Byul - Remember
"Benarkah kebetulan itu hanya sebuah pengalihan dari kata takdir?" -Cool Bad Boy
-Cool Bad Boy
****
Kinara turun dari mobilnya dengan mengangkat satu koper juga tas gendong kecil miliknya yang mulai ia sampirkan di bahu kanan.Kedua mata gadis itu mengitari halaman rumah seksama. Benar-benar berbeda dari rumah sebelumnya, pikir Kinara.
Rumah barunya bercat abu-abu tua dipadukan warna putih dan cokelat di berbagai sisinya. Bertingkat dua, dan Kinara rasa ukurannya terlalu besar untuk ditinggali oleh tiga orang.
Ekor matanya mengitari lagi, kali ini ke sekitar perkomplekan barunya. Sepi, dan jalanan lenggang. Rata-rata suasanannya memang begini jika di perkompekan jadi Kinara tidak terlalu mempermasalahkan.
Lantas ia melirik jam merah muda di tangannya-- jam itu pemberian dari Kaila-- pukul sebelas lewat lima belas menit, katanya dalam hati. Tadi mereka berangkat pukul delapan pagi, artinya sudah tiga jam lebih mereka di perjalanan.
Wajar saja sih, sebab tadi di jalan lumayan macet. Mungkin karena ini liburan akhir semester makanya jalan tol menjadi ramai dengan yang akan berlibur.
Sesudah menutup pintu mobil, Helen langsung menghampiri anak sulungnya.
"Ayok Kin, kamu pasti suka sama rumah barunya. Kaila aja langsung ngacir ke dalem." Kinara menganggukan kepala dan menyeret kopernya melewati gerbang rumah. Terus berlanjut hingga melewati pintu depan dan detik itu pula Kinara terpaku.
Segala sesuatunya sangat asing di penglihatan perempuan itu. Tidak hanya barang-barang saja yang tidak Kinara kenali, namun juga penataan ruangan. Memang, barang-barangnya yang dulu tidak semuanya ditinggal. Buktinya lukisan keluarga, foto keluarga, dan sebagiannya ada disini. Hanya piano klasik sang ayah saja yang sepertinya tertinggal.
"Sisanya mama tinggal di Bandung, di rumah nenek." Sang Ibu sepertinya hafal betul raut muka Kinara sekarang sampai berujar demikian.
Kinara menggerakan kepala, "Kenapa ga dibawa semua aja, ma? Trus pianonya papa juga ditinggal?"
"Iyalah, kebanyakan kalo mama bawa semuanya kesini. Piano itu juga mama tinggal, soalnya besar banget. Disini juga belum tentu dipake,"
Bibir mungil Kinara mengerucut sedih,"Ya tapi kan seenggaknya mama bawa dulu kesini. Soal dipake apa enggaknya itu urusan nanti."
Piano tersebut adalah benda yang sering dimainkan Alm. Ayahnya dulu. Jadi tidak salah bila Kinara sangat merasa kehilangan karena piano itu tidak ikut dibawa kemari.
Pekerjaan ayahnya Kinara bukan seorang komposer, namun dia hanya menyalurkan jiwa seni musiknya kepada sebuah piano klasik. Sering menyanyikan lagu dengan nada riang serta gembira, membuat Kinara dan adiknya Kaila menari-nari lincah sewaktu mereka kecil. Dan Helen sang ibu akan memberi tepuk tangan keras-keras, seperti memberi sanjungan untuk seorang pria yang dicintainya juga kedua anaknya yang tengah melakukan konser.
"Yaudah, nanti mama bawa kesini deh." Lamunan Kinara seketika buyar. "Hah? Beneran?"
"Iya. Kalo gitu kamu cepet ke atas sana. Beresin kamar kamu,"
Sebagai jawaban Kinara menganggukan kepalanya. Tapi gadis itu melupakan sesuatu.
"E, kamar aku yang mana mah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS [1]: Cool Bad Boy [Available At Bookstore]
Ficção Adolescente[Now available at bookstore] Tentang, Raffa Elnandhio Samudera Si pemilik hati beku. Dan juga, Kinara Aurelia Gadis yang berhasil mencairkan hati beku yang Raffa miliki. [Book one of Bad Boys Series] COOL BAD BOY Copyright © 2016 created by Lulu Not...