Unacceptable (chap. 1)

3.4K 155 9
                                    

This is absurd and bored fanfiction.  Thanks for reading this. Sorry for typo in every word. But, happy reading.

Hembusan angin sore ini tak membuat seorang lelaki muda menghentikan kegiatannya memandangi puhsara sebuah makam yang gundukan tanahnya masih terlihat segar. Mata yang sembab bahkan tak meluluh lantakkan keinginannya untuk melihat gundukan tanah yang merupakan tempat peristirahatan terakhir orang yang begitu berharga dan begitu dicintainya. Tak membiarkan lagi air matanya turun, lelaki muda itu menatap tajam gundukan tanah tersebut. Ia alihkan pandangannya kearah lain saat air matanya kembali menyeruak untuk keluar dari pelupuk matanya,
"Ayo pulang." Sebuah suara milik seorang yeoja mungil mengggapai lengan laki-laki itu. Si pemilik lengan menampik kasar tangan yeoja mungil tersebut.
"Ada apa denganmu Cho Kyuhyun?! Aboeji mengkhawatirkanmu." Jelas yeoja bertubuh mungil tersebut sedikit membentak. Laki-laki muda bernama lengkap Cho Kyuhyun tersebut tak bergeming sama sekali dari tempatnya berdiri.
"Eomma juga eommaku, apa kau pikir dengan mendiamkan semua orang eomma bisa kembali?!" tanya yeoja mungil yang tak lain dan tak bukan adalah Cho Ahra, noona dari seorang Cho Kyuhyun.
"Pergi!" usir Kyuhyun datar, Ahra memandang tak percaya pada Kyuhyun. Dengan sekali langkah Ahra mendekat pada Kyuhyun, dan menampar tepat pada pipi kanan namja itu, bekas kemerahan terlihat di pipi kanan Kyuhyun dan juga telapak tangan Ahra. Jika Kyuhyun tahu, Ahra juga sama terlukanya seperti Kyuhyun. Kehilangan ibu yang melahirkan mereka berdua, posisinya sebagai seorang yang lebih tua mengingatkan dirinya untuk bisa membimbing dan menemani adiknya dalam keadaan apapun, sama halnya seperti sekarang ini. Jika boleh, Ahra mungkin akan bersikap seperti Kyuhyun, mendiamkan semua orang dan lebih memilih untuk terus menatap puhsara sang eomma atau bahkan mungkin menangis lebih dari biasanya. Ahra memiliki ingatan yang baik, ia ingat dengan jelas bagaimana pesan kedua orang tuanya, terutama sang eomma.
"Jika dongsaengmu nakal, kau yang harus menegurnya."
Ahra mengingat jelas hal itu saat usia Kyuhyun menginjak 2 tahun, dan saat itu Ahra sudah berjanji pada sang eomma untuk selalu menjaga Kyuhyun dan menyayangi Kyuhyun lebih dari apapun.
"Sadarlah, Cho Kyuhyun." hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Ahra, sebelum yeoja mungil itu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan sang adik dari tempat pemakaman terbuka ini. Masih berdiri ditempatnya, Kyuhyun menunduk menatap tanah yang ia pijaki, airmata berhasil lolos lagi. Ia mengusap wajahnya kasar. Tubuh Kyuhyun hendak ambruk, namun berkat bantuan sekretaris Shin, Kyuhyun bisa menopang kembali tubuhnya.
"Mari pulang presdir." bujuk laki-laki paruh baya itu pelan.
"Bagaimana aku bisa pulang jika eomma disini?" tanya Kyuhyun nanar, sekretaris Shin hanya menatap sedih pada atasannya tersebut. Setahu sekretaris Shin, Kyuhyun adalah sosok yang peduli dan begitu menyayangi eommanya. Tidak peduli benar ataupun salah tindakan sang eomma, Kyuhyun selalu saja mendukung keinginan eommanya. Sifat kekanakan nyonya Cho yang kadang mengharuskan Kyuhyun untuk mengikuti segala keinginan eommanya tersebut. Bisa dibilang Kyuhyun lebih dekat dengan sang eomma, sedangkan Ahra, yeoja mungil itu lebih menyukai berkutat bersama beberapa lembaran kertas hasil desainnya dibanding dengan berkumpul bersama keluarga. Tuan besar Cho, jangan ditanya. Bahkan saat pemakaman sang istri, laki-laki paruh baya tersebut lebih memilih untuk menyerahkan semua urusan pemakaman kepada beberapa bawahannya. Tuan Cho lebih memilih untuk berkutat dengan pekerjaannya dan melakukan perjalanan keluar negeri didetik-detik meninggalnya nyonya Cho.
