas ada disini setidaknya aku merasa aman dari Farel yang berniat menyakitiku dan kasar terhadapku.
"Baiklah Luna. Aku harus pergi besok aku akan kembali lagi." Ucap Dimas.
"Dimas...Thanks ya sebelumnya tapi apa gue boleh minta tolong sama kamu" Pintaku
"Apa?"
"Tetaplah disini Dimas"
"Sebenarnya aku juga ingin menemanimu. Tapi aku harus segera pulang mamaku dirumah sendiri, aku tak bisa membiarkannya sendiri dirumah. Selamat istirahat ya Luna."
Dimas pergi meninggalkanku. Aku sangat takut jika Farel tiba-tiba datang lagi dan dia akan bersifat kasar denganku. Tebakanku ternyata benar dia masuk dan langsung menatapku tajam.
"Farel..please jangan sakiti aku" Pintaku
Farel dengan segera merangkulku. Dan duduk kembali mengenggam erat jemariku membuatku semakin merasa ketakutan. Aku takut jika dia akan kasar dengaku lagi.
"Aku minta maaf ya. Aku gak akan kasarin kamu kok. Aku janji" Ucapnya dan menicum tanganku berulang - ulang
Aku kadang juga tak mengerti akan perlakuan Farel yang sering kasar kepadaku namun mendadak dia berubah menjadi seseorang yang sungguh sangat mencintaku. Aku memang sangat mencintainya hingga membuatku terlalu takut untuk pergi. Aku memang rela bertahan untuknya meski kadang dia selalu menyakitiku. Namun aku sudah sangat mencintainya.
"Farel...kamu jangan marah-marah terus ya. Aku takut" Pintaku
Farel tersenyum manis padaku dan mengangguk. Malam ini Farel menemaniku. Aku memang belum bisa menanyakan tentang siapa wanita yang ku lihat bersamanya.
*****************************************
Farel tertidur disofa disalah satu sudut kamarku. Aku memandangnya sambil tersenyum. Dia begitu manis jika sedang tertidur. Watak arogannya semua hilang. Aku melirik jam dinding yang terpasang dikamar ini. Tepat pukul tiga dini hari, aku meraih ponselku yang semalam kutaruh dilaci kamar ini. Namun suara gesekan laci yang keras membuat Farel terbangun.
"Kamu mau ngapain?" Tanya Farel kemudian merubah posisinya menjadi duduk menyenderkan punggungnya dikursi.
"Aku kangen mama. Aku mau menelfonnya" Jawabku pelan.
"Lebih baik kamu tidur. Aku sudah ngasih kabar ke mamamu tentang kondisi kamu." Terang Farel kemudian mendekatiku dan mengambil ponsel yang ada ditanganku.
Farel memeriksa segala isi ponselku kemudian menatapku.
"Kamu tadi menelfonku?" Tanyanya
"Iya...Siapa tadi rel yang angkat?" Tanyaku menatapnya
Farel kemudian menjadi panik dengan pertanyaanku. "Besok aku jelaskan sekarang kamu tidur. Aku sangat lelah. Kamu tau kan pekerjaanku begitu banyak."
Farel kembali merebahkan tubuhnya dan kemudian memejamkan matanya. Aku membiarkannya karena aku juga tak mau memperpanjang masalah dengannya dan membuat suasana kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA
RomansaAku pernah bertahan demi seseorang yang aku sangat cintai. Aku sama sekali tak memperdulikan semuanya meski dia sering menyakitiku. Aku bertahan karna satu alasan "CINTA" Namun semua itu menjadi berubah ketika aku tersadar aku harus meninggalkannya...