London, Oktober.
Musim Gugur.
Gwen mematut dirinya di depan cermin. "Topi, check. Syal, check. Jacket, chek" setelah memeriksa penampilannya Gwen membawa tas punggung kecil warna hitamnya itu. Blam. Pintu rumahnya yang terbuat dari kayu itu bergedebum cukup keras setelah itu disusul oleh suara Steve "Have a nice day Miss Gwen".
Steve adalah nama yang diberikannya untuk AI (Artificial Intelegence) yang ada di rumahnya sebagai security system. Gwen memiliki kebiasaan untuk menamai semua hal yang menyangkut kesehariannya. Contohnya saja Steve. Steve adalah teman mengobrol Gwen sehari-hari. Rumahnya tidak memiliki kunci dan juga lubang kunci, namun setiap pintu dilengkapi dengan pemeriksaan keamanan menggunakan kode, suara, sidik jari, bahkan pemeriksaan retina yang selalu diiringi suara merdu milik Steve (Yah, sebenarnya suara Steve lebih menyerupai suara pria di umur 30-an dan sedikit cempreng) yang membuat Gwen terbiasa akan kehadiran Steve.
Satu lagi benda yang dinamai oleh Gwen adalah Mini Cooper hitam dengan atap putihnya. Minzy. Walaupun Minzy tidak bisa berbicara seperti Steve, ia adalah teman nomor satunya sejak masa sekolah menengah. Hari ini pun Minzy menemani aktivitas Gwen.
Ponsel yang Gwen letakkan di kursi sebelah kanan, kursi di samping kursi pengemudi, bergetar. Yang menelponnya pagi hari begini adalah, siapa lagi kalau bukan adiknya Grace yang cantik jelita itu. Ini mungkin sudah keseribu kalinya Grace menelponnya hampir setiap hari semenjak kepulangan mereka dari Paris, Prancis. Gwen tahu betul apa yang ingin dibicarakan oleh Grace. Ini mengenai cowok 'hot' yang ditemui mereka di Paris tempo hari.
"So? Spill it out!" itulah perkataan yang terlontar dari Grace saat Gwen mengangkat ponselnya. Bukannya Gwen bermaksud merahasiakan perbincangannya bersama pria paling menawan yang ia temui karena merasa itu adalah salah satu momen yang ia ingin jaga hanya untuk dirinya sendiri. Ini sebaliknya. Gwen tidak mau adiknya mengetahui bahwa perasaannya sempat diterbangkan hingga ke langit ketujuh lalu dijatuhkan lagi hingga ke mulut neraka oleh pria itu. Sungguh memalukan.
"Itu bukan kejadian yang patut untuk diceritakan" Grace menangkap nada pahit yang dilontarkan oleh kakaknya itu. Selama beberapa bulan ini kakaknya tidak bisa ia hubungi. Grace tidak begitu tahu pekerjaan apa yang dikerjakan oleh kakaknya. Kakaknya akan tidak bisa dihubungi selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Awalnya ia mengira kakaknya adalah seorang model karena setiap kali ia bertemu Gwen, kakaknya itu pasti akan berganti gaya rambut atau gaya berpakaian yang drastis, namun mengingat tinggi kakaknya yang bahkan tidak mencapai 150 cm membuatnya bertanya-tanya.
Grace sempat menanyakan kecurigaannya pada Ayah dan Ibunya "Mom, Dad, apakah Gwen bekerja sebagai model? Kupikir itu tidak mungkin karena ia tidak terbilang tinggi walaupun tubuhnya bagus dan juga ia terlalu baby faced. Apakah ia menipu umurnya dan menjadi model baju anak?" pertanyaan polos Grace membuat Ayah dan Ibunya tertawa terbahak-bahak, namun di akhir tawa mereka Mom meperingatkannya untuk tidak bertanya dan menggali masalah ini lebih lanjut. Satu hal yang ia tahu dari pekerjaan kakaknya adalah semuanya menyangkut dengan ranah hukum karena kakaknya itu lulusan dari salah satu universitas dengan jurusan hukum terbaik di Inggris .
"So? How is it?" desak Grace pada Gwen. Gwen menghela napas akhirnya ia mengalah dan menceritakan kejadian setelah Grace meninggalkan restoran.
***
Hari itu, pertemuannya dengan pria itu awalnya bermula dengan baik. Gwen mengambil garpu yang disodorkan pria itu. "Boleh aku duduk?" tanya pria itu menunjuk kursi di hadapannya pada Gwen yang masih belum bisa fokus. Gwen hanya mengangguk. Pria itu duduk di kursi di hadapannya.
Gwen memerhatikan pria di hadapannya. Rambut coklatnya terlihat sedikit acak-acakan. Di sekitar rahangnya ditumbuhi rambut tanda ia belum bercukur. Hidungnya mancung. Kulitnya putih bersih tanpa jerawat. Matanya, oh, matanya itulah yang membuat Gwen terpesona. Bola mata abunya memandangnya teduh mencerminkan pribadi orang di hadapannya ini cerdas dan tenang. Tipe yang tidak gegabah. Tidak seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Guardian (On Hold)
RomanceCahaya bulan terlihat dari sela-sela pohon di hutan malam itu. Jauh di dalam sana terdengar suara anjing-anjing menggonggong. Setelah itu satu tembakan dilepaskan. "Apa kau takut?" tanya pria itu sambil membawa senapan. "Tidak" jawab sang perempuan...