"Nyonya pasti sedih melihat presdir seperti ini. Mari pulang presdir." bujuk sekretaris Shin sekali lagi.
"Jika kau ingin pulang, pulanglah sekretaris Shin." Hanya itu jawaban singkat yang keluar dari mulut Kyuhyun. Sekretaris Shin hanya menghela nafas pasrah, yang kini dilakukan laki-laki paruh baya tersebut adalah menunggu presdirnya untuk beranjak.
Setelah 2 jam lebih, sekali lagi sekretaris Shin berhasil membujuk Kyuhyun untuk pulang. Mereka menuju rumah besar keluarga Cho dengan mobil yang dikemudikan oleh sekretaris Shin. Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai sekretaris Shin tiba dipelataran rumah besar keluarga Cho. Kyuhyun turun dari mobil tersebut, memandang nanar rumah besar tersebut. Tak akan ada lagi eomma yang menyambutnya ketika pulang, tak akan ada lagi sindiran  maupun pujian yang dilontarkan oleh eommanya. Tak ada lagi eomma yang mengingatkannya untuk menghabiskan makan paginya, tak ada lagi eomma yang membawakan bekal makan siang untuknya dikantor. Kyuhyun membuang nafas lelah,
"Silahkan masuk presdir." kata sekretaris Shin yang sudah membukakan pintu rumah untuk Kyuhyun, Kyuhyun melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah tersebut. Raut wajah sedihnya seolah terganti dengan tatapan dingin yang kini ia tujukan pada laki-laki paruh baya yang duduk di sofa ruang tengah yang dengan santai membolak-balik koran yang berada  ditangannya.
"Oh, kau sudah datang?" tanya laki-laki paruh baya tersebut saat menyadari kehadiran Kyuhyun, bukannya menjawab Kyuhyun  malah balik bertanya pada laki-laki paruh baya tersebut.
"Aboeji pulang? Kenapa tidak lanjutkan saja pekerjaan aboeji?" tanya Kyuhyun dingin pada sosok laki-laki paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah tuan Cho. Tuan Cho menatap tak percaya pada Kyuhyun. Tak butuh jawaban dari sang aboeji, Kyuhyun lebih memilih untuk menuju sebuah ruangan dibalik tangga rumah ini, kamarnya. Sekretaris Shin yang sedari tadi berdiri dibelakang Kyuhyun menatap kearah tuan Cho.
"Pulanglah sekretaris Shin." Kata tuan Cho penuh wibawa. Sekretaris Shin membungkuk hormat pada tuan Cho dan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan kediaman keluarga Cho. Sunyi lebih mendominasi keadaan rumah keluarga Cho,  2 asisten rumah tangga dan 1 orang tukang kebun lebih memilih untuk berada diarea belakang rumah besar ini. Tuan Cho memang membaca koran, namun diam-diam mata beliau hanya fokus pada sebuah foto besar yang dipajang di tembok ruang tengah ini, foto dimana ada beliau, nyonya Cho, Ahra yang mungkin berumur 7 tahun dipangku sang eomma, dan Kyuhyun yang masih dalam gendongan beliau. Tuan Cho menatap nanar foto tersebut, betapa lengkap dan bahagia  keluarganya dulu. Dalam keadaan apapun saling mendukung, meskipun salah satu diantara mereka mengeluh akan sikap yang lain. Namun, keluarga kecil yang tuan Cho bangun susah payah harus sedikit terguncang saat salah satu harus pergi lebih cepat dari yang lain, si nyonya rumah, nyonya Cho.
"Lagi-lagi, aku membuat Kyuhyun kecewa padaku." Gumam tuan Cho.

Unacceptable Where stories live. Discover now