Tidakkah kau tahu, seberapa seringnya aku mendoakanmu dalam rintik setiap tetesan hujan turun?
Mulutku berkomat-kamit, berusaha menggabungkan kata demi kata yang akan kututurkan pada Tuhan.
Tuhan tahu, hambanya sedih.
Tuhan tahu, hambanya tengah berharap.
Aku beranggapan, ini seperti bagaikan berharap datangnya bintang dikala teriknya sinar matahari.
Mustahil.
Mustahil untuk terjadi.
Iya. Sama seperti aku. Harap akan kata 'kita' yang tergabung dari kata 'aku' dan 'kamu', dan itu sangat mustahil untuk terjadi.
Seberapa pun seringnya aku mengadu lirih kepada Tuhan, mungkin hanya inilah jawabnya.
Kita yang ditakdirkan hanya untuk saling mengenal,
tanpa harus memiliki satu sama lain.
Ya. Tidak harus memiliki. Haruskah kukatakan jika Tuhan jahat? Oh tentu tidak! Tidak beribu tidak tentunya. Tak sepenuhnya kusalahkan takdir Tuhan. Aku tahu, Ia maha mengatur. Mengatur segalanya. Segala yang akan terjadi di dunia yang fana ini. Yang takkan kekal dimakan masa tiap detik per detik sekonnya.
Namun, apa daya jika Ia berkehendak seperti itu? Sekuat apapun aku melawan takdir, aku akan dikalahkan juga pada akhirnya.
Bukannya aku menyerah--tidak ingin bergelut dalam situasi seperti ini,
hanya saja aku tahu diri.
Sadar diri lebih tepatnya.
Aku yang seperti ini bisa apa?
Berharap makhluk surgawi sepertimu akan bersanding denganku? Bolehkah aku tertawa sejenak? Rasanya aku menjadi manusia lupa diri sesaat. Atau selamanya.
Maafkan aku Tuhan, jika asaku terlalu tinggi sampai-sampai aku sendiri pun tak dapat menggapainya.
Terima kasih Tuhan, sudah meluangkan sedikit waktunya untuk mendengar bait demi bait kata yang kurasa, aku tak dapat mengulang kata-kata itu lagi. Bibirku terlanjur tertutup--tak ingin kembali berbicara dalam keheningan yang memuncak saat ini.
Kembali meringkuk. Berkawan sepi dengan udara dingin menyelimuti seluruh jiwa dan raga. Kembali ku berusaha. Berusaha untuk melupakan, menghilangkan, dan memusnahkan apapun itu tentang dirimu dari dalam pikiranku.
Dalam bisu, aku lesu.
*
Tertulis : 11 Maret 2016
Disaat rintik air hujan (masih) membekas dimata . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Words - (Ongoing)
PoesíaIni bukan cerita seperti biasanya. Ini hanya rangkaian kata yang tak sengaja dibuat dalam waktu luang untuk menghilangkan kejenuhan sang penulis. Bisa disebut puisi, atau hanya sekedar curahan hati? Dan disini bebas. Tidak terikat oleh apapun. Gue b...